Happy Redding.
2 jam lamanya mereka melaksanakan meeting bersama klien besar dari luar negri. Akhirnya selesai juga. Damian berjabat tangan dengan klient besar tersebut, disusul oleh Angel seraya tersenyum ramah. Bekerja sama dengan orang penting. Angel harus bisa menggunakan berbagai bahasa. Tentu, Angel menguasai bahasa inggris, korea dan jepang. Meski belum semuanya ia kuasai, tapi ini sudah cukup lumayan agar tidak mempermalukan Bosnya pada teman bisnis perusahaan.
Sedikit berbincang menggunakan bahasa inggris, Angel merasa bangga pada dirinya. Dulu blepotan, tapi sekarang lumayan. Berkat siapa? Berkat Pak bos dan Bonusnya. Maka dari itu Angel giat belajar. Wajar saja, saat masih sekolah kerjaan Angel hanya molor. Duh,
Mereka akan kembali ke ruangan kerja.
"Setelah ini kita ma--." satu tangan Damian terangkat, pertanda kalau Angel harus menghentikan ucapannya. Menatap penuh tanya pada sosok pemilik tatapan tajam itu. Angel menghela nafasnya panjang.
"Saya perlu makan siang." ujar Damian, lalu menuju lift untuk turun ke bawah. Hari sudah siang, ia juga perlu makan siang dong.
Angel melirik pada jam di tangannya. 11.30 WIB belum waktunya makan siang, biasanya juga jam 12.00 WIB. Tapi ini permintaan Bos besar, Angel mengekori Damian yang berjalan penuh pesona. "Bapak mau makan dimana hari ini?" tanya Angel dengan lemah lembut.
"Terserah." jawab Damian.
Kalau dijawab terserah seperti ini, Angel mulai gelisah. Nanti kalau tidak cocok dengan keinginan Damian pasti ngomel dan protes. Ngeselin emang;v
"Kalau begitu di tempat biasa, ya pak?"
"Saya bosan. Cari tempat yang enak, dan sedikit ada pemandangannya."
"Kalau begitu di puncak saja pak, enak bisa lihat pemandangan."
"Ck, kau ini. Kau ngebet liburan ya?" celetuk Damian menatap sengak pada Angel. Kelihatan sekali gadis itu mengode minta liburan.
"Aduh," lirih Angel seraya menutup mulutnya keceplosan.
"Tidak pak, saya cuma bilang." sarkas Angel lembut, tersenyum adalah kewajiban untuk meredakan rasa dongkol pada Damian.
Ting!
Lift terbuka. Damian melangkahkan kakinya lebar-lebar, lelaki itu berjalan dengan penuh pesona yang membuat para karyawan terkagum. Padahal Damian biasa-biasa saja, hanya saja pesona Damian murni dari dalam dirinya.
Angel mengikuti Bosnya seraya memasang senyum lebar menyapa karyawan. Ia seperti perwakilan senyum dari Pak Bos. Ada kalanya Pak bos itu akan tersenyum, dari sorot matanya saja tajam. Tidak pernah mempengaruhi kegantengannya.
****
Damian menikmati makan siang di suatu tempat yang menurutnya sesuai keinginan. Kenapa Angel selalu pintar dalam hal pekerjaan. Di saat luar pekerjaan ada saja tingkah konyolnya yang membuat Damian jengkel dan mengeluarkan kata-kata mutiara. Damian melirik ke arah Angel yang sedang sibuk dengan laptop. Tentu, gadis itu sedang bekerja.
Memandang dan mengamati wajah cantik, polos dan begitu mempesonanya Angel. Damian teringat pada seorang gadis yang pernah bersamanya waktu itu. Sedikit mirip dengan Angel, panggilannya sama tapi nama aslinya beda. Sekarang entah dimana wanita itu. Masih memandang Angel hingga lelaki itu meneguk ludah, ketika Angel bergeming sendiri membaca berkas. Bibir sexy itu membuat otak Damian traveling ke mana-mana.
"Gila apa-apaan ini," batin Damian, ia menghentikan aktifitasnya memandang Angel.
"Tapi, memang dia sangat cantik." batinnya lagi, sudah 2 tahun bekerja menjadi atasan Angel. Memiliki sekertaris yang kecantikkannya baru ia sadari sekarang.
"Uhuk-uhuk," Damian tersedak, dengan cepat Angel memberikan air putih untuk Bosnya.
"Pelan-pelan Pak, saya tidak minta kok." ujar Angel, tangan mulus Angel juga mengulurkan tisyu. Damian jadi salah fokus,
"Kenapa tidak makan? Ini sudah waktunya makan siang, Angel." tanya Damian, setelah meneguk segelas air putih. Bisa-bisanya orang habis tersedak, terus marah-marah.
"Nanti pak, tanggung nih," jawab Angel santai tanpa menoleh ke arah Bosnya.
"Mau saya tambahi?"
"Ini saja belum kelar-kelar. Masa mau ditambahi lagi sih?! " keluhnya,
"Lebih baik kau makanlah dulu, jangan terlalu sering membantahku!" celoteh Damian, dengan cepat Angel menutup kembali laptopnya. Makanan tersedia 15 menit yang lalu sudah menantinya melahap. Dengan cantik, Angel melahap makanan itu. Membuat sepasang netra pekat melirik penasaran ke arahnya.
****
Di malam ini Damian melamun sembari duduk di meja kerjanya di rumah. Lelaki itu memikirkan seseorang yang pernah ada di hatinya. Kenapa Damian tidak bisa melupakannya, padahal wanita entah dimana sekarang. Melihat foto yang selalu ada di ruangannya, ia tersenyum tipis. Kenapa sesingkat ini pertemuannya? Seperti tidak ditakdirkan bahagia oleh Tuhan.
Damian sadar, dulu ia bukan orang baik benar-benar bejat dan biadab. Setelah bertemu dengan seseorang yang akan meracuninya waktu itu. Dan mereka malah terjebak dalam satu malam yang membuat Damian ingin terus bersamanya. Sosok Angeline, kenapa Damian terus mengharapkan kehadirannya.
"Kenapa aku merindukannya?" gumam Damian sembari memijit pelipis kepalanya.
Mendapat notifikasi dari seseorang, Damian membuka ponselnya dengan malas. Ternyata sekertaris nya mengirimkan pesan yang sama sekali tidak mengerti. Bibirnya menyungging senyum bingung, "Apa sih yang ada di otak gadis ini?" celotehnya pelan, tidak habis pikir dengan kelakuan Angel.
20.30 WIB.
Secretary Angelita.
Hari ini aku sedang frustasi karena Suho mencium Jukyung. Aku sangat cemburuðŸ˜ðŸ˜.
Mungkin saja Angel salah kirim, memalukan sekali bukan? Tingkah konyol dan cerobohnya membuat Damian menggeleng pelan. Kenapa dia bertemu dengan orang seperti Angel. Ia pikir wajah cantik dan lekuk tubuhnya sesuai dengan kewarasannya, ternyat tidak sama sekali. Damian terkekeh. Lalu beranjak dari tempat kerjanya menuju kamar tidur.
Waktunya istirahat, andai ada sosok Angeline masih bersamanya. Pasti Damian tidak akan kesepian seperti ini. Lagi-lagi Damian meringsutkan badan menyelimuti tubuh kekarnya. Memeluk guling, memejamkan mata sebisa mungkin. Kepalanya diserang pusing, moment saat mereka melakukan penyatuan selama berjam-jam. Suatu saat jika ditakdirkan bersama. Angeline pasti kembali untuknya.
Flashback on.
Ketika Angeline sedang berdiri di balkon kamar. Ia tidak memikirkan untuk kabur, sudah lelah berusaha kabur-kabur dan kabur. Damian tidak akan pernah membiarkannya. Dan sekarang kalau Angeline mau, ia bisa saja bunuh diri dari lantai paling atas. Ck, Damian memindahkan kamar mereka ke lantai paling atas.
Angeline kesal, kenapa Damian tidak melepaskannya atau membunuhnya saja sekalian. Apa sebenarnya tujuan Damian menyekapnya, Angeline merasa jadi budak nafsunya lelaki biadab itu. Angeline sudah mengakui penyamarannya, mengakui ingin membunuh Damian dengan racun malam itu. Damian tidak berkutik, malah menciumnya sampai Angeline kehabisan nafas. Kelakuan lelaki itu tadi siang benar-benar membuat Angel semakin benci.
Tangan gadis itu mengepal kuat, "Aku membencimu Damian! Kau menghancurkan segala hidupku! Kau memisahkan aku dengan kakakku! Arggg!" umpatnya kesal, kalau saja Damian tidak hadir dalam hidup keluarganya waktu itu. Pasti ini tidak akan terjadi, Angeline tidak akan berada di tempat ini.
"Hikss, Ayah... Ibu..." desah Angeline tak kuat menahan air mata merindukan kedua orang tuanya. Mereka sudah tenang di alam sana, Angeline menyesal karena tak bisa melindungi keluarganya. Hiks,
"Kenapa malam-malam begini kau ada di luar? Apa kau ingin mengakhiri hidupmu?" suara serak bergeming di telinga Angeline. Gadis itu menoleh, menatap penuh kebencian pada Damian setajam-tajamnya.
"Kenapa kau tidak membunuhku saja Ha?! Kenapa aku dijadikan budak nafsu mu! Bajingan!" bentak Angeline. Gadis berusia 20 tahun menantang Damian yang lebih tua darinya. Keberanian Angeline membuat Damian sedikit tersentuh, dendam karena keluarganya habis terbunuh.
Damian mendekatkan wajahnya ke Angeline, menatap murka sembari rahang yang mengeras. "Aku tidak menjadikanmu sebagai budak nafsu ku! Tapi kau sendiri yang menggodaku!" balas Damian tak kalah sadis, mengapa memutarbalikkan fakta.
Angeline emosi mendengarnya, bisa-bisanya Damian mengatakan itu."Apa? Menggodamu? Cih, kau benar-benar pintar untuk membuatku semakin membencimu. Dasar iblis!" cetus Angeline.
Damian menyengkram leher Angeline sampai wajah gadis itu memerah. Omongan pedas Angeline membuat telinganya panas. "Sekali lagi kau mengatakan aku adalah iblis. Ku lempar kau dari lantai tinggi ini!" Damian menghempaskan tubuh Angeline sampai tersungkur ke lantai. Batuk-batuk menghirup oksigen
Lelaki itu keluar kamar dengan langkah cepat. Malam ini Angeline bisa tidur nyenyak. Tidak melayani Damian selama berjam-jam, tapi entah kenapa Angeline merasa kalau dirinya juga sangat menyukai sensasi malam bersama Damian.
Flashback off
To be continued.