Chereads / PENCARIAN / Chapter 8 - Dijenguk Kepala Sekolah

Chapter 8 - Dijenguk Kepala Sekolah

"Anak-anakku semua, tolong dengarkan baik-baik! Tadi semua pengurus yayasan sudah berkumpul dan membahas tentang tuntutan yang kalian sampaikan. Hasil rapat tadi kesimpulannya menyatakan, bahwa mulai besok, Pak Beni akan ditarik menjadi pengurus yayasan dan tidak menjadi bagian sekolah kita lagi," kata Pak Haris lalu mengambil napas panjang.

Suara tepuk tangan langsung menggema bercampur teriakan para siswa yang kegirangan.

Pak Haris tersenyum kecil melihat kegembiraan para siswanya. Dia kemudian mengangkat tangannya agar para siswanya diam.

"Mengenai skorsing yang dijatuhkan kepada teman-teman kalian, pihak yayasan tidak akan mencabut skorsing yang sudah mereka terima. Sebab menurut pihak yayasan, tawuran adalah kesalahan yang tidak bisa dimaafkan dan bisa langsung dikeluarkan dari sekolah, karena berpotensi untuk mengajari teman-temannya yang lain. Namun dalam hal ini, karena tawuran itu terjadi sebab ada alasan khususnya, jadi mereka tidak sampai dikeluarkan. Namun mereka masih harus menjalani skorsing sampai selesai," jelas Pak Haris

"Bapak harap kalian bisa menerima keputusan ini dengan lapang dada. Yang perlu kalian tahu, bukan hanya kalian yang menganggap mereka pahlawan sekolah kita, tapi bapak juga!" lanjutnya.

Sesaat suasana menjadi hening. Para siswa yang sedang berdemo menelaah kata-kata Pak Haris sampai kalimat terakhir.

Tiba-tiba seorang siswa bertepuk tangan dan langsung disambut tepuk tangan semua siswa SMA swasta tersebut.

"Tenang anak-anak! Selepas pulang sekolah nanti, Bapak juga berencana untuk menjenguk Lubis di rumah sakit bersama perwakilan guru."

Kembali tepuk tangan menggema di sekolah tersebut sampai Pak Haris mengangkat tangannya agar mereka berhenti bertepuk tangan.

"Sekarang, Bapak harap kalian kembali ke kelas masing-masing dan ikuti proses belajar dengan baik!"

"Siap, Pak Haris! Teman-teman, ayo kita kembali masuk kelas!"

Seperti dikomando, ratusan siswa SMA swasta tersebut berjalan dengan rapi dan memasuki kelasnya masing-masing.

***

Jam 13:30 WIB, suara bel berbunyi tanda proses belajar mengajar telah berakhir di hari itu. Para siswa berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing dan berjalan keluar dari sekolah swasta tersebut.

Pak Haris dan Bu Dewi nampak sudah bersiap untuk berboncengan menuju rumah sakit. Beberapa siswa terlihat berkumpul sambil mengamati dari jauh, untuk memastikan apakah Pak Haris benar-benar melaksanakan ucapannya untuk menjenguk Lubis di rumah sakit atau tidak.

Suara motor bebek 2tak kesayangan Pak Haris terdengar keluar dari pagar sekolah SMU swasta tersebut. Para siswa yang sedari tadi menunggu akhirnya bisa bernafas lega setelah melihat Pak Haris bersama Bu Dewi berboncengan menuju rumah sakit tempat Lubis dirawat.

Sementara itu di rumah sakit, terlihat Ando dan Jey sedang bercengkrama dengan Lubis yang sudah bisa tertawa lepas meski selang infus masih menancap di tangan kirinya.

Tak lama kemudian datanglah Angela membuka pintu kamar tersebut. Lubis yang mengetahui kedatangan Angela langsung merebahkan tubuhnya berpura-pura sedang tertidur. Sedangkan Ando dan Jey hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sohibnya itu.

Angela langsung meyunggingkan senyumnya begitu dia melihat Ando dan Jey yang berada di dalam kamar tersebut.

"Hai An... Udah pulang sekolah ya?" Jey membuka suara.

"Lah, trus yang Lu lihat ini bidadari khayangan?" balas Angela sambil mengibaskan rambutnya.

"Eh, Lu udah ketularan gesreknya kepala suku rupanya."

"Udah tau gua disini.. Itu berarti gua udah pulang sekolah!"

"Njiiir... Lu lagi PMS ya? Sensi amat."

Angela tertawa pelan, "Mana bisa gua marah sama Lu pada."

"Lu jaga Lubis dulu An! Kita mau cari makan di kantin."

"Eh jangan, ini udah gua bungkusin tadi," Ann mengeluarkan dua bungkus nasi dari kantong plastik yang dibawanya lalu memberikannya kepada Ando dan Jey.

Karena kelaparan, mereka berdua pun langsung membuka karet gelang yang mengikat bungkus nasi tersebut dan kemudian menyantap makanan yang diberikan angela tersebut dengan Lahapnya.

"Lubis tidur dari tadi ya, Do?"

Karena saking asyiknya makan, mereka berdua tidak menghiraukan pertanyaan Angela.

"Woi...! Kalian seperti kagak makan berabad abad aja, sampe gua tanya kagak ada yang ngerespon!"

"Eh iya An, ada apa?"

"Bodo!" jawab An sambil cemberut memonyongkan bibirnya.

"Cieee... kalo monyong gitu, gua jadi inget gambar duit lima ratusan," sahut Jey sambil tertawa.

Angela semakin memajukan bibirnya ke depan mendengar Jey yang menggodanya.

"Biarin dulu seperti itu An. Mumpung ini ada gelang karet, gua mau ngikat bibir Lu yang monyong itu... Hahaha," Ando tidak mau kalah menggoda Angela.

"Emangnya rambut, diikat!"

Lubis yang tidak bisa menahan tawanya lalu berpura-pura bangun dari tidurnya.

"Hei, sayang! kapan datang?"

"Sayang-sayang palamu peyang! Bangun tidur main sayang-sayang aja," jawab Angela ketus.

Lubis lalu menempelkan punggung tangannya ke dahi Angela, "Lu kesambet dimana An? Datang-datang langsung marah aja."

"Noh, dua dedemit tuh gara-garanya yang bikin emosi gua naik!"

Ando dan Jey terkekeh karena disebut dedemit.

"Udah, jangan marah gitu dong. Kamu lupa belum ngasih ini?" ucap Lubis sambil menyodorkan pipinya.

"Apaan sih...? Wah... wah... wah... kalian bertiga nih udah pada kaga waras rupanya!" sungut Angela

"Udah dong marahnya! Kita kan cuma bercanda. Lu kan tahu sendiri kalau kita-kita ini kalo lagi kumpul pasti bercanda mulu."

Angela diam lalu tertawa, "Hahaha, bagaimana peranku? Layak jadi artis gak nih?"

Lubis, Ando dan Jey langsung memasang muka masam mendengar pertanyaan Angela.

Jey dan Ando tetap meneruskan makannya disaat Angela dan Lubis mengobrol. Hingga beberapa saat kemudian, terdengar pintu kamar tersebut diketuk dari luar.

Angela kemudian berjalan dan meraih gagang pintu. Dilihatnya sepasang lelaki dan perempuan berumur hampir setengah abad berdiri di depan pintu kamar.

"Apakah benar ini kamar Lubis dirawat?" tanya lelaki tersebut.

"Benar, Bapak dan Ibu ini siapanya Lubis ya?"

"Kami gurunya Lubis sekolah," jawab Pak Haris sambil tersenyum.

"Oh, silahkan masuk Pak, Bu!" Angela mempersilahkan Pak Haris dan Bu Dewi masuk ke dalam kamar tersebut.

Pak Haris dan Bu Dewi kemudian masuk dan melihat Lubis yang berada di atas ranjang sambil tiduran, "Ando, Jey, Kalian disini juga?"

Ando dan Jey lalu berdiri dan menyalami kedua gurunya tersebut.

"Iya Pak, mereka berdua dan teman-teman lain yang terkena skors, bergantian menjagaku disini. Kalau malam, Ardy dan Al yang menjaga," sahut Lubis

"Solidaritas kalian memang luar biasa. Bapak salut dengan persahabatan kalian. Lalu bagaimana keadaan lukamu?"

"Sudah baikan, Pak. Cuma memang masih harus menginap, karena dokter bilang tidak mau ambil resiko sebelum sembuh dengan benar."

"Memang harus seperti itu, karena dokter yang lebih tahu tentang luka yang kamu alami." ujar Pak Haris.

***

Sementara itu, Al yang sedang nongkrong di warung kopi bersama Ardy, dikejutkan dengan kedatangan si botak, siswa STM, yang dulu ketika tawuran dibuatnya jatuh pingsan.