Daisy POV
Aku dan Rian sekarang sedang berada di pasar malam. Tadi Rian memberhentikan motornya di depan pintu masuk pasar malam karena Rian dengar kalau aku ingin ke pasar malam.
Aku sekarang duduk di bangku yang ada di pasar malam untuk menunggu Rian. Soalnya tadi Rian izin katanya mau ke toilet tapi entah kenapa lama banget dan dari pada aku bengong gak jelas akhirnya aku foto-foto aja lumayan lagi banyak lampu kelap-kelip yang cantik dan cocok buat di apload ke sosial media.
Namun saat aku sedang asik memotret diriku sendiri tiba-tiba ada seseorang yang muncul di hadapanku. Aku memperhatikan orang tersebut dari bawah sampai ke atas. Orang tersebut memakai sepatu sekolah dan seragam putih abu-abu. Saat aku melihat wajahnya aku langsung mengomeli orang tersebut.
"Rian! Lo lama banget. Gue dari tadi nungguin lo ampe lumutan tau gak." kesalku ke pada Rian.
"Maaf soalnya gue tadi beli sesuatu dulu buat lo."
"Sesuatu?" tanyaku yang di anggukkan oleh Rian.
"Dan gue yakin lo bakalan suka banget sama yang gue beli tadi." ucap Rian dengan begitu yakin.
"Emang lo tau apa yang gue suka dan yang gak gue suka?" tanyaku pada Rian.
"Ya tau lah! Masa seorang Rian Alveno Aldinata gak tau apa yang lo suka sama yang gak lo suka."
"Emang apa?" ucapku dengan penasaran.
"Makanan favorit lo itu kulit ayam goreng, telor balado, soto daging betawi, bakso, fuyunghai, kentang balado campur udang. Kalo minuman, lo itu suka banget sama jus alpukat, teh dan susu dan lo gak suka kopi sama makanan yang__"
"Rian, lo tau dari mana semua makan dan minuman favorit gue?" aku terkejut saat Rian menyebutkan semua makanan dan minuman yang aku sukai. Aku rasa memang ada yang aneh dengan Rian atau aku yang aneh? Soalnya beberapa hari yang lalu aku merasa kalau aku itu pernah ke sekolah tempat di mana aku sekolah sekarang tapi kata Mama aku dejavu.
Saat aku menanyakan kenapa Rian tau semua tentang makanan dan minuman favorit aku. Rian terlihat salah tingkah dan itu benar-benar membuat aku yakin kalau ada yang aneh dengan Rian.
"TADAAA! Liat gue bawa permen kapas ke sukaan lo." Rian yang mengeluarkan permen kapas yang dia sembunyikan di belakang punggung nya. Aku yang melihat permen kapas tepat di depan mataku langsung aku ambil tapi Rian malah mengangkat permen kapas itu tinggi-tinggi dan itu membuat aku susah untuk menggapai permen kapas itu.
"Rian, gue pengen makan permen kapas nya." aku yang berusaha mengambil permen kapas dengan sedikit melompat.
"Rian, kasih permen kapas nya ke gue." aku yang masih berusaha mengambil permen kapas itu dari Rian.
"Ambil dulu kalo bisa." Rian yang menaiki bangku dan mengangkat tangan nya tinggi dan itu membuat aku semakin susah untuk mengambil permen kapas nya.
"Rian, gue gak nyampe." rengek ku sambil melihat Rian yang berdiri di atas bangku.
"Naik lah." ucap Rian yang langsung aku turuti.
Saat aku sudah naik di atas bangku bersama Rian. Aku langsung kembali merebut permen kapas itu dari tangan Rian walau sedikit susah karena tubuhku yang lebih pendek dari Rian.
"Rian." aku yang berusaha menggapai permen kapas itu.
"Kasih gak permen kapas nya ke gue." ucapku yang mulai kesal.
"Nih." Rian yang akhirnya memberikan permen kapas nya untuk aku tapi saat aku mengambilnya Rian malah mengangkat tangan nya dan itu membuat aku kesal. Karena aku kesal akhirnya aku mengambil permen kapas itu dengan sedikit memberontak sehingga aku terpeleset dan hampir jatuh kebelakang tapi untung nya Rian menangkap ku dengan memegang pinggang ku dan aku pun tidak terjatuh tapi saat aku ditangkap oleh Rian. Kami berdua saling tatap menatap.
"Aduh gawat jantung gue." ucapku dalam hati. Karena saat aku di tangkap oleh Rian. Wajah kami berdua sangat dekat dan saat aku melihat wajah Rian aku merasa jantungku berpacu dua kali lipat dari biasanya.
"Mudah-mudahan Rian gak denger suara detak jantung gue." ucapku dalam hati yang masih menatap wajah Rian.
Karena aku tidak tahan lagi akhirnya aku bangun dan melepaskan tangan Rian dari pinggang ku. "Eumm... Rian." ucapku sedikit gugup.
"Makasih. Lo udah tolongin gue tadi." Aku yang berterimakasih kepada Rian sambil membenarkan seragam ku.
"Iya sama-sama." ucap Rian.
"Oh iya nih permen kapas nya." Rian yang akhirnya memberikan permen kapas nya ke aku. Harusnya dari awal Rian kasih permen kapas nya ke aku biar aku tidak ngerasain gejala aneh seperti ini.
Aku dan Rian mengelilingi pasar malam sambil memakan permen kapas yang ada di tanganku. Soalnya tadi Rian cuman beli satu permen kapas doang jadi kita berbagi permen kapas walau yang paling banyak makan permen kapas nya itu aku.
"Rian naik bianglala yok!" aku yang mengajak Rian dengan semangat. Akhirnya aku dan Rian menaiki bianglala bersama-sama. Setelah menaiki bianglala aku dan Rian main bom-bom car dengan menabrakkan mobil kami satu sama lain. Aku dan Rian juga naik Komedi putar atau Carousel, Rumah hantu dan permainan ketangkasan.
Aku dan Rian sedang berjalan menuju parkir motor sambil bercerita tentang kejadian-kejadian lucu tadi di wahana pasar malam.
"Gila Rian seru banget tadi pas kita main bom-bom car." ujarku sambil mengingat keseruan di saat aku menaiki bom-bom car.
"Apa lagi pas kita masuk ke rumah hantu. Sumpah muka lo jelek banget." Rian yang mengejek ku sambil tertawa.
"Terus lo bilang 'Rian ayok kita balik aja yok. Gue takut' udah mana ngomong nya sampe nangis lagi." Aku yang di ejek oleh rian tak tinggal diam aku langsung mencubit pinggang Rian. "Enak aja lo kalo ngomon."
"Tapi bener kan?" tanya Rian.
"Ya wajar lah kan gue takut." jelas ku.
"Nih helm nya." Rian yang memberikan aku helm.
"Pegangan entar jatoh." ucap Rian yang dengan bodohnya aku turuti.
* * * *
Aku dan Rian sekarang sudah berada di depan rumah ku. Aku turun dari motor Rian lalu membuka helm yang aku kenakan tadi.
"Thanks ya Rian untuk semuanya." aku yang mengembalikan helm Rian yang tadi aku pakai.
"Your welcome." balas Rian dengan senyum termanis yang pernah aku lihat.
"Yaudah gue pamit ya." pamit Rian pada diriku.
"Iya." ucapku sambil nganggukan kepala.
"Hati-hati Rian!" ucapku saat Rian mulai melajukan motornya. Saat Rian sudah tidak terlihat lagi aku langsung masuk ke dalam rumah dengan bahagia.