Angel merutuki dirinya sendiri karena lupa membawa jurnal penting. Haruskah ia kembali ke Apartemen untuk mengambilnya? Akan sangat memakan waktu. Angel mondar-mandir bingung seraya menggigit bibir bawahnya. "Huft, bagaimana nih? Aku pulang saja? Tapi ini sudah hampir jam 8, bisa gawat kalau telat meeting." gumamnya.
Angel memberanikan diri untuk masuk ke ruangan Damian. Terlihat Bos Damian melirik Angel dengan wajah datarnya. Semoga saja Angel tidak mendapat gubrakan atau omelan pagi ini. Sekali saja, Angel diberikan kebahagiaan hidup tanpa omelan dari Bos. Wkwk,
"Permisi pak, saya mau minta izin pulang sebentar, boleh?" tanya Angel, lalu menundukkan kepalanya. Tak berani menatap Damian jika sedang seperti ini. Tatapannya pasti sangat mengerikan.
Dekheman santai, "Untuk apa? Sebentar lagi kita akan meeting, mau ngeluyur kemana?" tanya Damian seraya menajamkan tatapannya.
"Maaf pak, jurnalnya ketinggalan. Karena kemarin saya kerjakan di rumah. Kasih saya waktu 10 menit ya, pak?" jawab Angel dengan mempercepat ucapannya, kepalanya juga masih menunduk.
"Oke, 15 menit saja. Jangan sampai kamu terluka dan mempersulit saya, oke!" tegasnya,
Angel bernafas lega, akhirnya Damian memberi waktu sedikit lebih lama dari 10 menit. Ia langsung menuju parkiran, dengan buru-buru Angel naik motor penuh kecepatan alias gas pol akan cepat sampai. "Huftttttt, tarik nafas-buang nafas." Angel mengontrol dirinya, agar tidak terjadi sesuatu di jalan.
Kelalaian pagi ini sangat membuatnya repot, sudah 24 tahun tapi masih saja seperti anak kecil. Dan untung saja Damian tidak marah seperti beberapa bulan lalu. Angel dimarahi habis-habisan karena berkas penting ketinggalan. Ada apa dengan Pak bos?
****
Sudah 10 menit berlalu Damian membiarkan Angel mengambil berkas untuk meeting hari ini. Lelaki gagah dan memakai setelah jass hitam itu menopang dagu. Memikirkan senyuman dan kepolosan Angel. Wanita itu sudah bertahun-tahun berada di sampingnya. Baru kali ini Damian merasa betapa pentingnya Angel di dekatnya. Ya, kecerobohan Angel memang begitu menguras emosi Damian. Tapi, wanita itu adalah sekertaris paling top dan hebat. Tidak pernah mengecewakan perusahaan.
Ketika pintu ruangan terbuka, Damian merubah posisinya kembali tegap dan gagah. "Ck," Damian berdecak, seseorang datang membawa berita penting. Sosok itu melangkah mendekati Damian dengan penuh tatapan tajam. Damian mengernyitkan alisnya, lalu terkekeh geli melihat kelakuan Ardian. Memasang wajah serius saat berada di kantor apalagi saat menghadapnya.
"Ada apa?" tanya Damian seraya bersandar sandar di kursi miliknya. Memandang Ardian tidak begitu serius, "Ck, apa yang terjadi?" tanya Damian memastikan, wajah Ardian tidak berubah santai malah menjadi gugup dan bergemetar.
"Tuan, sepertinya Pak Haidar membatalkan bekerja sama dengan kita. Dan, membawa uang yang telah kirimkan satu bulan yang lalu. Maafkan saya, tidak bisa mencegahnya." ujar Ardian dengan suara terbata-bata mengatakan hal yang serius. Lelaki itu sudah berkeringat dingin, apalagi melirik ke arah Damian yang sudah berekspressi penuh tatapan tajam dan menahan amarah.
"Hubungi sekertaris Angel, kita mempercepat Meeting hari ini. Dan kita akan memberi pelajaran pada Haidar sialan itu. Berani-beraninya dia memperlakukan kita seperti ini. Ck, manusia tidak berguna!" kemarahannya sudah tidak bisa ditahan lagi. Damian sangat membenci hal ini, jika di dunia ini tidak ada sanksi dan hukum. Pasti ia akan mencari Haidar sendiri dan membunuh lelaki itu.
"Baik pak, saya permisi." Ardian menunduk hormat, lalu membalikkan badannya berjalan keluar ruangan. Tapi, Damian menyuruhnya untuk tetap berada di ruangan ini.
"Tunggu!" perintah Damian, "Lalu, dimana orang sialan itu berada?" lanjutnya bertanya.
Sontak Ardian terkejut, lalu kembali menghadap Tuan Damian. "Maafkan saya, kami baru saja meminta polisi untuk menyelidiknya lebih lanjut. Bapak jangan khawatir," jawab Ardian. Kemudian menghubungi Angel, tapi tidak di jawab sama sekali. Andrian pun mengirimkan pesan.
"Aku tidak sabar, berikan info selanjutnya secepat mungkin kepadaku!" perintah Damian begitu tegas. Lelaki itu mencoba menahan diri agar tidak gegabah. Menjadi pemimpin perusahaan memanglah tidak mudah baginya. Apalagi cita-citanya bukan menjadi Ceo.
"Tetaplah di sini dan menunggu sekertarisku datang!" perintahnya lagi, Ardian menganggukkan kepalanya sebagai respon dan berdiri tegap di hadapan Damian.
4 menit kemudian. Angel datang dengan membuka pintu sambil tergesa-gesa. Tak lupa dengan cengiran bodohnya, di pandang Bos dengan tatapan datar. "Maaf pak, saya tepat waktu kan?" tanya Angel,
"Iya, ada berita penting." ujar Damian
"Ada apa, pak?" tanya Angel serius, menatap Damian lalu menoleh ke arah Andrian yang tengah menunduk. Situasi semakin serius, detik berikutnya Angel merogoh ponselnya di saku rok. Mengecek beberapa pesan dan data laporan. Gadis itu terkejut ketika melihat jika salah satu Klient membatalkan kerja sama dengan perusahaan.
"Apa sudah mengubungi pihak yang bersangkutan?" tanya Angel pada Adrian,
"Sudah, tapi mereka tidak mengetahui keberadaan Pak Haidar. Sepertinya beliau pergi saat tengah malam." jawab Adrian.
"Kalau begitu, kita harus pastikan, dan selidiki pihak bersangkutan. Tolong urus ini dengan Pak Kriss, jangan lupa cepat berikan kabar pada kami." Angel menjelaskan.
"Baik bu, kalau begitu saya permisi, Pak." Adrian menunduk hormat lalu membalikan badan dan keluar ruangan.
Gadis itu melihat jarum jam di tangannya. "Pak, sudah waktunya Meeting." ucap Angel,
"Sebenarnya, saya tidak mempersalahkan uang yang mereka bawa. Hanya saja, orang itu tidak memiliki adab dan akhlak."
"Ini sudah termasuk penipuan pak, perusahaan kita seperti dipermainkan oleh mereka. Saya harap, orang itu akan dihukum setimpal dengan kesalahannya."
"Iya, saya paham itu." ujarnya dingin,
"Pengen tak hihh," gumam Angel greget,
Merek bergegas pergi untuk meeting, tidak ada hari untuk tidak meeting. Angel saja bosan. Mengikuti langkah Damian yang panjang dan lebar. Beberapa karyawan ada di samping Angel. Saat ponselnya bergetar Angel melirik ada pemberitahuan kalau ada pesan masuk dari salah satu rekannya. Wajah cantiknya mulai menyungging senyum tipis, lalu mengikuti langkah Damian menuju ruang meeting.
****
Kepala Angel begitu pening saat melihat salah satu di Instagram Damian yang memposting posenya bersama anak kecil. Tidak diperlihatkan wajahnya, hanya tangan saja tapi terlihat sangat imut. Siapa baby ini? Sepertinya ini foto lama yang di unggah lagi oleh Damian. Angel mengginggit bibir bawahnya kepo, yang komen pada memuji ketampanan si Damian. Cih, ya memang benar sih tampan.
"Aku jadi kepo," gumam Angel, memijit kepalanya agar peningnya berkurang. "Kenapa aku ngerasa aneh ya? Duh, kenapa sih?" desahnya.
Angel menggeser jarinya ke bawah, padahal ia sudah lama berteman dengan Damian di instagram. Tapi orang itu jarang sekali memperlihatkan aktivitasnya di medsos. Angel berdecak, lalu turun untuk menemui Arya di bawah.
Malam ini ada Arya sedang di bawah karena permintaan Angel untuk menemaninya. Gadis itu terlalu manja dengan Arya, entahlah sudah berapa kali Angel menyatakan perasaan pada Arya tapi tetap saja tidak direspon. Padahal Angel ini tidak jelek, dia cantik dan bohay.
"Hai beb," sapa Angel sembari memeluk Arya dengan erat, lelaki itu hanya membalas pelukan kecil. Kemudian tersenyum tipis, umur lelaki sudah 31 tahun beda setahun dengan Damian. Tapi, wajah tampannya awet muda.
"Bawa apa?" tanya Angel setelah melerai pelukannya.
"Aku membawa makanan kesukaanmu, tapi jangan makan banyak nanti perutmu sakit." balas Arya
"Wah, kenapa hanya beli satu. Apa kakak tidak mau makan juga?" ujar Angel
"Lihat saja seseorang yang ada di belakangmu!" suruh Arya kemudian Angel menoleh, melihat kedua temannya makan makanan dari Arya.
"Kenapa kau juga memakannya, huft dasar!" kesal Angel, ia pikir Arya hanya membelikan untuknya saja.
"Hust, tidak boleh berkata seperti itu Angel. Mereka memang sengaja ku belikan, dan sekarang makanlah makananmu!" sahut Arya, lalu menyuruh Angel untuk memakan makanannya. Setelah itu, Angel menyodorkan makanan ke mulutnya. Jujur saja, Arya sangat gugup untuk melahapnya.
To be continued❤