Chereads / PENCARIAN / Chapter 3 - Penasaran

Chapter 3 - Penasaran

Anindya tersenyum mengangguk mendengar sapaan Ardy, "Iya nih, aku lagi nemenin Al yang kayanya lagi galau."

Al melotot memandang Anindya. Dia segera pasang badan karena tahu Ardy suka sama cewek yang lagi ngobrol dengannya.

"Njiir, Lu ada-ada aja, Nin. Kan kebetulan tadi pas gue ke sini udah ada Lu. Jadi daripada Lu bengong dikerubutin lalat, makanya Lu gue ajak ngobrol."

Hati Ardy sedikit kecewa dengan jawaban Anindya. Sekilas dia berpikiran kalau sohibnya tersebut suka sama cewek yang diburunya itu. Namun dia segera menepisnya karena tau kalau sohibnya tersebut tidak pernah memikirkan sedikitpun tentang makhluk yang bernama wanita

Tak seberapa lama, Anindya yang memang bukan jenis cewek suka dengan keramaian akhirnya memilih untuk kembali ke kelas.

"Al, gua balik dulu ya ke kelas. Makasih tadi udah mau nemenin gua."

"Eh iya Nin, jangan lupa lihat jalan ya, siapa tahu nemu duit gambar Ardy yang lagi nongkrong di pohon."

Anindya tertawa lebar mendengar lelucon Al yang konyol. Sedang Ardy hanya bisa nyengir kayak kuda yang lagi birahi.

"Sialan lu Al, masa iya lu samain gua yang handsome ini sama monyet," sahut Ardy sambil memegangi dagunya.

"Eh Nin, Lu kaga pamit ama gua?"

Anindya hanya menoleh sebentar sambil tersenyum kepada Ardy,

"Oh iya lupa, Nindy balik dulu ke kelas ya, Kang nyemot."

Tawa Al dan teman nongkrongnya seketika meledak ketika mendengar Anindya yang biasanya pendiam jadi suka meledek.

"Jelas tuh cewe yang gua taksir sudah terkontaminasi ama gaya lu Bro." Ardy bersungut-sungut sambil membetulkan rambutnya yang menutupi kupingnya.

"Eh enak aja, emangnya gua virus penyakit! Betewe, ini gak biasanya lu ngajak pasukan huru-hara kumpul di sini, ada apa?"

"Gini Bro, tadi gua udah ngomong sama teman-teman terkait Lu yang dapat skors dari si perjaka bapuk selama dua minggu. Kami menilai, skors selama dua minggu tuh kaga adil buat Lu. Kenapa hanya Lu yang kena, sedangkan kita tidak? Makanya besok kita mau demo agar skors yang Lu dapat bisa di hapus."

"Lah kalau demo kalian kaga dapat hasil gimana?"

"Yaa... kita minta diskors juga sama kaya Lu," Ando menyahuti ucapan Al.

"Setdah, kalian ini aneh. Udah enak kaga kena skors, eeh malah minta diskors. Udahlah, cukup gua saja yang kena skors. Gua siap dan ikhlas kok ngejalaninnya."

"Wah kaga bisa begitu Bro. Kita berjuang bersama, ya nasib kita juga harus sama. Kita gak mau bersenang-senang di atas penderitaan Lu," Jawab Ardy.

"Ya sudahlah kalo itu mau kalian. Tapi ingat ya, gua kaga nyuruh kalian demo buat nyelametin gua. Itu mau kalian sendiri. Jadi intinya, gua kaga mau jadi bahan omelan mak-mak Lu semua jika kalian kena skors." Ucap Al sambil mengambil sepotong pisang goreng.

" Tapi jujur gua demen sama solidaritas kalian," tambahnya.

"Lu yang ngajarin tentang hal itu ke kita Bro. Kita senasib sepenangungan. Ntar pulang sama gua ya, ada yang perlu gua obrolin," ijar Ardy.

"Iya dah, asal jangan ditarik ongkos ojek aja hahaha."

"Ah sialan lu!"

**

"Tau gak Nil, gua tadi sempet ngobrol sama Al di kantin." Ucap Anindya kepada Nila, Teman cewe sekelasnya yang lumayan cantik, baik hati namun sedikit ganjen.

"Trus gimana? Jadi kepo nih."

Nila menggeser tubuhnya lebih dekat agar bisa dengan jelas mendengar ucapan teman sebangkunya tersebut.

"Lu ini napa? Geser-geser kaya di angkot aja."

"Udahlah Nin, cepat cerita dong, please...! Jangan kau buat aku menderita."

"Ya udah, tapi jangan lebay gitu dong, Mirip kambing lagi nahan birahi aja lu."

Nila pun kemudian berubah sikap. kedua tangannya diselipkan diantara kedua pahanya yang dirapatkan, duduknya tegap dan senyumnya mengembang bagai putri keraton yang kebelet pipis.

"Ternyata Al tu kaga sebadung yang kita kira lho." Anindya menerawang melihat langit-langit kelas.

"Kok bisa?"

"Diam dulu tukang kredit, biar gua ceritain sampe kelar!"

"Iya deh, gitu aja marah."

"Dibalik sikapnya yang semau gue, ternyata dia orangnya humble, humoris dan juga rasa setia kawannya tinggi. Entah kenapa gua nyaman banget ketika ngobrol dengannya tadi."

"Jangan-jangan Lu udah naksir ama dia ya?"

"Kayaknya gua cuma simpati. Tapi entahlah, yang pasti gua merasa nyaman di dekatnya."

"Wah bisa masuk headline nih. Asyik dah, gua dapat bahan buat ngerumpi."

Anindya melotot ke arah Nila yang kegirangan.

"Mau bangku Lu gua pindah ke toilet?"

**

Sepulang sekolah, Ardy sudah nampang di atas motor sport keluaran terbaru yang dibelikan bokapnya. Matanya jelalatan mencari Al yang belum juga keluar dari sekolahnya.

"Kemana sih kepala suku satu ini? Lama banget," gumamnya.

Tak berapa lama, sosok yang ditunggunya terlihat berjalan ke arahnya dengan pandangan menunduk. Namun yang membuatnya nyesek, cewek yang ditaksirnya berjalan di samping sohibnya tersebut.

Rasa penasaran kembali memenuhi rongga batin Ardy. Pikirannya berkecamuk mempertanyakan, apakah Al udah jadian sama Anindya?

"Bang ojek udah lama nunggu disini?" Al menyapa dengan senyuman lebar.

"Iya... sampe berkarat nih gua nunggu Lu."

"Mmmmm... kira-kira udah berapa karat nih? Kalau udah 20 karat lebih kan lumayan, bisa dijual atau digadaikan," Anindya menimpali ucapan Ardy.

"Wakakakak... Ternyata Lu agak sedeng juga ya Nin, Ardy Lu samain sama emas, ya terlalu bagus lah."

"Udah ah, ayo naik sini. Kita jenguk Lubis di rumah sakit," Ucap Ardy sambil memasang muka masam.

"Ok dah. Nin kita tinggal dulu ya."

Al kemudian naik ke boncengan motor sport Ardy. Mereka berdua melaju cepat di jalan yang lengang.

Sepeninggal Al dan Ardy, Anindya tersenyum kecil membayangkan nyamannya dirinya ketika dekat sama Al.

"Apakah benar kata Nila kalau aku sudah jatuh cinta?" Gumamnya dalam hati.

Sebelum ke rumah sakit, Ardy mengarahkan motornya ke salah satu warung kopi langganan mereka. mereka pun memilih meja di pojokan.

Seorang pelayan cewek lumayan cantik langsung mendekat dan mencatat pesanan mereka.

"Mbak udah punya pacar?" Tanya Ardy.

"Tidak mas, emang ada apa ya?"

"Nih temanku lagi jomblo, bisa kok di dekatin."

"Maaf mas, tapi aku sudah menikah."

"Lah, bilangnya tidak punya pacar, gimana sih?"

"Masnya kan tanya pacar, ya aku jawab tidak. Tapi kalau masnya tanya udah punya suami atau belum, ya aku jawab sudah."

Al tertawa ngakak melihat Ardy yang mati kutu. Pelayan cewek tersebut hanya tersenyum simpul lalu beranjak mengambilkan pesanan mereka berdua.

"Bro, gua mau tanya sesuatu, tapi jangan marah ya." Ardy menatap Al dengan penuh harap.

"Jiaelah... Kapan gua marah sama lu Dy?"

"Gini Bro, maaf ya sebelumnya... Lu ada hubungan sama Nindy ya?"