Dua tahun kemudian, Qin Lang dan Xiu Lan sudah menjadi remaja kuat di bawah didikan bajak laut terhebat masa itu.
Laut selatan selalu menjadi tempat mereka merompak dan mencari mangsa. Konon, jalur itu adalah jalur basah dan penuh dengan harta karun.
Jelas saja, perompak profesional tidak akan mau berlama-lama dan membuang waktu mencari lahan kering atau membiarkan kesempatan emas menghilang.
"Kakak, kau sangat hebat!" puji Xiu Lan pada Qin Lang.
Keduanya menjadi anak didikan terhebat. Di usia belasan mereka sudah terbilang berhasil menjadi perompak terkenal dan bergengsi.
Jangan dikira hanya pencuri rendahan atau manusia lemah seperti dulu.
"Kau juga sangat hebat!" balas Qin Lang dengan tulus.
Selama ini mereka selalu bersama dan saling membantu sama lain.
Ketika sibuk saling memuji, tuan mereka datang menghampiri dan memberikan pujian atas keras bagus. Mereka baru saja mengambil puluhan peti emas, kain sutra dan rempah-rempah berharga.
Jika dijual dengan benar, mereka akan menghasilkan duit yang sangat banyak.
"Bagus, kerja bagus!" puji tuan mereka.
Lelaki bertubuh tinggi, badan besar, rambut panjang berombak itu tampak masih gagah di usianya yang tak muda lagi. Dia hampir enam puluh tahun, tetapi tubuhnya masih prima dan tampak bagai empat puluhan.
"Tuan Jiang," sapa keduanya dengan sopan.
Meski mereka perompak, bukan berarti tidak punya sopan santun dan disiplin. Justru latihan mereka membutuhkan disiplin tinggi.
"Bagus, kalau begini. Aku bisa pensiun dengan damai. Aku bisa bertani dan menanam lobak. Memasak sop iga dan duduk santai," ucap Jiang Feng dengan bangga.
Lelaki itu tersenyum manis seolah sedang membayangkan wajah seseorang yang tercinta.
Jangan ditanya soal latar belakangnya. Sebenarnya, Tuan Jiang ini terkenal dari kalangan bangsawan. Nasib buruk menimpa dirinya, ayahnya selalu membandingkan dia dengan adiknya yang licik.
Tak suka menjadi lawan untuk saudara sendiri, dia menepi dan menempuh jalan sunyi.
Itu sebabnya, dia menjadi perompak terkenal dan dihargai di mana-mana.
Beberapa kali ayahnya meminta dirinya untuk pulang. Tetapi, Feng punya prinsip, sekali melaut tidak ada kata kandas.
Cerita itu bukan cerita umum, hanya sedikit yang mengetahuinya, termasuk Qin Lang dan Xiu Lan.
"Kami akan melakukan yang terbaik," ucap Xiu Lan dengan sopan dan senang dengan pujian itu.
Sementara, Qin Lang hanya mengangguk sopan. Xiu Lan memang lebih aktif berbicara dibandingkan dirinya.
Wajar saja anak-anak itu sangat senang mendapat pujian dari tuan mereka. Siapa yang tidak?
"Kalian harus terus menjaga kualitas. Percayalah, ketika kalian sukses, akan ada yang tidak suka. Bisa jadi teman kalian sendiri" jelas Jiang Feng pada keduanya.
Jiang Feng sudah menganggap anak-anak itu sebagai anaknya.
Pertama, karena memang dia yang membelinya dari lelaki sialan yang tidak tahu malu.
Kedua, dia membesarkan dan melatihnya bagai anak sendiri.
Tuan Jiang sebenarnya pernah menikah, tetapi nasibnya kurang baik. Pasangannya meninggal ketika melahirkan anak perempuan. Gadis itu kemudian dirawat oleh orang lain karena tidak mungkin baginya ikut melaut.
Bagi Jiang Feng menikah hanya sekali dan di sinilah dia. Menunggu pekerjaan selesai dan sekali sebulan menemui putri kecilnya.
Sekarang usianya sudah 10 tahun. Sangat kecil memang, karena Jiang Feng menikah di usia tua dan begitu pula istrinya. Itulah kenapa persalinannya susah dan akhirnya merenggut nyawa Nyonya Jiang.
Sudahlah, itu cerita menyedihkan, tetapi ada juga hal baiknya. Dia memiliki putri yang sangat dikasihi.
"Aku kemungkinan akan berhenti. Putriku membutuhkan aku," jelas Jiang Feng pada keduanya.
Wajah Tuan Jiang tampak senang meski sedang membicarakan pensiun. Jelas terbaca kalau dia memang sangat mencintai anaknya.
"Tapi, Tuan, bisakah tunggu dulu beberapa waktu?" tanya Qin Lang.
Anak itu sekarang sudah berani dan bukan lagi anak kecil penakut yang selalu hidup dalam kepedihan dan penderitaan. Walaupun kehidupan menjadi perompak tak bisa dikatakan sebagai kehidupan yang gemilang.
Setidaknya, sudah lebih baik.
"Tentu saja tidak sekarang. Aku akan berhenti di saat yang tepat," ucap Jiang Feng.
Xiu Lan dan Qin Lang mengangguk. Mereka mengerti kalau Jiang Feng tentu sudah memperhitungkan segalanya.
Saat ini, mereka akan berlabuh ke Kota Jiangsu. Mereka akan beristirahat dan latihan menunggu misi berikutnya.
Beberapa jam kemudian, mereka telah sampai di tujuan akhir. Kapal akan bersandar dan mereka akan beristirahat dari lautan dan kembali ke daratan untuk sementara waktu.
Kota itu sangat ramai, penjual makanan, minuman, mainan dan sebagainya tampak ramai menawarkan dagangan mereka.
"Selamat datang Tuan," sapa semua orang setibanya mereka di pelabuhan seraya menawarkan apa yang bisa mereka tawarkan.
Pasukan yang baru tiba ini memang bajak laut, tetapi di kota asalnya, Jiang Feng terkenal sangat baik dan dermawan. Dia suka membantu orang dan memberikan sumbangan bila diperlukan. Itulah sebabnya, dia sangat terkenal dan semua orang menaruh sopan dan hormat padanya.
Bajak laut yang baik, bukan?
Dengan kata lain, mereka ada manusia nakal yang berprinsip.
"Kalian, boleh istirahat semua dan kembali ke markas pelatihan seminggu lagi," jelas Jiang Feng.
Semua pasukan bubar dan bertemu keluarga mereka.
Hanya ada dua manusia yang tanpa tujuan. Biasanya mereka akan menghampar di jalanan, mencari makanan jalanan yang murah tetapi enak, dan pada akhirnya tanpa tujuan jelas.
"Kalian berdua akan ke mana?" tanya Jiang Feng pada Xiu Lan dan Qin Lang yang berjalan menuju suatu tempat tidak jelas.
"Kami? Tentu saja ke mana saja kaki membawa," jawab Xiu Lan sambil tertawa.
Qin Lang menyenggol lengan Xiu Lan karena ucapannya yang tidak disaring barusan. Sontak anak itu menunduk dan wajahnya memerah karena takut dan malu di saat bersamaan.
Dalam kondisi seperti ini mereka memang hanya bisa menertawakan nasibnya.
Jiang Feng mendekati mereka dengan sedikit rasa kasihan.
"Kalian berdua. Ikutlah aku ... ke rumahku!"
Ucapan itu pelan, tetapi karena tuan yang mengucapkan tampak bagai perintah.
"Siap!" jawab keduanya kompak.
Jiang Feng menepuk pundak mereka seraya berkata.
"Ini bukan tugas dan tidak sedang tugas. Jangan begini. Kalian panggil aku Paman saja. Nanti kalian bisa tidur, makan dan bermain dengan putriku. Kurasa dia akan senang," jelas Jiang Feng sambil tersenyum membayangkan wajah putrinya.
"Baiklah, Paman," jawab keduanya dengan agak canggung.
Jiang Feng tertawa melihat reaksi dua anak itu. Tanpa mengulur waktu, dia membawa keduanya ke rumahnya.
Sepanjang perjalanan dia menceritakan soal putrinya. Terlihat jelas dan kerinduan dan rasa cinta mendalam dari sorot matanya dan nada suaranya menjelaskan anaknya.
"Tolong kalian berteman dengan putriku ya. Mungkin dia agak nakal karena masih kecil. Tapi kuharap kalian sabar," kata Tuan Jiang.
Dia benar-benar sangat berubah ketika bicara seperti itu. Tampak jiwa kebapakannya sangat kental. Dia bukan lagi perompak kelas kakap yang sangat ganas di lautan.
Sesekali Qin Lang merasa itu sangat lucu, tetapi juga nyata.