Sekarang sudah hari senin. Hari dimana semua orang memulai aktivitas nya kembali. Seperti sekarang, Daisy sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Sebelum keluar dari kamar, Daisy memasang gantungan tas yang diberikan oleh Keyla saat ia main ke rumah Ella kemarin. Katanya itu tanda pertemanan antara dirinya dan Keyla.
Di gantungan tersebut menggantung sebuah sepatu kecil berwarna hitam dan putih yang terbuat dari karet. Sepatu itu dihiasi satu bunga Daisy.
"Cantik," seru Daisy sambil melihat tasnya yang terlihat tambah menarik setelah dipasangkan gantungan tas. Setelah puas memandangi tasnya, Daisy langsung turun ke bawah untuk sarapan pagi.
"Good morning Kak Dony," sapa Daisy dengan senyum hangatnya. "Morning," jawab Dony sebelum menggigit roti yang menjadi sarapan nya pagi ini.
Daisy meletakkan tasnya di kursi sebelah kanan dan ia duduk di kursi sebelahnya. Daisy duduk berhadapan dengan Dony.
Daisy mengambil satu roti tawar tapi saat dirinya ingin mengambil selai kacang, toples selai itu tidak ada di tempatnya.
"Kak Dony, selai kacang nya abis ya?" Daisy yang matanya masih mencari-cari keberadaan toples selai kacang. "Sebentar biar Kakak ambil dulu." Dony beranjak dari tempat duduknya.
"Gak usah, biar Lia aja yang ngambil," interupsi Daisy kepada Dony.
Daisy pergi ke dapur, ia membuka pintu rak kitchen set untuk mengambil selai kacang. Namun dirinya tidak bisa menggapai toples selai tersebut, karena toples selai kacang nya diletakkan di bagian paling dalam.
Dan itu membuat Daisy berjinjit agar dirinya bisa mengambil toples selai nya tapi sepertinya itu sia-sia, karena tangannya sama sekali tidak bisa menyentuh toples selai kacang.
Sampai sebuah tangan mengambil toples itu, tentu saja hal itu membuat Daisy menoleh dan betapa terkejutnya saat dirinya mendapati Rian di sana.
Bagaimana Rian bisa masuk kedalam rumahnya dan bagaimana jika Dony tau, bisa-bisa dirinya akan di interogasi oleh Dony sepanjang malam.
"Harusnya kau minta tolong sama Kak Dony," ucap Rian sambil membuka tutup toples selai kacang dan menutupnya kembali lalu memberikannya kepada Daisy.
"Kok lo bi-bisa ada di sini?" Daisy mengambil alih toples selai kacang.
"Lia, kenapa lama banget ngambil selai nya? ayok ke meja makan lanjutin sarapannya," ucap Dony melongok ke dapur.
"Eh ada Rian," ucap Dony saat melihat ada Rian di dapur.
"Kau juga ikut sarapan ya Rian," ajak Dony.
"Aku udah sarapan kak di rumah, jadi gak usah," tolak Rian dengan lembut. Daisy yang melihat percakapan antara Dony dan Rian hanya bisa menatap mereka berdua dengan tatapan tidak percaya.
Kenapa Kakaknya itu tidak curiga sama sekali melihat keberadaan Rian, ah sudahlah Daisy benar-benar pusing memikirkan hal ini. Lagi juga selama tidak ada keributan itu bukanlah masalah.
"Lo hutang cerita sama gue!" ucap Daisy sambil melotot tajam ke arah Rian. Setelah itu Daisy pergi ke meja makan bersama Dony dan disusul oleh Rian.
* * * *
Sekarang Daisy berada di dalam mobil Rian. Mulai hari ini dan seterusnya Daisy akan diantar jemput oleh Rian. Daisy sudah berusaha menolak untuk hal ini ke pada Dony tapi Kakak nya itu tidak bisa di dibantah sama sekali.
"Gue yakin ini pasti rencana lo kan? ngaku lo!" Daisy memutarkan badan nya menghadap ke Rian dan mencondongkan tubuhnya lalu melotot tajam.
"Kamu tuh bisa duduk yang bener gak sih? ini aku lagi nyetir, entar kalo kecelakaan gimana?" Rian mengalihkan pembicaraan.
"Jawab dulu pertanyaan gue!" Daisy yang sepertinya benar-benar ingin tahu.
"Bisa gak kalo ngomong sama pacarnya jangan pake gue-lo tapi pake aku-kamu?" Rian masih fokus menyetir.
"Gak bisa, pokonya sekarang jawab. ini semua emang rencana lo kan? jawab cepetan, gak usah ngalihin pembicaraan!" bentak Daisy.
"Ini bukan rencana aku tapi ini semua permintaan dari Kak Dony," jawab Rian.
"Tapi ini gak biasanya Kak Dony kaya gini." Daisy menyender pada punggung jok mobil.
"Terus kok lo sama Kak Dony bisa saling kenal? itu gimana ceritanya, coba jelasin." Daisy yang kembali menghadapkan tubuhnya ke Rian.
"Udah tanya-tanyanya nanti aja sama Kak Dony, ini aku lagi nyetir gak bisa fokus kalo kamu ngasihin aku pertanyaan terus," ucap Rian sambil melihat ke arah Daisy sesekali. Daisy pun akhirnya membenarkan posisi duduknya dan menatap kearah luar jendela.
Sekarang mereka berdua sudah sampai di sekolah. Rian memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah. Saat Daisy keluar dari mobil Rian, semua pasang mata yang berada di sana menatap Daisy heran.
"Kok bisa sih Daisy satu mobil sama Kak Rian?" bisik salah satu murid yang rambutnya di kuncir kuda ke teman sebelahnya.
"Mana gue tau tapi apa jangan-jangan mereka pacaran?!" tebak temannya itu.
Daisy yang mendengar percakapan mereka hanya mendengus kesal dan memutarkan bola matanya malas. Inilah yang akan terjadi jika berpacaran dengan Ketua OSIS terlebih lagi Rian ini adalah inceran para kaum hawa di sekolah ini.
Tak mau berlama-lama di tempat parkiran, Daisy memutuskan untuk pergi ke kelas duluan dan meninggalkan Rian yang baru saja keluar dari dalam mobil.
Rian yang melihat Daisy pergi hanya bisa tersenyum. Akhirnya dirinya bisa berangkat dan pulang sekolah bareng.
Tapi tanpa di sadari oleh Rian, segerombolan teman-temannya sedang memperhatikan dirinya yang sedang tersenyum kearah Daisy dan tentu saja mereka melihat Daisy keluar dari dalam mobil Rian.
"Hey bro! kayanya lagi bahagia banget nih." Galang menepuk pundak Rian.
"Kok lo bisa berangkat bareng sama Daisy?" tanya Denta.
"Bisalah, kan pacarnya. iya kan?" Bobby menepuk pundak Rian sambil melihat wajah Rian. Semenjak insiden keceplosan nya itu, Bobby langsung menjelaskan kalau dirinya menjadi saksi mata dimana Rian menembak Daisy.
Sebenarnya Bobby menjelaskannya hanya kepada Rian jadi wajar jika teman-temannya yang lain menatap dirinya dengan tatapan bingung.
"Serius lo Rian?" tanya Galang.
"Perasan ya, baru aja kemarin gue liat lo ribut-ribut terus sama Daisy udah kaya Tom and Jerry. Ehh sekarang malah udah pacaran aja," ucap Denta.
"Itu namanya benci jadi cinta," ucap Bobby disertai senyum.
"Ngomong-ngomong, traktiran nya jadi kan?" tanya Bobby memastikan, sementara Rian hanya anggukkan setelah itu mereka pergi ke kelasnya.
Sementara itu, Daisy di kelas sedang kongkow bersama kedua sahabatnya. "Daisy, menurut lo Bobby tuh orangnya kaya gimana?" tanya Ella.
"Play boy," jawab Daisy singkat padat dan jelas. Ella hanya menanggapi jawaban Daisy dengan mendengus kesal. Sahabatnya ini benar-benar tidak bisa menilai sisi baik seseorang.
"Menurut lo, Bobby gimana Ris? cocok gak sama gue?" Ella beralih bertanya kepada Riska, berharap jawaban yang di lontarkan oleh Riska tidak mengecewakan dirinya.
"Tajir gak? kalo tajir sih gak masalah," ucap Riska dengan santai.
"Sialan! ternyata lo cewek matre," umpat Ella sambil melempar pulpen milik Daisy tapi sayangnya Riska menghindar alhasil pulpen Daisy tergeletak naas di atas lantai.