Daisy menutup pintu kamarnya dan menyanderkan pundaknya dibalik pintu sambil memikirkan hal-hal yang berkecamuk di dalam kepalanya.
"Aish! sebenernya siapa yang seorang pembunuh?!" Daisy berjalan lalu duduk di tepi ranjang.
#Flashback ON
Tadi sore di restoran saat selesai makan Daisy pamit ke toilet sebentar tapi saat ia keluar dari dalam kamar mandi dan ingin membasuh wajah di wastafel, Daisy dikejutkan oleh tulisan di cermin.
Daisy mendekat kearah cermin tersebut untuk memastikan bahwa dirinya salah membaca. Namun nyatanya ia sama sekali tidak salah membaca.
Di cermin itu bertuliskan "KAU SEORANG PEMBUNUH!" tapi Daisy berusaha berpikir positif mungkin saja ini bukan untuk dirinya, namun disini hanya ada dirinya dan tidak ada orang lain.
Lalu indra penciumannya mencium bau amis dan ternyata itu ditulis oleh darah dan hal itu membuat Daisy panik, tanpa pikir panjang Daisy langsung membersihkan tulisan itu menggunakan air.
Karena tidak mau berlama-lama, setelah kaca itu bersih Daisy langsung saja keluar dari dalam toilet dan kebetulan saat tiba di meja tempatnya makan, para sahabatnya sudah bersiap-siap ingin pulang.
Namun Daisy tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya dengan wajah yang sangat bahagia.
Saat Daisy keluar dari restoran tersebut orang itu langsung mencabut peringatan bahwa toilet sedang diperbaiki dan pergi dari sana.
#Flashback Off
"Apa Papa atau Mama yang dimaksud sebagai pembunuh oleh orang itu?" Daisy bertanya pada dirinya sendiri.
"Tapi itu gak mungkin, mana mungkin Mama sama Papa melakukan hal sekeji itu," bantah Daisy.
"Atau bisa jadi Kak Dony?" pikir Daisy
"Ahh ini bukan Mama, Papa ataupun Kak Dony. pasti ini gue, yaa pasti ini gue. Buktinya orang itu neror gue kan, tapi kapan, dimana dan siapa yang gue bunuh? kenapa gue gak inget sama sekali?!"
Daisy benar-benar tidak mengerti dengan semua hal ini dan Daisy juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Mengapa dirinya tidak bisa mengingat hal itu, ia merasa otaknya seperti buntu.
Semakin dipaksakan untuk mengingat, semakin terasa pusing juga kepalanya. Daisy memukul-mukul kepalanya yang terasa sakit, akibat rasa kesal karena tidak kunjung mengingat hal itu.
Akhirnya Daisy memutuskan untuk mengambil air minum di dapur, agar dirinya bisa sedikit rileks.
Daisy mengambil botol yang berisi air putih di dalam kulkas lalu menuangkan air tersebut kedalam gelas yang tadi sudah ia ambil.
"Lia, rambut kamu kenapa? kok kusut kaya gitu," tanya Dony sambil mengambil beberapa cemilan dan air putih untuk ia makan nanti di kamar.
"I-ini tadi Lia mau mandi ehh malah ketiduran di kasur terus kebangun deh soalnya Lia haus," lalu Daisy merapihkan rambutnya yang tadi sempat ia jambak sendiri akibat kesal.
"Kak Dony ngapain bawa cemilan banyak? emangnya ada temennya Kak Dony?" Daisy berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Ia tidak mau kalau Kakak nya tanti akan bertanya-tanya lebih jauh lagi.
"Enggak, ini Kakak mau ngerjain tugas sambil nyemil biar gak ngantuk," jawab Dony.
Setelah dirasa cukup, Dony langsung berjalan kembali ke kamarnya yang di ikuti Daisy dari belakang.
"Kak, Mama sama Papa belum pulang?" tanya Daisy dengan kepala yang menunduk sambil menaiki anak tangga.
"Belum," jawab Dony.
"Kak Dony, kita ke ruang kerja Papa yuk!" ajak Daisy. Namun langkah kakinya berhenti saat melihat kaki Dony yang berhenti menaiki anak tangga terkahir.
"Kenapa?" Dony membalikkan badannya dengan wajah yang datar ditambah aura negatif yang keluar dari dalam diri Dony.
Hal itu sukses membuat Daisy menelan ludahnya karena takut dengan aura dan tatapan yang diberikan Dony.
"L-Li-Lia, cuman__"
"Kamu taukan kalo Papa udah ngelarang kita untuk masuk ke ruang kerjanya?" Daisy yang mendengar pertanyaan itu hanya bisa mengangguk kan kepalnya takut.
"Sekarang kamu masuk ke kamar. kamu bilang, kamu belum mandi kan? mandi sana!" Dony menepi ke pinggir untuk memberi jalan Daisy menuju ke kamarnya.
Tanpa banyak pertanyaan lagi Daisy langsung berlari kecil masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya rapat-rapat. Sementara Dony kembali ke kamarnya setelah melihat Adiknya sudah masuk kedalam kamar.
"Sumpah Kak Dony lebih serem daripada hantu." Daisy memegang dadanya yang berdegup begitu kencang akibat rasa takut.
"Padahal tadi Kak Dony biasa aja tapi kenapa jadi serem kaya gitu sih?!" Daisy yang masih tidak menyangka jika Kakaknya bisa seperti itu.
"Au ahh! mending gue mandi aja, pusing lama-lama mikirinnya." Daisy langsung melepaskan gelang yang berada di tangannya secara paksa lalu meletakkannya di atas meja rias yang bersebelahan dengan pintu kamar mandi.
* * * *
Setelah selesai mandi Daisy keluar dari kamarnya menuju ke dapur, karena hidungnya sudah mencium aroma yang sangat menggugah selera hingga perutnya terasa lapar.
Di sana Daisy melihat Kakaknya yang sedang membuat Udang Asam manis dan terlihat di atas pantry sudah ada Telur dadar dan Ayam Goreng.
Dony kuliah mengambil jurusan Tata boga, mangkannya dari itu Dony jago dalam hal memasak dibandingkan dengan Daisy.
Sebelum mendekati Dony, Daisy mengumpulkan keberaniannya terlebih dahulu. Takut nanti Dony tiba-tiba bersikap seperti tadi.
Daisy menghampiri Dony dengan langkah kaki yang pelan. Jujur walaupun dirinya sudah mengumpulkan tekadnya tapi tetap saja rasa takut masih ada di dalam dirinya.
"Kak Dony," panggil Daisy, namun Dony hanya bergumam sambil mengosengkan Udang Asam Manis di atas teflon.
"Lia minta maaf untuk masalah yang tadi sore tapi Kak Dony jangan kaya gitu lagu, Lia takut." Daisy menundukkan kepalanya.
Dony mematikan kompornya karena masakannya sudah matang. "Kakak maafin tapi Kakak minta sama kamu untuk jangan pernah ngajakin kakak ke ruang kerja Papa dan kamu juga jangan nekat untuk kesana."
"Habis Lia penasaran sama ruang kerja Papa." Daisy yang masih menunduk sambil memainkan jarinya.
"Kenapa kita gak boleh kesana?" Daisy memberanikan diri untuk menatap Dony.
Salah, sebenarnya yang tidak boleh kesana hanya Daisy saja. Dony sebenarnya diizinkan, namun supaya terlihat tidak mencurigakan akhirnya Panji membuat alibi untuk Daisy agar Kakak beradik tersebut tidak boleh masuk ke ruang kerjanya.
"Entah, tapi kamu tau kan gimana Papa kalo marah? jadi Lia harus nurut!" perintah Dony.
Beginilah interaksi antara Kaka beradik yang sangat harmonis, tidak ada kekesalan atau semacamnya. Karena Dony sangat-sangat menyayangi Daisy.
Dengan sifat lembutnya itulah yang membuat Daisy juga sangat menyayangi Kakaknya. "Lia, janji!" ucap Daisy dengan semangat.
"Yasudah nih sekarang kamu pindahin makanannya ke meja makan, nanti yang ini biar Kakak aja yang bawa." Dony menuangkan Udang Asam Manis ke dalam mangkuk.
"Aye aye captain!" Daisy hormat kepada Dony lalu mengambil piring yang sudah di isi oleh ayam dan telur dadar.