Daisy, Ella dan Riska sedang mencari tempat duduk kosong tapi sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak berpihak kepada mereka bertiga, karena kantin sekolah hari ini sangat ramai.
"Lo sih lama banget ngerjain tugasnya, jadi gak kebagian tempat kan," omel Riska yang tangannya memegang nampan yang di atasnya ada sepiring nasi goreng dan jus favoritnya mangga.
"Salah lo," sahut Ella.
"Loh kenapa jadi gue yang salah?" Riska yang tak terima jika dirinya salah. Karena memang dirinya tidak bersalah.
"Suruh siapa lo nungguin gue, huh?" Ella menatap wajah Riska.
"Heh, karena gue sahabat yang baik jadi ya gue tungguin dong!" Riska yang ikut menatap Ella dengan emosi.
"Kalo lo sahabat yang baik harusnya gak usah lo permasalahin!" bentak Ella.
"Gue gak nge nyalahin lo!" Riska semakin meninggikan suaranya.
"Terus apa, huh? jelas-jelas lo tadi nyalahin gue!" Ella yang ikut menaikkan suaranya dua oktaf.
"STOP IT!" bentak Daisy dengan suara nyaring nya. Hingga Riska dan Ella langsung diam tak berkutik, bahkan suasana kantin menjadi hening, karena takut dengan suara melengking dari Daisy.
"Bisa gak sih kalian berdua tuh diem? kuping gue budek dengerin perdebatan sepele kalian itu." Daisy benar-benar jengah dengan tingkah kekanak-kanakan yang dimiliki oleh Ella dan juga Riska.
"Tapi Riska yang_" perkataan Ella terhenti karena mendapatkan tatapan tajam dari Daisy. Sementara Riska hanya mengunci mulutnya rapat-rapat.
"Daisy, Ella, Riska," panggil Galang yang menggerakkan tangannya seperti mengajak mereka bertiga untuk datang ke sana.
Ella dan Riska tentu saja langsung kabur. Mereka berdua benar-benar takut jika berlama-lama di dekat Daisy. Ella dan Riska harus sangat berterima kasih kepada Galang, karena Galang telah menyelamatkan hidup mereka.
Walaupun Daisy dikenal sebagai murid yang periang dan baik hati tapi jika sekalinya ia marah maka dirinya akan memancarkan aura yang siapapun tidak akan berani mendekatinya.
Sedangkan Daisy masih berdiri di tempat, ia menatap punggung Ella dan Riska dengan tatapan tak bersahabat. Namun Rian datang menepuk pundak Daisy hingga membuat Daisy menoleh dengan tatapan yang masih sama.
"Ayok," ajak Rian.
"Kemana?" tanya Daisy dengan malas.
"Kamu maunya kemana?" bukannya menjawab, Rian malah balik bertanya kepada Daisy.
"Serius Rian, aku lagi gak mau bercanda," ucap Daisy dengan wajah malasnya.
"Akhirnya pacarku ini gak ngomong gue-lo lagi." Rian mengelus kepala Daisy gemas. Tindakan Rian ini menyita pandangan semua orang yang berada di kantin.
Daisy yang sadar jika dirinya menjadi pusat perhatian, langsung menepis tangan Rian dari kepalanya dan berjalan ke meja makan tempat di mana sahabatnya itu duduk.
Rian hanya tersenyum melihat tingkah Daisy. Jujur sebenarnya Rian ingin sekali Daisy mengenal dirinya dan saling bertukar cerita dan bercanda seperti dulu. Bahkan yang paling ia rindukan adalah membuat flower cron dari bunga daisy bersama Daisy.
Rian selalu bertanya pada dirinya sendiri, apakah Daisy benar-benar tidak bisa mengingatnya tanpa harus membawa ingatan masa lalu buruknya yang tak pernah Rian tahu?
Tapi itu semua mustahil, sangat-sangat mustahil. Namun tidak masalah juga jika Daisy tidak mengingat semua tentang dirinya dimasa lalu yang terpenting Rian bisa bersama-sama lagi bersama Daisy, apa lagi sekarang status nya menjadi kekasih.
"Daisy, ceritain dong pas Rian nembak lo," pinta Ella yang tentu saja tidak akan Daisy kabulkan.
"Ngomong-ngomong lo sama Rian udah berapa hari pacaran, seminggu ada?" tanya Riska.
"Intinya belom ada seminggu." Daisy menjawab pertanyaan Riska.
Saat makan di kantin bersama teman-temannya Rian. Mereka semua menceritakan tentang hubungan Rian dan dirinya, mangkannya itu Ella dan Riska sekarang tahu tentang hubungan dirinya dan juga Rian.
Bukan hanya mereka saja tapi semua murid di sekolah ini sudah tahu tentang hubungan Daisy dan Rian. Tapi Daisy senang karena semua orang tau jika Rian adalah miliknya.
"Oh iya, kapan kita kerjain tugas makalahnya?" Daisy menutup bukunya saat ia sudah selesai mengerjakan soal yang di berikan oleh guru.
"Besok aja, hari ini gue lagi gak ada waktu," ucap Ella yang masih sibuk mengerjakan soal terakhirnya.
"Besok hari selasa di rumah Daisy, gimana?" Riska berbalik kebelakang dan sarannya itu di setujui oleh Ella dan juga Daisy.
Tidak lama kemudian bel pulang sekolah pun berbunyi dan semua murid langsung menghambur ke luar kelas, begitu juga Daisy, Ella dan Riska.
Daisy menghentikan langkahnya di ambang pintu. Ia melihat Rian yang sudah berada di depan pintu kelasnya. Mata mereka saling bertemu.
Namun Daisy langsung memutuskan kontak matanya dengan Rian dan berjalan keluar kelas meninggalkan Rian yang masih berada di ambang pintu.
Dengan cepat Rian langsung mengejar Daisy dan menyamakan langkahnya dengan langkah kaki Daisy. Ella dan Riska sudah pulang duluan katanya mereka ada urusan mendadak.
"Sebelum pulang aku mau ajak kamu ke suatu tempat," ucap Rian sambil melirik Daisy.
"Kemana?" Daisy melirik Rian.
"Rahasia," jawab Rian.
"Aish, menyebalkan." Daisy membuang muka.
Semenjak Rian menjadi pacarnya, Daisy merasa sifat Rian semakin nyebelin. Lihat saja, sekarang Rian sok menjadi cowok romantis.
* * * *
Disinilah Daisy sekarang. Rian mengajak Daisy ke taman di dekat komplek perumahan tempat tinggal Daisy. Daisy duduk di bangku taman sambil asyik memakan es krim yang baru saja dibelikan oleh Rian.
"Tau dari mana kalo aku suka es krim rasa vanilla?" tanya Daisy sebelum kembali menjilati es krim nya.
Tadi saat Rian memberikan es krim kepada Daisy. Rian mengatakan jika es krim vanilla adalah kesukaan Daisy. Tentu Daisy menjadi bingung, padahal ia tidak pernah bilang kepada Rian soal apa yg ia suka dan tidak suka.
"Tau dari Kak Dony," jawab Rian dengan santai. Tentu jawaban itu bohong. Mana mungkin Rian mengatakan yang sebenarnya yang ada Daisy bingung.
"Jadi kamu nanya sama Kak Dony?" Daisy yang sekarang menatap Rian tak percaya. Sedangkan Rian hanya mengangguk sambil fokus memakan es krim rasa cokelat miliknya.
Setelah itu mereka berdua kembali melanjutkan makan es krim nya sampai ada seorang anak laki-laki terjatuh dengan mukanya yang mencium tanah dan es krim yang dia bawa.
Daisy yang melihat itu langsung menghampiri dan membantu anak kecil itu berdiri. Saat anak kecil itu berdiri Daisy mematung, ia merasa seperti dejavu dan seketika kilasan bayangan-bayangan kedua anak kecil berlari dan salah satu diantara mereka terjatuh.
Saat anak itu terbangun, penampilan wajahnya sama seperti anak yang berada di depannya ini. wajahnya di penuhi es krim cokelat.
Hingga akhrinya Daisy tersadar akibat Rian yang tertawa karena wajah anak itu sudah belepotan es krim yang tadi anak kecil itu bawa. Hingga anak itu menangis.
"Rian!" Daisy memperingati Rian untuk tidak tertawa. Rian yang mengerti langsung diam.
"Sudah-sudah jangan menangis, sini mukanya Kakak bersihkan." Daisy menenangkan anak kecil itu lalu mengelap wajah itu dengan tisu basah yang Daisy bawa.