Chapter 2 - Chapter #2

Pagi harinya. Mentari pagi menyorot ke arah jendela kamarnya. "Krekkk" seseorang telah membuka gorden jendela kamarnya.

Emma membuka matanya dan samar-samar melihat orang berdiri di depan jendela kamarnya. Dia kaget dan menjerit.

"Menjauh dariku dasar kamu monster!" Sambil menutup setengah wajahnya menggunakan selimut.

Ny. Bosworth tersenyum "Siapa yang kamu panggil monster? Bangunlah Putri tidur. Ini waktunya kamu pergi berangkat ke sekolah barumu dan berkenalan dengan teman barumu juga!"

"Ibu? Dengan siapa aku akan berangkat?" Katanya.

"Cepatlah bersiap kemudian turun kebawah untuk sarapan! Ayahmu sudah menunggu di depan sana!"

"Baiklah" katanya

Emma beranjak dari tempat tidurnya kemudian Emma bersiap untuk pergi bersekolah. Dan turun kebawah keruang makan untuk memakan sarapannya menggunakan semangkuk sereal dan segelas susu.

"Dimana Daniel?"

Ny. Bosworth menunjuk ke arah luar menggunakan jempolnya "Dia sudah ada disana bersama ayah"

"Apakah aku akan menaiki mobil karavan?" Tanya Emma.

"Tidak ayahmu sudah membeli mobil baru, jadi karavan untuk pindahan dan traveling saja" kata ibunya

"Sekarang cepatlah makan serealnya Emma, kamu sudah terlambat!" Tukas ibunya.

Emma tersenyum "Aku akan memakannya"

Beberapa menit Emma selesai dari sarapannya. Kemudian Emma mengambil tasnya dan pergi berjalan keluar menghampiri ayahnya di mobil.

Ayahnya tersenyum kepada Emma dari kejauhan sambil bersandar mobil barunya itu. "Ayo nak kita berangkat!"

Emma heran "Mobil milik siapa ini?"

"Itu ayah membelinya kemarin, untuk berangkat bekerja dan kesekolah"

"Dari kapan ayah membelinya?"

"Nanti saja kita bertanya nya, ayo sekarang masuk kedalam mobil dan kita berangkat"

"Baiklah ayah".

Ayahnya menyalakan mesin mobil "Kita berangkat" dan langsung jalan.

Emma menengok lingkungan sekelilingnya dari jendela mobilnya. Jalanan yang penuh dengan pohon dengan udara yang sejuk dan matahari terbit yang tidak terlalu menyengat sinarnya. Saking luasnya rumah Emma. dirumah nya terdapat gerbang yang besar dan Daniel harus turun untuk membuka pagar tersebut agar bisa mengakses ke jalanan. Sampainya mereka ke jalan raya untuk menuju ke sekolah dan kampus.

Emma senyum sendiri "Kamu bersemangat Daniel untuk pergi ke sekolah baru?"

"Biasa saja" Daniel cuek.

"Sepertinya kamu yang terlalu bersemangat" sambung Daniel

"Benar sekali" jawab si Emma.

Emma terlalu bersemangat untuk sekolah barunya itu. Tetapi sekolah nya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya berada. Beberapa saat kemudian mereka tiba di sekolah itu. Emma keluar dari mobilnya dan langsung lari bergegas pergi ke kelas.

Di koridor kelas dia terburu-buru dan berlari kecil untuk ke kelas. Sedangkan di kelas barunya itu Gurunya Ny. Claire mulai menjelaskan pelajaran di papan tulis. Dan Emma baru saja datang. "Maaf Bu saya agak terlambat" seluruh teman-teman dikelasnya memperhatikan Emma dan berbisik tentang Emma.

"Masuk nak! Sekarang Kita punya murid baru di sini anak-anak, sekarang perkenalkan dirimu dan asalmu" kata gurunya sambil berdiri dari kursinya menyambut Emma.

Emma berjalan masuk kedalam kelas "Aku Emma Catherine Bosworth. Aku pindahan dari Houston Texas High School"

"Berapa umurmu?"

"Umurku 17 tahun"

Ny. Claire tersenyum "Baiklah sekarang duduklah di kursi yang tersedia dan keluarkan alat tulismu"

Emma balas senyumnya "Baiklah"

Emma mencari kursi kosong tersebut dan kemudian menemukannya di sebelah kursi dekat anak perempuan berambut pirang. Dan bersiap untuk mencatat pelajaran sesuai perintah gurunya tadi.

"Hai murid baru namaku aku Kate!" Sapa temannya berambut pirang.

"Oh hai, aku Emma!"

Kate tertawa kecil "Aku sudah tahu namamu sejak tadi kamu memperkenalkan diri tadi"

Emma terkekeh kecil "Oh iya, hehe"

"Maaf ya nanti lagi kita bicaranya aku ingin mencatat pelajaran dulu, sampai nanti" sambung Emma.

"Baiklah selamat mengerjakan" jawab si Kate

Dia mulai membuka buku tulis miliknya untuk mencatat yang ada di papan tulis karena dia tidak ingin membuang waktunya. Saat membuka lembaran kertas dibukunya yang kosong tidak disangka ada tulisan "TOLONG AKU" menggunakan darah di bukunya. Ia tidak merasa menulis itu dan Emma tersontak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya "Tidak, tidak" katanya sambil menggelengkan kepalanya. Kate memperhatikan Emma, dia heran karena Emma terlihat agak sedikit aneh gerak geriknya.

"Ada masalah Emma?" Tanya Kate.

Emma tersenyum tipis "Tidak ada, aku tadi hanya mencari bolpoinku yang hilang"

"Kamu sedikit aneh Emma"

"Baiklah, baiklah kamu lihat ini!" Dia menunjukkan bukunya ke Kate.

"Tidak ada apa-apa Emma, apakah kamu sedang bercanda?" Tulisan di buku Emma tiba-tiba kosong saat di tunjukkan.

Emma bingung harus menjawab apa. "Eehh, iya itu aku sedang memberikan lelucon untukmu hahaha. Apa itu lucu?"

"Sejujurnya tidak Emma, itu aneh menurutku"

Jam istirahat berbunyi. Murid-murid keluar dari kelas untuk jam makan siang mereka. Disebuah kantin dekat disekolah mereka Emma, Kate, Roxanne, Mark dan Peter sedang berkumpul di kantin tersebut. Awalnya hanya Emma dan Kate yang sedang berada disitu kemudian teman-temannya Kate datang menemuinya untuk makan siang bersama.

"Halo, Emma kawan baru" Sapa teman-temannya Kate.

"Hai, senang bertemu dengan kalian"

Salah satu dari mereka menjawab Emma yaitu Roxanne "Senang juga bertemu denganmu"

Emma senyum "Siapa namamu?"

Roxanne senyum balik padanya "Aku Roxanne. Aku juga temannya Kate. Oh iya ini teman-teman kami, Ini Peter dan Ini Mark" Sambil menunjuk ke arah mereka.

Mark dan Peter hanya melambaikan tangannya ke Emma yang melambangkan gestur "hai"

Mereka berbincang-bincang sambil memakan pizza mereka. Mereka bertanya-tanya tentang bagaimana pengalaman sekolahnya Emma dulu dan bicara sedikit lelucon yang konyol. Sekarang teman-teman barunya sudah mengenalnya lebih dekat. Emma menceritakan alasan kenapa ia dia pindah dari tempat tinggal lamanya. Ia ceritakan secara rinci mengenai rumahnya.

Dulunya rumah Emma pernah mengalami tragedi menyeramkan yang setiap hari terjadi. Saat ia tidur memejamkan matanya dia selalu bermimpi buruk sehingga terkadang ia terjaga di waktu malam.

Dia mimpi seperti ia terjebak di dimensi lain dalam sebuah tempat yang terkunci, amat gelap dan tidak ada seorangpun. Sosok anak kecil perempuan berdiri di depannya.

Saat ia hendak meminta tolong padanya seketika itu dia terbangun dari tidurnya.

"Aku sering bermimpi buruk dalam setiap tidurku. Entahlah setiap aku tertidur dan tak pernah lupa membaca doa, tapi dia selalu hadir" katanya.

"Kami memutuskan untuk pindah ketempat yang lebih nyaman jauh-jauh kesini" sambung Emma.

Mendengar katanya Emma, teman-temannya merasakan tidak nyaman seperti bulu kuduk mereka berdiri saat mendengarkan sepanjang cerita Emma.

"Mungkin saja kamu bermimpi buruk seperti itu pasti kamu sedang kurang sehat" Katanya Mark tidak percaya.

"Aku juga pernah bermimpi buruk, aku harap dirumah barumu ini, kau dan keluargamu akan tinggal dengan nyaman" jawab Roxanne.

Setelah mengobrol, jam masuk kelas berbunyi. Mereka semua bergegas pergi ke kelas untuk lanjut belajar disekolah. "Emma" suara bisik terdengar di telinganya. Dia berusaha untuk mengabaikan suara itu dan pikirannya berusaha untuk fokus. "Emma" terdengar lagi di depan telinganya emma bahkan sedikit lebih keras bisikannya.

Saat mereka sudah sampai di kelas, guru sudah memulai mata pelajarannya dan menjelaskan pelajaran yang akan disampaikannya kepada murid. Guru itu adalah Tn. Joseph yang membawa mata pelajaran sejarah.

"Kali ini saya hadir disini untuk mengajar kalian tentang sejarah kepresidenan Amerika Serikat"

Bagi teman-temannya pelajaran sejarah adalah pelajaran menjengkelkan bagi mereka. tetapi, Emma menyukai pelajaran sejarah yang dibawakan oleh Tn. Joseph. "Sekarang buka buku tulis kalian untuk mencatat apa yang saya terangkan" perintah Tn. Joseph untuk semua murid dikelas.

Emma mengikuti perintah gurunya dan mengambil bolpoin dan sebuah buku tulisnya. Saat membuka lembaran kertas dibukunya tertulis lagi sebuah kata yang aneh menggunakan darah "AYO BERMAIN DENGANKU" Emma tersentak. Karena dia tidak ingin banyak berkata-kata lagi dan langsung merobek kertas tersebut dan kembali menulis. Dia tidak ingin sepatah katapun tertinggal olehnya

Bel pulang sekolah berbunyi. "Pelajaran selesai anak-anak sekarang bereskan peralatan sekolah kalian dan selamat tinggal di jalan" Kata Tn. Joseph. Semua murid memasukkan alat tulisnya kedalam tas keluar kelas untuk pulang kerumahnya masing-masing.

Emma pulang sendirian karena tidak ada rumah temannya yang dekat dari tempat tinggalnya. Dia masih mengingat dengan baik ke arah mana ia pulang. Sekarang tidak ada yang menjemputnya untuk pulang kerumah. Karena orang tuanya bekerja dan pulang tengah malam. Sementara Daniel kakaknya, ia menginap di kampus.

Dia harus dirumah sendirian dengan diselimuti kejadian horor kemarin yang baru saja di alaminya. Meskipun ia masih trauma ia tetap berusaha untuk beranikan diri untuk sementara waktu tidak bersama siapapun dirumah barunya yang angker.

Sesampainya di gerbang rumahnya dia memandang dari depan rumahnya, seketika ia memori otaknya mengingat kembali kejadian misterius itu. Ia jadi ragu apa yang dikatakannya. Tapi dia berusaha untuk tidak menjadi seorang yang pengecut.

Dia melangkah sampai di depan pintu rumahnya dia membuka pintu rumahnya "Krekk" Bunyi gagang pintu yang sedang dibuka. Kemudian dia berjalan kedalam dan dia memutar tubuhnya untuk menutup kembali pintu rumahnya.

Dia melangkah ke koridor, memandangi sekitar di dalam rumahnya. Anggota keluarganya yang sedang tidak ada dirumah yang membuat seharian ini penuh dengan kehampaan.

Dia sedikit merasa was-was karena tidak ada siapapun dirumahnya. Dag, dug Suara orang melangkah. Emma spontan melihat ke arah belakang, tidak ada orang dibelakang. Dia percaya kalau orangtuanya akan pulang pada tengah malam.

Malam hari kemudian. Emma pergi ke dapur sendirian dengan menuruni tangga untuk makan malam. Dia membuka lemari makan dan melihat ada 4 buah roti dan se toples selai nanas. Selai nanas adalah selai favoritnya. Kemudian dia mengambil roti tersebut dan menaruhnya kedalam alat pemanggang roti. Kemudian sambil menunggu rotinya matang dia duduk melamun ke meja makan, membayangkan kalau seandainya seumur hidupnya di teror oleh mahluk gaib. Entah kenapa tiba-tiba ia memikirkan hal aneh itu, yang menurutnya hal genting.

Bunyi "ting" dari pemanggang roti miliknya yang menandakan bahwa roti sudah matang.

Dia masih belum sadar dari akalnya yang sehat, karena pikirannya masih berpacu pada hal tersebut.

Bau hangus tercium di hidungnya. Hidungnya mulai merasakan bau hangus roti tersebut. Ia langsung sadar dari pikirannya dan langsung mengangkat rotinya.

Emma heran "Apa yang barusan aku pikirkan? Sepertinya aku sedang berkhayal" katanya sambil cuek. Kemudian Emma mengoleskan selai nanasnya di atas roti yang sedikit gosong.

Dia tidak akan memakannya di ruang makan, tetapi ia akan membawa roti itu ke kamar miliknya. Kemudian dia berjalan menaiki tangga untuk pergi ke kamarnya.

Saat menaiki anak tangga ke 12 di rumahnya suara pintu terbuka dari ruangan. Suara itu terdengar sampai ke telinga Emma. Kemudian Emma mempercepat langkahnya untuk memeriksa keadaan. Pikirannya yang sudah kemana-mana dan rasa takut yang meningkat drastis. tetapi ia berusaha berani untuk melihatnya.

Dia sudah sampai di anak tangga terakhir dan berjalan melangkah ke ruangan itu.

Ternyata ruangan yang terbuka itu adalah ruangan angker yang pernah Emma alami saat malam pertamanya dirumah. Tapi Emma tidak berani untuk menengok ruangan karena jantungnya yang deg-degan dan langsung menutup pintunya.

Seketika pikirannya hancur dengan jantung yang berdetak kencang karena rasa takutnya yang menghantui pikirannya. "Aku bisa gila karena ini!" Ucapnya saat panik. Dia langsung menutup pintu kamarnya dan menikmati roti panggang nya.

Suara ketukan terdengar dari jendela kamar miliknya. Emma yang sedang menyantap rotinya tiba-tiba kaget mendengar suara ketukan itu. Tetapi sebelum membuka ia pikirkan dulu melalui logikanya.

"Mana mungkin ada orang yang bisa memanjat ke jendela kamarku, lagipula kamarku kan lantai tingkat ke dua" pikirnya.

Tetapi suara ketukan itu semakin kencang bunyinya sehingga Emma seolah-olah jadi terdesak untuk membuka gorden jendelanya. Kemudian Emma melangkah ke jendela kamarnya untuk membuka gorden dan melihat siapa yang melakukannya.

Dia memegang gorden itu dan bersiap untuk membukanya. "Kena kau!" Kemudian membukanya.

Ternyata tak seorangpun yang berbuat jahil padanya. Emma heran bercampur takut dan segera menutup gordennya lagi.

Nafas Emma tersengal-sengal, jantung berdegup kencang dan keringat dingin saking paniknya "Sialan! Siapa yang baru saja berbuat jahil kepadaku? Apa tadi hanya halusinasi ku saja?" Katanya panik. Tetapi ia ingin menghabiskan rotinya kemudian langsung pergi tidur. Kemudian dia melangkah ke meja di dekat kasurnya untuk melanjutkan memakan sisa rotinya.

Mahluk itu ada dibelakang tubuhnya. Emma menengok perlahan ke belakang. Dan memejamkan matanya. Kemudian ia penasaran dan mencoba tenang kemudian membuka kedua kelopak matanya.

Saat membuka matanya, Emma masih mencoba tenang. "AKU MAU JIWAMU!" Teriak mahluk itu di telinganya Emma. Kemudian dia membanting tubuhnya Emma sampai terpelanting ke belakang. Seketika Emma pun terpingsan.