Chereads / Daisy Chain / Chapter 37 - Sebuah rencana

Chapter 37 - Sebuah rencana

Setelah selesai menyisir rambutnya di meja rias, Riska mengambil handphone nya lalu mengklik nomor yang ingin ia hubungi.

Sambil menunggu telponnya diangkat, Riska merapihkan poninya yang menurutnya masih sedikit berantakan.

"Heh, gue udah ngebantuin lo buat nyelakain Daisy, tapi kenapa bayarannya gak sesuai seperti kesepakatan kita sebelumnya?" ucap seseorang diseberang sana.

Riska menghubungi Rama yang ia suruh untuk menyelakai Daisy, namun Riska tidak menyuruh Rama untuk menjatuhkan pot bunga dari lantai dua hingga mengenai atas kepala Daisy.

Ia hanya menyuruh Rama untuk menyelakai Daisy bagaimanapun caranya, tapi akhirnya Rama mempunyai ide untuk melakukan hal tersebut. Ia akan menjatuhkan potnya diwaktu yang tepat dan menurut Riska itu benar-benar ide yang sangat cemerlang.

Sementara saat Riska di sekolah, ia menyuruh Daisy dan juga Ella untuk duduk santai di taman samping sekolah. Hal itu untuk mempermudah Rama melakukan aksinya.

Rama pikir itu sebuah kebetulan tapi sebenarnya Riska membantunya. Rama sama sekali tidak mengetahui bahwa Riska lah yang menyuruhnya, karena Riska sama sekali tidak memberitahu identitas aslinya.

Dan selama berbicara dengan Rama, Riska menggunakan pengubah suara. Ia menggunakan suara Magic Voice, agar Rama tidak mengetahui jika itu dirinya.

Rama pun tidak perduli karena yang terpenting ia bisa mendapatkan bayaran yang dia mau.

"Lo tau, gue sampai babak belur karena ketauan kalo gue yang udah nyelakain Daisy," sambung orang tersebut.

Riska mendengar ucapan dari seseorang yang ia telpon hanya bisa tersenyum sinis. "Itu karena lo gak berhasil untuk menyelakai Daisy, jadi untuk apa gue bayar lo dengan full?" Riska menggunakan suara Magic Voice.

"Dan masalah wajah lo yang babak belur itu bukan salah gue, tapi salah lo sendiri. kenapa setelah lo menjatuhkan pot bunga bukannya langsung kabur tapi malah diam ditempat, dasar bodoh!" ucap Riska yang diakhiri umpatan.

"Gi-gimana lo bisa tau kejadian itu semua?" tanya Rama dengan nada terkejut.

"Lo gak perlu tau hal itu, intinya kerjasama kita berakhir sampai disini. Karena gue gak suka mempekerjakan orang yang sudah gagal melakukan rencananya," final Riska yang langsung mematikan telponnya saat Rama ingin membantah perkataannya.

* * * *

Seperti biasa, Rian janjian dengan Dony di kafe milik Dony sendiri. Ia harus melaporkan kejadian yang menimpa Daisy kemarin.

Hal ini sudah seperti kewajiban yang harus dilakukan oleh Rian. Setiap ada masalah yang berhubungan dengan Daisy, Rian akan langsung membicarakannya dengan Dony.

Karena ia yakin, pasti Daisy tidak akan menceritakan kejadian yang membuat anggota keluarganya menjadi sedih, maka dari itu Rian lah yang akan memberitahu ini semua ke Dony.

Rian tidak perduli jika nanti Dony menjadi memikirkan hal ini tapi intinya ia harus menyampaikan semuanya, karena bagaimanapun juga Dony adalah Kakak kandung dari Daisy.

"Ini sama sekali gak bisa dibiarin," ucap Dony saat setelah mendengar cerita dari Rian.

"Kita harus melakukan sesuatu untuk mengetahui siapa pelakunya," sambung Dony.

"Kak, Om Bram dan istrinya sama sekali gak punya anak?" tanya Rian.

"Seinget Kakak, kayanya Om Bram punya anak deh," jawab Dony sambil mengingat-ingat kembali.

"Oke, nanti aku akan berusaha cari informasi-informasi mengenai keluarga dari Om Bram, karena bisa aja kan anaknya ingin membalas dendam juga," pendapat Rian.

"Kakak setuju, nanti kalo kamu udah dapet semua informasi dari anggota keluarga Om Bram, jangan lupa kasih tau ke Kakak." Dony menyetujui rencana Rian.

* * * *

Saat ini Riska sedang duduk di atas kasur dengan kakinya yang selonjoran dan punggungnya yang ia sandarkan di kepala kasur king size miliknya.

Dengan santai ia memainkan ponselnya sambil menyumpal telinganya dengan earphone yang sudah disetel lagu-lagu favorit nya.

Saking terlalu asyik mendengarkan musik sambil memainkan handphone nya, Riska sama sekali tidak menyadari keberadaan Andre di sebelahnya yang berdiri sambil memperhatikan Riska.

Sampai tiba-tiba Andre melepas paksa earphone dari telinga Riska dan itu membuat Riska kaget dan memarahi sang Kakak setelah tau itu ulah darinya.

"Apaan sih lo? ngeganggu banget!" ucap Riska sambil kembali memasangkan earphone sebelah kiri yang tadi dilepas oleh Andre.

Namun setelah terpasang kembali, Andre langsung melepaskannya dan membuat Riska mendelik kesal.

"Lo ngapain kesini sih? mending lo balik sonoh ke kamar!" suruh Riska.

"Kalo perlu lo gak usah balik lagi kesini!" Riska sama Andre memang seperti itu. Mereka berdua tidak terlihat sebagai seorang adik dan Kakak.

"Gue mau ngomong," ucap Andre setelah duduk di tepi ranjang milik Riska.

Riska membenarkan posisi duduknya menjadi bersila dengan menaruh bantal di atas pahanya untuk menompang kedua sikutnya.

"Yaudah mau ngomong apa?" tanya Riska sambil menggulung kabel earphone.

"Gimana kalo kita mulai melakukannya secara terang-terangan?" Riska yang mendengarkan pertanyaan dari Andre hanya mengerutkan keningnya.

"Melakukan secara terang-terangan?? emang apa yang mau dilakuin?" heran Riska.

"Menyiksa Daisy lah, gimana sih lo," ucap Andre yang kesal dengan jalan otak Riska.

Seketika kedua mata Riska membulat secara sempurna. "Udah gila ya lo?!"

"Kalo kita berdua ngelakuin itu secara terang-terangan, yang ada kita berdua masuk penjara terus rencana yang udah kita susun secara matang malah jadi GAGAL TOTAL!!" jelas Riska yang meninggikan suaranya satu oktaf.

"Kita ini udah terlalu mengulur waktu lama, Riska," ucap Andre yang gereget dengan Riska.

Pasalnya Riska selalu mengulur-ngulur waktu dan itu bukannya membuat semua jadi selesai malah jadi memberi waktu buat Rian dan Dony mencari tahu siapa dalang dibalik teror Daisy.

"Lo tau kan tujuan kita itu menyiksa keluarga Daisy, jadi yaa cara seperti ini yang tepat untuk menyiksa semua keluarga Daisy," ucap Riska.

"Oke! sekarang apa rencana lo?" tanya Andrea yang tidak ingin membuat dirinya dan Riska bertengkar.

"Gue pengen Daisy kembali mengingat masa lalunya," ucap Riska dengan senyum yang tidak bisa diartikan.

"Caranya?" tanya Andrea dan setelah itu Riska membisikkan sebuah rencana kepada Andrea. Sementara Andrea menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Gimana?" tanya Riska dengan senyum senangnya.

"Setuju!" jawab Andrea.

* * * *

Irene sedang menonton televisi di ruang tamu, saat acara televisi nya sedang iklan ia iseng membuka aplikasi instagram dan melihat-lihat postingan yang berada di akun instagram milik Rian.

Irene terkejut dan emosi saat mendapati semua isi dari postingan Rian adalah foto kemesraan antara Rian dan Daisy.

Irene terus-menerus meng scroll postingan demi postingan Rian dengan tatapan yang semakin penuh dengan emosi.

Pada akhirnya Irene membanting handphone nya ke lantai dengan kencang, sampai membuat handphone tersebut terbelah menjadi dua bagian.

Denta yang duduk di bangku pantry sambil mengerjakan beberapa tugas sekolahnya, ia menoleh ke arah handphone milik Irene dan melihat Irene secara bergantian.

"AARRGGHH!!" teriak Irene sambil menjambak rambutnya sendiri.

"Kenapa lo buta?! kenapa lo gak bisa ngeliat gue atau bahkan ngelirik gue sedikitpun?! apa yang kurang dari diri gue Rian?!!" kesal Irene yang entah kesal kepada Rian, Daisy atau kepada dirinya sendiri.

"Kenapa lo lebih milih anak baru itu dibanding gue yang udah kenal lo sejak lama dan yang jelas-jelas udah mencintai lo lebih dulu dibanding Daisy?" tanya Irene kepada Rian yang entah Rian mendengarnya atau tidak, karena Rian sedang tidak ada di sana.

"Kenapa, kenapa, KENAPA?!!" Irene kembali teriak dengan volume yang lebih kencang.

"Karena hati dan sikap yang lo punya gak sebaik hati dan juga sikap yang dimilik Daisy," jawab Denta dengan santainya dan membuat Irene menangis.