MENJADI KSATRIA BUDAK
Azlan adalah seorang pangeran dari kerajaan Kuno Nggik, anak dari seorang Raja di kerajaan tersebut. Dia adalah Raja Surya.
Azlan dilahirkan oleh seorang Ratu yang sangat cantik, istri ke empat Raja Surya.
Ketika sang pangeran Azlan masih berusia sembilan tahun, di kerajaan Kuno Ngkik terjadi sebuah pemberontakan besar.
Pemberontakan yang di dipimpin oleh panglima perangnya sendiri, yang haus akan tahta kerajaan dan kekuasaan.
Panglima yang sangat tangguh kuat dan ahli pedang, dia bernama Ordo.
Ketika terjadi pemberontakan besar tersebut, yang hingga menewaskan ribuan prajurit dan beberapa Ratu Kerajaan Kuno Ngkik.
Azlan di larungkan disebuah sungai kecil yang mengalir di bawah kerajaan tersebut oleh ibunya yaitu sang Ratu ke empat dari salah satu istri Raja Surya, Ratu Chandra.
Azlan di temukan dalam keadaan pingsan oleh salah satu rakyat kecil dari kerajaan Kuno Ngkik, yang bekerja sebagai pedagang pasar di sebuah desa di kerajaan tersebut. Dia bernama Zein.
Selain seorang pedagang Zein termasuk salah satu prajurit perang Kerajaan Kuno Ngkik yang mempunyai keahlian dalam memainkan pedang di masa kepemimpinan Raja Surya.
Namun Zein mengundurkan diri disaat istrinya telah melahirkan seorang anak perempuan yang bernama Seila. Karena istrinya takut jika Zein akan gugur di medan pertempuran, dan anaknya akan kehilangan ayahnya.
Zein sendiri lebih memilih menjadi rakyat biasa, dengan impian hidup yang tentram bersama anak dan istrinya.
Azlan di tolong dan di besarkan oleh Zein. Yang kini hidup di kalangan biasa.
Di balik kesibukan Zein menjadi seorang pedagang, Zein mengajarkan sedikit banyak ilmu pedangnya kepada putri semata wayangnya dan Azlan.
Karena kebetulan Azlan dan Seila seumuran.
Di bawah kepemimpinan Ordo, Kerajaan Kuno Ngkik, sangat banyak perubahan, terjadi banyak penindasan. Yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya.
Bahkan seluruh sistem keperintahan pun berbeda. Istriku adalah istrimu. Suamiku adalah suamimu. Begitu juga sebaliknya.
Itulah yang terjadi di dalam istana kerajaan Kuno Ngkik di bawah kepemimpinan Ordo. Bahkan ketentuan itu sudah memasyarakat seiring berjalannya waktu.
Hingga suatu saat istri Zein ibu dari Seila juga di ambil oleh beberapa tentara perang untuk dibawa keistana dan dijadikan sebagai hadiah.
Menjadi salah satu wanita pemuas para prajurit yang berhasil menyingkirkan beberapa prajurit lain.
Karena dibawah kepemimpinan Ordo ada sayembara atau pertarungan para ahli pedang yang di per jual belikan dan di pertaruhkan nyawanya untuk kelak dijadikan panglima perang di Kerajaan tersebut.
Dan hadiah bagi mereka adalah beberapa keping koin emas, anggur pesta dan kepuasan nafsu birahi. Wanita dapat menikmati lelaki yang tersedia dan dipilihnya, dan laki laki mendapatkan wanita yang ingin dinikmatinya.
Seiring berjalannya waktu Azlan dan Seila tumbuh dewasa.
Azlan tumbuh menjadi seorang pria perkasa berotot dan berbadan kekar, dia juga menjadi sosok seorang pria yang tampan.
Seila juga semakin cantik saat dewasa, apalagi dengan sedikit tahi lalat di pipinya membuat Seila juga nampak terlihat manis.
Walaupun mereka tumbuh dewasa tetapi ilmu pedang mereka belum tergolong ahli bahkan mungkin hanya sekedar bisa memainkan pedang jika di bandingkan dengan para pemain pedang yang ikut serta dalam pertarungan yang selalu menjadi perjudian diantara pedagang dan pembeli pemain pedang yang ahli.
Hingga suatu ketika saat Azlan dan Seila membantu Zein berdagang ada segerombolan prajurit yang mendatangi mereka.
"Bruak".
Salah satu ketua prajurit tersebut menendang barang dagangan Zein hingga barang-barang tersebut berhamburan.
"Apa yang kau lakukan?.dan kenapa kalian mengobrak abrik daganganku?." tanya Zein.
"Serahkan gadis cantikmu itu untuk menjadi wanita istana, atau kalau tidak, aku akan memenggal kepalamu!." kata Salah satu prajurit tersebut.
Seila berparas cantik, tentu kecantikannya membuat orang-orang istana membicarakan kecantikan yang dimiliki Seila. Dan tertarik dengan tubuh seksinya Seila.
Jika Seila di bawa ke istana, maka ... kemungkinan besar Seila akan menjadi salah satu hadiah pemuas ksatria-ksatria pemain pedang dan bahkan mungkin seluruh pejabat istana akan menikmati keindahan tubuh Seila.
"Langkahi dulu mayatku sebelum kalian membawa anakku!." kata Zein dengan tegas.
Dan seketika itu Zein mengeluarkan pedangnya dari sarung pedang miliknya.
Seketika itu pula pertempuran terjadi.
Karena jumlah mereka terlalu banyak.
Azlan yang membantu Zein dalam pertarungan berhasil dilumpuhkan oleh para prajurit.
Darah bercucuran di muka Azlan, dia terkapar dengan badannya sedang diinjak oleh salah satu prajurit tersebut dan dengan pedang yang mengkilat dengan ujung pedang yang sangat tajam tersebut menempel di leher Azlan.
Begitu pula dengan Seila, yang berhasil di lumpuhkan dengan kedua tangannya di pelintir kebelakang dan dikalungi pedang yang tajam di bagian lehernya.
Zein yang masih beradu pedang juga kehilangan fokus ketika melihat kedua anak asuhnya telah dilumpuhkan.
"Hentikan Zein atau aku akan memenggal kepala anakmu!." kata salah seorang prajurit yang sedang melumpuhkan Seila.
Seketika itu Zein menghentikan permainan pedangnya.
Saat itu pula prajurit yang bertarung dengan Zein menebaskan pedangnya tepat memenggal kepala Zein.
Hingga leher Zein pun terputus.
Saat itu pula Seila berteriak memanggil Zein.
"Ayah!!!." teriak Seila sembari meneteskan airmata.
Azlan hanya bisa meneteskan air mata dan mengepalkan tangannya dengan sangat kuat sembari menggenggam tanah.
Saat itu pula prajurit yang tengah menginjak Azlan menusuk kan pedangnya kedada Azlan sebelah kiri hingga tembus ke bahunya.
"Aaaoo ...." rintih Azlan seketika itu.
Kemudian para prajurit itu membopong Seila dan membawanya.
"Azlan!!!".Teriak Seila dari kejauhan saat dibawa para prajurit tersebut.
Saat itu pula Azlan mencoba bangkit dan mencabut pedang yang menancap ditubuhnya dengan menahan rasa sakit.
"A_a_a_." rintih Azlan saat mencabutnya.
"Hah ...." nafas Azlan usai mencabut pedang tersebut dari tubuhnya.
Saat itu pula Azlan melemparkan pedang tersebut kearah para prajurit yang membawa pergi Seila.
Pedang melayang dengan sangat cepat, hingga pedang tersebut tepat mengenai salah satu prajurit yang berjalan paling belakang, dan tepat menancap di kepalanya. Hingga prajurit tersebut langsung tergeletak saat itu juga.
Saat itu pula ada salah satu saudagar kaya yang suka mengumpulkan dan mengadu para ahli pedang untuk memenangkan taruhannya. Orang tersebut bernama Mada.
Azlan mencoba mengejar rombongan prajurit tersebut!, tetapi ... Mada meraih tangan Azlan dan menghentikannya.
Saat itu masih terdengar suara Seila yang meminta pertolongan kepada Azlan.
"tolong aku Azlan ...." teriak Seila dari kejauhan yang tidak berdaya di tangan para prajurit tersebut.
Ketika Azlan hendak mengejarnya, tiba tiba ada seseorang yang menghentikannya.
"hentikan anak muda!, aku akan membantumu menolongnya." kata Mada sembari memegang tangan Azlan dan menahannya.
Menurut Mada, Azlan sangat berbakat saat memainkan pedang.
Mada tau keahlian Azlan ketika Mada melihat pedang yang di layangkan Azlan dari kejauhan mampu menewaskan salah satu prajurit tersebut dari kejauhan hanya dengan satu kali melayangkannya saja. Dan mungkin itu bahkan terlalu jauh untuk para ahli pedang mampu melakukannya.
"Siapa anda?." tanya Azlan sembari memegang luka akibat tusukan pedang yang darahnya terus mengalir membasahi tubuhnya.
"Nama ku Mada." ucap Saudagar tersebut.
Dan setelah itu Azlan jatuh pingsan, dan Mada membawanya ke rumahnya.
Rumah para saudagar kaya dan pedangang kesatria pemain pedang sangatlah luas hampir terlihat seperti sebuah kerajaan kecil. Namun ... itu bukanlah sebuah kerajaan dan hanya rumah para saudagar yang kaya.