Rumah para saudagar tentu tidak bisa dibandingkan dengan kerajaan apalagi kerajaan Kuno Ngkik adalah kerajaan yang sangat besar.
Yang memiliki hampir dua ratus juta prajurit pemanah, seratus lima puluh juta prajurit penunggang kuda dan lima ratus juta prajurit ahli pedang.
"Hey pemuda ... apakah kondisimu sudah pulih?." tanya Mada.
Azlan yang sedang duduk di ranjang pengobatan menatap Mada.
"Aku sedang berada dimana?." tanya Azlan.
"Tenanglah ini dirumahku ...." ungkap Mada.
Kemudian Mada menghampiri Azlan.
"Ikut lah denganku aku akan menunjukkan sesuatu padamu." ucap Mada sembari berjalan.
Azlan pun mengikuti Mada dengan berjalan dibelakangnya.
Mada mengajak Azlan ke sanggar panggung, yang di bawahnya adalah lapangan tempat para ksatria pedang miliknya berlatih, dari sanggar panggung tersebut terlihat beberapa petarung dan pemain pedang yang lumayan hebat yang sedang berlatih di tempat pelatihan.
"itu adalah tempat pelatihan." ucap Mada ketika Azlan begitu memperhatikan gerakan gerakan para petarung tersebut yang sedang berlatih.
"Nama ku Azlan." ucap Azlan.
"Baiklah Azlan kalau kamu ingin menyelamatkan adikmu yang cantik itu, kamu harus berlatih dengan mereka." ucap Mada sembari menunjuk ke arah para petarung yang sedang berlatih.
Azlan hanya diam sembari menatap para petarung yang sedang berlatih tersebut.
Kemudian Mada memberikan sedikit keterangan.
"Kerajaan Kuno Ngkik adalah kerajaan yang memiliki jutaan tentara perang. Untuk melawan mereka tentu ... itu suatu hal yang mustahil, tetapi untuk menjadi petarung dan pemain pedang yang hebat, mungkin itu bisa membantumu menyelamat kan adik perempuanmu," ujar Mada.
"Apa anda bisa membantuku untuk menyelamatkan-nya?." tanya Azlan.
"Aku tidak bisa membantumu melawan para bala tentara perang kerajaan, tetapi aku akan berusaha membantumu menjadi orang kerajaan jika kamu benar-benar bisa menjadi petarung yang hebat." kata Mada.
"Baiklah ... aku akan bertarung untuk mengalahkan semua kesatria demi menyelamatkan Seila." ucap Azlan.
"Oh ... jadi gadis cantik itu bernama Seila?. " tanya Mada.
Azlan tidak mengatakan apaun dan hanya mengangguk.
Lalu Mada memegang pundak Azlan dan berkata.
"Berlatihlah di sana ... agar kamu bisa menjadi kesatria ahli pedang yang hebat." ucap Mada sembari memandang ke tempat pelatihan.
Dan kemudian Mada berteriak memanggil Tutor yang sedang melatih para ksatria di kediamannya.
Tutor adalah nama julukan atau panggilan seorang pelatih para ksatria yang diberikan oleh Mada kepada pelatih para ksatria-nya.
Mendengar Mada memanggil-nya dari atas (dari sanggar panggung) dimana biasanya Mada dan keluarganya melihat saat mereka sedang berlatihan.
Mada dan keluarganya mempunyai sanggar panggung, yang biasa di pakai-nya untuk melihat para ksatria-nya sedang berlatih.
Tutor pun memandang kearah Mada yang telah memanggilnya dari sanggar tersebut.
"Dengarkan semuanya!." teriak Mada dengan keras.
Dan seketika itu semua para ksatria pedang miliknya menghentikan latihan dan memandang-nya.
"Perkenalkan ini adalah Azlan!."
"Kesatria muda yang berbakat!."
"Dan mulai hari ini dia akan menjadi salah satu kesatriaku!." ucap Mada sembari memper-kenalkan Azlan kepada para ksatria miliknya.
"Mulai sekarang bergabunglah dengan mereka dan patuhi perintahku, Tutor akan membimbingmu ...." kata Mada dengan lembut memberi tahu Azlan.
Azlan hanya mengangguk.
"Tutor!, Latih dia dengan baik!".ucap Mada dengan nada lumayan keras. Karena jarak Azlan dan Mada dengan mereka (para ksatria) lumayan jauh.
Lalu kemudian usai berkata Mada langsung meninggalkan Azlan.
"Turunlah kemari Azlan!." perintah Tutor kepada Azlan yang masih berdiri menatap-nya dari sanggar.
Tanpa menunggu ..., Azlan segera bergegas turun menghampiri Tutor yang sedang berada di tempat latihan.
Sesampainya Azlan di hadapan Tutor.
Tutor mengajaknya ke sebuah ruangan.
"Ikutlah denganku," ajak Tutor.
Di ruangan tersebut terdapat api yang menyala, dengan bara api yang begitu besar.
Tutor mengambil sebatang kayu yang ujungnya adalah besi, dimana ... terdapat sebuah ukiran di mata besi tersebut.
Tutor memanaskan besi tersebut dan meminta Azlan mengulurkan tangannya.
"Ulurkan tanganmu!." perintah Tutor dengan tegas.
Seketika itu Azlan langsung mengulurkan tanggannya.
Dan Tutor saat itu pula segera menempelan besi yang sudah di masukkan-nya ke bara api tersebut ketangan Azlan.
"A_a_a_," rintihan Azlan saat besi yang sangat panas tersebut membakar kulit di bagian tangannya.
Ternyata setiap ksatria memiliki sebuah tanda.
Dengan lambang dan tanda yang berbeda-beda. Dan sesuai dengan nama pemiliknya.
Karena Azlan sekarang sudah menjadi ksatria milik Mada.
Maka Azlan memiliki tanda "M" ditangan-nya. Yang berarti adalah Mada.
Tidak hanya begitu.
Semua ksatria yang sudah memiliki tanda, artinya juga telah menjadi seorang budak bagi saudagar yang memiliki mereka.
Bahkan kebanyakan dari para saudagar menyebut mereka sebagai ksatria budak.
Dengan kata lain, sekarang Azlan termasuk salah satu budak-nya Mada.
Tidak hanya Azlan, bahkan semua orang yang bertanda "M" adalah budak-nya Mada.
Setelah selesai memberi tanda kepada Azlan, Tutor bergegas kembali ke tempat latihan.
Tak selang beberapa waktu kemudian.
Karena hari sudah semakin sore, Tutor menyuruh semua ksatria untuk berhenti berlatih.
Dan makan ditempat biasanya yang sudah di siapkan untuk para ksatria.
Tempat istirahat dan makan para ksatria atau budak laki-laki tidak dijadikan satu dengan para budak perempuan.
Karena semua saudagar tidak hanya memiliki budak laki laki saja.
Tetapi juga budak perempuan.
Hanya saja, seluruh budak laki laki selalu di ajari menjadi seorang ksatria.
Sedangkan budak perempuan hanya menjadi seorang pelayan saja, termasuk melayani nafsu majikan dan para ksatria yang berhak mendapatkan hadiah tersebut dari majikan-nya.
Disaat para ksatria tersebut sedang makan.
Datanglah seoarng kesatria muda yang tampan dan gagah, dengan keadaan yang masih berlumuran darah.
Pemuda tersebut melambaikan kedua tangan-nya sembari tersenyum bahagia dan berteriak memanggil nama Bramasta.
"Bramasta!!!," teriak pemuda yang gagah tersebut.
Bramasta adalah nama asli dari Tutor. Sang pelatih para ksatria milik Mada.
"Tamuz ...." ucap Tutor saat melihat pemuda tersebut dan langsung memeluk nya.
Ternyata pemuda tersebut bernama Tamuz.
Tamuz adalah salah satu ksatria muda milik mada. Selain tampan dan gagah dia juga termasuk ksatria yang sangat tangguh dan belum pernah kalah saat di Gelanggang.
Gelanggang adalah tempat bertarung nya para ksatria yang terpilih.
Dan para kesatria yang hebat suatu saat pasti akan di adu oleh pemiliknya di Gelanggang tersebut.
Jika ksatria kalah di gelanggang pasti ksatria tersebut juga akan kehilangan nyawa nya.
Karena pemenang di gelanggang tidak akan pernah di nyatakan menang sebelum berhasil membunuh lawan nya.
Bramasta dengan Tamuz hubungan-nya sangatlah dekat dan erat.
Bahkan Bramasta sudah menganggap nya seperti adiknya sendiri.
Tamuz baru saja pulang dari Gelanggang.
Kalau dia bisa pulang, itu artinya dia telah menang.
Dan Tamuz berhak mendapatkan hadiah dari Mada.
Mada juga sudah menyiapkan hadiah untuk Tamuz.
Beberapa keping koin emas dan beberapa botol anggur yang mungkin cukup untuk dibuat berenang seluruh ksatria milik nya.
Dan bukan hanya itu saja.
Tamuz berhak memilih beberapa budak wanita yang tersedia di kediaman Mada yang dipilih oleh Tamuz untuk memuaskan hasrat nya.
Tentu nya ... itu sebanding dengan apa yang sudah di perjuangkan dan diberikan Tamuz kepada Mada.
Yaitu sebuah kemenangan.
"Akhirnya kamu kembali juga saudaraku ...." ucap Bramasta.
"Janganlah menghawatirkan ku seperti itu saudaraku. Tidak akan ada yang bisa mengalahkan ku dengan semudah itu." kata Tamuz.
Bramasta hanya tersenyum.
"Baiklah teman-temanku semua, malam ini aku akan mengajak kalian semua minum anggur sepuasnya".kata Tamuz dengan keras dan sangat bahagia. Sembari merasa bangga dengan dirinya sendiri.