Setelah menyambung tidurnya sampai siang hari, dan mengabaikan ponsel yang sedari tadi terus berbunyi, Mayang akhirnya bersiap dan berdandan dengan cantik.
Menampilkan kesan baik pada mereka, kalau hidupnya baik-baik saja tanpa sentuhan tangan mereka.
"Ben, antarkan aku ke rumah orang tua itu," ucap Mayang santai pada Ben lalu menoleh ke Mark, "dan kau di rumah saja, Mark. Siapa tahu ada orang yang datang. Rapikan saja rumahnya!" lanjut Mayang.
"Siapa yang mau datang, Bos? Ceo itu?" tanya Mark bingung.
"Kenapa jadi dia? Apa aku bilang dia yang mau datang? Ckk, kau ini!" Mayang berdecak pada Mark, namun hatinya juga merasa senang bila Bian datang mencarinya.
***
Mayang tiba di depan kediaman keluarga Reksa. Rumah besar yang sama sekali tidak memiliki hangatnya kasih sayang untuknya. Rumah besar yang selalu mengingatkannya akan kesakitan, air mata, dan penghinaan pada Mayang yang malang.
"Bos, aku pergi sekarang?" tanya Ben membuyarkan lamunan Mayang.