Di sebuah kerajaan tampak sebuah ratu yang memainkan kekuatan es nya ia adalah putri Livia
"Ratu"panggil seorang pengawal tampak sangat gugup
Livia menatap pengawalnya itu dengan tatapan sangat tajam ia kemudian melempar kristal tersebut untung penjaga tersebut dengan cepat menghindar kalau ia tidak menghindar ia akan menjadi es
"Ada seorang pria yang tersesat di negeri kita ratu dan dia bertanya siapa putri Livia? apakah dia seorang wanita penjual gandum?"kata pengawal tersebut langsung mengundang amarah Livia
"bawa dia kesini"kata Livia dingin
pengawal itu mengangguk lantas menyuruh pria yang diluar masuk tapi sebelum itu pria itu terlebih dahulu masuk
pria itu sama sekali tidak menghiraukan ucapan pengawal pengawal kerajaan tersebut ia hanya berjalan santai.
"itu dia orangnya ratu"kata pengawal itu menunjuk ke arah pria tersebut
"Siapa kau?"tanya Livia mengeluarkan kekuatan es dari tangannya
"aku siapa aku?oh ya aku Peter"kata pria tersebut tertawa sangat keras membuat Livia langsung membuang kekuatan esnya itu ke kaki Pria yang disapa Peter itu.
Peter melihat kakinya yang sudah menjadi es kemudian pandangannya beralih pada Livia yang menyuruh pengawalnya untuk memenjarakan Peter.
"penjarakan lelaki yang sangat banyak bicara ini"bentak Livia keras membuat semua pengawal langsung membawa Peter ke penjara.
saat sampai di dalam penjara Peter melihat disekelilingnya tak ada orang hanya ada sel tahanan yang diisi dengan es batu yang sangat dingin
Peter kemudian melihat Livia yang berjalan ke arahnya dan menatap Peter dengan tatapan yang sangat sulit di artikan
Livia kemudian duduk di kursi yang ada didalam sel itu.ia kemudian mengode Peter untuk duduk di sebelahnya
Peter hanya mengangguk lantas duduk di dekat Livia ia merasa sangat dingin saat berada di dekat tubuh Livia
"darimana asalmu?"tanya Livia dingin sangat dingin seperti es kristal
"aku dari negeri yang sangat jauh dari negeri negerimu"kata Peter tertawa
"kau tidak waras oh ya kamu mau tetap bertahan di sel ini atau kamu mau di panggang di oven yang sangat besar?"tanya Livia sedikit tajam
"aku mau tinggal di istana mu selama beberapa hari"kata Peter lagi lagi ia tertawa
"siapa yang ingin keluar dari negeri ku ia harus tinggal sebanyak tiga puluh hari di negeri ku ini jika ia melawan ia akan ku kutuk menjadi es untuk di tenggelamkan di samudera Atlantik."kata Livia dingin dan langsung berdiri dan meninggalkan Peter yang masih ada di dalam tahanannya itu.
Peter kemudian duduk dan tidur di lantai tahanan tersebut.
malam harinya ia terbangun karena sangat lapar ia kemudian melihat pengawal yang berjalan ke arahnya dan mengatakan padanya jika Peter disuruh ratu Livia untuk pergi ke atap istananya untuk makan malam.
Peter hanya tersenyum lalu dengan sangat semangat ia langsung berlari dan pergi ke atap istana tersebut.
sesampainya di atap istana ia melihat Livia yang sedang melamun ke arah bulan yang sangat terang malam ini.
ia kemudian duduk di depan Livia dan melambaikan tangannya tepat di depan wajah cantik Livia.
"Ratu saya makan ini"kata Peter tanpa rasa malu ia langsung melahap makanan yang ada di depannya
ratu Livia hanya menyaksikan itu
Peter yang merasa dirinya diperhatikan langsung menatap wajah Livia yang menatap wajahnya.
"saya mau bertanya"kata Livia dingin sambil memperbaiki letak mahkotanya
"silahkan ratu"kata Peter
"kenapa kau sering tertawa? apakah kamu sudah gila?"tanya Livia membuat Peter tertawa terbahak bahak.
"ratu bertanya kenapa saya sering tertawa? karena tertawa membuat hidup kita menjadi bahagia apapun masalahnya itu"kata Peter tertawa pelan
"aku cemburu dengan orang yang sangat bahagia dari diri ku"kata Livia dingin
"kenapa ratu?"tanya Peter sangat penasaran.
"kau sangat penasaran"kata Livia langsung meninggalkan Peter yang masih menyantap hidangannya tersebut.
setelah ia merasa sangat kekenyangan ia kembali ke sel tahanan dan tertidur dengan sangat pulas.