GELANGGANG SORAYA
Soraya adalah nama salah satu pasar perdagangan budak dan kesatria budak.
"Selamat datang di lapak ku, Mada!." ucap Natael.
Natael adalah salah satu pedagang ksatria budak yang namanya sangat tersohor.
Karena para ksatria yang di jualnya kebanyakan adalah ksatria pemain pedang yang sangat kuat dan tangguh.
"Siapa ksatria yang paling tangguh yang kamu miliki Natael?." tanya Mada.
"Yang paling tangguh tentunya harganya sangat mahal ...." ucap Natael.
Mendengar ucapan Natael, Mada langsung duduk di sebuah kursi yang terdapat pada lapak pedagang tersebut.
"Apa harga mahal bisa menjamin bahwa ksatria milikmu itu hebat!." kata Mada sembari duduk dan mengangkat kaki kanannya, lalu menaruh nya diatas paha kirinya dan sedikit menggoyangkan-nya.
"Plok! plok! plok!.".
Natael menepukkan tangannya beberapa kali, saat mendengar dan melihat kesombongan Mada.
"Baiklah Mada, aku akui kamu memang banyak uang dan namamu juga semakin melambung setelah ksatriamu Tamuz menang beberapa kali di Gelanggang." kata Natael.
"Tentu saja!. Karena Tamuz adalah ksatria terhebatku." sahut Mada.
"Ya! ya! ya!. Aku tau hal itu." ucap Natael.
Mada hanya tersenyum.
"Tapi bagaimana kalau dengan yang ini?." tanya Natael lalu memetik kan jarinya beberapa kali.
"Thak! thak! thak!.".
Dan tiba tiba ... majulah salah satu ksatria yang berada di lapak milik Natael tersebut.
Ksatria tersebut memiliki fostur tubuh yang tinggi besar.
Berbadan kekar dan berotot.
Sangat terlihat menyeramkan.
"Sudah lima belas kali menang di Gelanggang!, tidak pernah cidera!, dan belum pendah terluka sedikitpun!, namanya Onomus ..., harganya 2000 keping koin emas ...." ungkap Natael.
Mada berdiri dari duduknya dan ingin beranjak pergi dari lapak tersebut.
Namun sebelum pergi dia mengatakan sesuatu.
"Dengan harga 2000 keping koin emas, tidak pantas dia disebut ksatria yang hebat!." kata Mada.
Dan Mada pun langsung beranjak pergi dari tempat tersebut.
Seketika itu pula Natael meraih tangannya dan lalu menyandak baju Mada.
"Bicara apa kamu Mada!, tutup mulutmu sebelum aku memenggal kepalamu!" ucap Natael dengan marah dan mengancam Mada.
"Wo! wo! wo!, santai Bos!.".
"Kalau memang dia benar benar hebat, bagaimana kalau kita bertaruh?!." ucap Mada.
Seketika itu pula Natael melepaskan genggaman tangan-nya di baju Mada.
Dan Mada langsung merapikan bajunya.
"Sungguh bagus permainan licik mu Mada ..., drama mu sungguh bagus!, sampai aku tak mampu menebaknya ...." kata Natael.
Saat itu pula Mada kembali duduk ketempat di mana dia duduk sebelumnya.
"Sungguh hebat!, ternyata kamu memang sengaja kesini tidak untuk berbelanja kepadaku. Tapi ingin menantangku!." kata Natael.
"Sebenarnya bukan begitu ..., tetapi inilah pekerjaanku dan sumber keuntunganku." ujar Mada.
"Apa kamu yakin ...., ksatriamu bisa menang?." tanya Natael.
"Tentu saja!." sahut Mada.
"Baiklah ..., berapa taruhanmu?." tanya Natael.
"Aku akan memberimu 5000 keping koin emas jika dia bisa mengalahkan ksatriaku." kata Mada.
"Aku tidak setuju!." sahut Natael.
"Apa kau takut?!." tanya Mada.
"Aku mau taruhannya tidak hanya 5000 keping koin emas!, tetapi 10.000 keping koin emas!, jika kamu setuju datanglah kesini besok bersama ksatriamu." ucap Natael.
"Ok deal!, 10.000 keping koin emas." sahut Mada.
Kesepakatan pun sudah terjadi. Dan Mada bergegas segera pulang untuk mengatur siapa besok yang akan melawan Onomus kesatria milik Natael.
Sesampai-nya dirumah, Mada di sambut oleh salah satu istrinya.
"Dari mana saja kamu sayank?." tanya Zoya.
Zoya adalah istri kedua Mada, yang lumayan cantik, seksi ganas saat di ranjang dan tergolong kejam. Jauh lebih muda dari Mada, karena Zoya masih termasuk wanita remaja yang menikah muda.
"Menemui Natael!." jawab Mada.
"Apa kamu beli budak lagi?." tanya Zoya.
Sebelum menjawab-nya Mada segera duduk dan menarik Zoya sehingga Zoya duduk di pangkuan Mada.
"Aku tidak berbelanja, tetapi datang untuk menantangnya." ungkap Mada sembari memeluk Zoya yang sedang berada di pangkuannya.
"Natael kan pedagang yang terkenal punya ksatria yang hebat dan tangguh, kenapa kamu malah menantangnya?." tanya Zoya.
"Justru itu!, jika aku bisa mengalahkan-nya maka namaku akan semakin melambung dan pasti Gelanggang istana akan mengundangku." kata Mada.
"Apa kamu yakin kalau ksatria kita bisa menang?." tanya Zoya.
"Yakin dan tidak yakin,itu tidak penting karena ini demi nama baik kita." ucap Mada.
"Siapa yang akan kamu tunjuk untuk melawan ksatria-nya Natael?." tanya Zoya.
"Aku belum tau ..., biar nanti aku fikirkan dulu." ucap Mada.
"Baiklah aku selalu mendukungmu." kata Zoya.
"kalau begitu ...,sebaiknya kita ber cinta saja, dan tidak usah memikirkan hal itu." ucap Mada sembari mencumbu leher Zoya dan melepaskan tali pakaian-nya.
Zoya pun langsung berbaring di kursi tersebut dan memberikan tubuh nya.
Dan tanpa berpidah ke kamar mereka asik bercinta di balai tamu dalam rumah tersebut.
Dan ada beberapa pelayan wanita yang berdiri tidak jauh dari mereka dan selalu siap melayani mereka.
Setelah puas dan telah mencapai kenikmatan-nya, Mada langsung bergegas memakai pakaian-nya kembali. lalu kemudian Mada segera pergi menuju ke sanggar panggung tempat ia biasa melihat para ksatria nya berlatih.
"Hah! payah!, selalu saja begini!." gumam Zoya.
Saat bercinta, Mada hanya mementingkan kepuasan-nya sendiri, tanpa mengerti apa yang di inginkan istrinya.
Zoya yang merasa belum puas, terpaksa lagi-lagi harus meminta bantuan kepada kedua pelayan wanitanya tersebut untuk membantu nya mencapai puncak kenikmatan yang ia inginkan.
Dan dengan dibantu kedua pelayan nya tersebut akhirnya Zoya bisa merasa lega dan tertidur pulas.
Mada yang sedang melihat para ksatria nya berlatih saat itu matanya tertuju ke pada Azlan.
Menurut Mada, perkembangan Azlan sangatlah pesat, bahkan sepertinya kelak kehebatan nya bisa menandingi Tamuz.
Tak selang berapa lama dia berdiri disitu dia langsung berjalan ke ruang diskusi.
Mada mengutus pelayan nya untuk memanggilkan Tutor agar menghadap padanya.
Dan beberapa waktu kemudian.
Tutor pun datang menemui Mada di ruangan tersebut.
"Ada apa Tuan memanggilku?." tanya Tutor.
"Tutor!, sedikit banyak kamu pasti tau kan tentang Onomus?. " Mada balik tanya.
"Iya Tuan, dia lumayan kuat!, sangat pandai dalam memainkan pedang. Kenapa memangnya Tuan?. " ujar Tutor dan lalu bertanya.
"Besok aku akan bertaruh dengan Natael, dan jagonya Natael adalah Onomus." ucap Mada.
"Baiklah Tuan saya sangat siap untuk melawan nya. Dan pasti saya akan mengalahkan nya." kata Tutor.
Tutor mengira bahwa Mada akan memakainya untuk melawan Onomus.
Karena Onomus adalah lawan seimbang nya Tutor waktu dulu dan mereka seri saat di Gelanggang.
Tutor sangat senang begitu tau bahwa Mada memanggil nya karena Onomus adalah ksatria yang akan di pakai Natael untuk melawan Mada.
"Bukan begitu ..., maksudku ..., em....gini_." ucap Mada berhenti sejenak.
Tutor hanya diam dan memperhatikan nya.
"Karena kamu adalah orang kepercayaanku, aku ingin meminta pendapatmu, dan solusi darimu." ucap Mada.
Mendengar hal itu Tutor seketika itu langsung hilang semangat.