***
Tetapi memori ingatannya terputar kembali di otaknya. seperti memutar kaset dalam CD player. Seperti itulah, seketika itu teringat kembali.
Ia tidak berani memasuki ruangan itu. Ruangan disalah satu rumahnya, yang memiliki aura takhayul didalamnya.
Pikirannya sendiri yang merancuni sehingga membuat ia ragu akan tur seluruh ruangan dalam rumahnya. Tetapi ia tetap memaksakan diri untuk memperlihatkannya. dirinya tidak enak pada Peter. karena itu adalah permintaan Peter kepada dirinya untuk berkeliling, dia tidak enak untuk menolaknya .
"Baiklah, aku akan menunjukkan ruang dapur terlebih dahulu, karena ruangan ini lebih dekat dari tempat kita berdiri" kata Emma.
"Tentu saja" jawab si Peter.
Emma memperlihatkan dapurnya terlebih dahulu, karena jaraknya lebih dekat dari tempat berdirinya ia atau bisa disebut juga koridor.
Saat mereka berdua melangkah, posisi Emma didepan Peter.
Dengan gugupnya, ia tetap kekeuh dan bersikeras untuk mempersiapkan mental nya ketika menunjukkan ruangan horor itu. Ruangan yang Emma pernah mengalami kejadian aneh, yaitu ruangan neraka. Emma yang memberinya julukan karena adanya bau anyir dan udara panas di ruangan tersebut.
"Disinilah kita dimulai, ruangan dapur untuk keluargaku sarapan pagi sampai makan malam" Emma menunjukkan dapurnya yang tertata rapi, kursimakan yang sedikit tua tersusun rapi dan taplak meja yang hiasannya cantik. Kursi tua itu digunakan saat ia baru pindah ke rumah barunya ini.
Biarpun kursi itu sudah tua dan sedikit usang, tetapi masih baik dan tidak goyah untuk digunakan.
Tidak begitu buruk baginya tentang kursi itu, Emma juga menyuruh duduk sebentar dan berbicara-bicara sedikit. mereka berdua canggung karena baru mengenal satu sama lain.
Emma menawarkan kepada Peter "Silahkan duduk-duduk dulu disini" sambil memundurkan kursinya kebelakang untuk menyuguhkan duduk santai pada Peter.
"Terimakasih" jawabnya hanya singkat.
Emma senyum "Ingin ku buatkan sesuatu untukmu?"
"Boleh, Memangnya ada apa saja?"
"Banyak disini, mungkin orang tuaku baru berbelanja kemarin"
"Sepertinya aku hanya ingin buah anggur dan apel, apakah kamu memilikinya?"
Emma membuka lemari pendingin makanan miliknya dan mengambil dua buah apel, semangkuk anggur dan sebilah pisau untuk membelah apel.
"Ada buah apel segar dan anggur segar disini, ini ambilah!" Emma mengeluarkan buah itu, Kemudian menutup kembali pintu lemari pendinginnya dan menaruh buah-buahan itu dimeja tempat mereka duduk, berjalan ke kursi dan mendudukinya, kedua tangannya yang memangku wajahnya dan berhadap-hadapan dengan Peter untuk ngobrol.
"Jadi, dimana kamu tinggal kawan?"
Peter sambil menelan buah didalam mulutnya untuk menjawab "Maafkan aku hehe, Tempatku tidak terlalu jauh dari sini, aku tinggal Kansas sejak aku masih sangat kecil"
Emma menatap matanya, dan bisa mengambil kesimpulan bahwa Peter adalah orang Kansas asli dan orang lama yang tinggal di lingkungannya.
"Jadi kamu ini orang Kansas asli?"
"Tentu saja, jaman dulu aku masih ingat saat berumur 9 tahun, rumah ini lebih tua daripada rumah milikku"
Emma terkejut mendengar kata Peter barusan "Kamu tau tentang rumah ini? Coba ceritakan padaku!" Emma jadi penasaran akan perkataannya itu.
"Santai-santai, akan aku ceritakan kepadamu" tapi ia tidak mau menakut-nakuti Emma, jadi Peter tidak menceritakannya secara rinci tentang rumahnya itu.
Sepertinya mereka menyimpan rasa ketakutannya masing-masing. Pikirannya Peter terjebak di masa kecilnya tentang rumah angker itu. Kejadian di rumah ini sempat menggegerkan warga setempat.
Sedangkan Emma ia terjebak dipikiran nya yang mengerikan itu.
Mereka sempat terdiam sebentar, dan berpikir dua kali untuk menceritakannya. Apalagi Peter, ia ragu untuk mengatakannya.
"Ya rumah ini memang mewah dari dulu, tetapi tidak ada seseorang pun yang mau tinggal disini, entah apa pikiran mereka"
Gelagatnya dan wajahnya yang cemas seperti ada sesuatu yang disembunyikan. Memang benar, ia tidak mau Emma gelisah dan ketakutan karena ucapannya.
Tapi, Emma tidak bisa di bohongi lagi seperti bayi, dia mengetahui ekspresi wajah orang.
"Benarkah?, Mengapa bisa begitu" Emma memancing kembali ucapannya itu.
Ucapannya gugup "Ya, karena, karena..."
"Karena apa?"
"Mungkin, karena rumah ini terlalu mewah dan mahal jadi, mereka segan untuk tinggal disini"
"Oh ya?, Berapa dolar pada masa itu? Kamu tahu?"
"Sekitar, 207 dolar, ya segitu"
Emma menatap Peter, seolah tidak yakin dengan jawabannya dan semakin bertambah penasarannya. Tetapi Peter tetap tidak ingin mengatakannya.
***
Sebenarnya Rumah itu mengalami dua kali renovasi, sejak insiden tahun 1970 rumah itu tidak ada yang menghuni bak rumah terbengkalai. Sudah ada korban dalam insiden itu. Yaitu peristiwa tewasnya seorang ibu dan satu orang anak. Ayahnya Peter juga bersangkutan dalam hal itu.
Semasa mudanya Cloe (ayahnya Peter) dia bekerja menjadi opsir. Kemudian ia berbunga-bunga pada seorang wanita yaitu Ashlee.
Warga sekitar, menemukan kejanggalan karena biasanya korban setiap hari mengantar jemput anaknya ke sekolahan dan banyaknya surat pos yang penuh dan tidak dibaca.
2 bulan kemudian bertepatan pada bulan Juli tanggal 12 tahun 1970.
Orang-orang sudah mulai curiga dengan korban dan berusaha memutuskan untuk membongkar apa yang terjadi sebenarnya.
Akhirnya mereka mendobrak pintu hingga engselnya tercopot dan pakunya bertebaran dimana-mana seperti pasir.
Untuk bukti pertama, orang-orang yang masuk kedalamnya mencium aroma-aroma tak sedap dan diikutinya bau tersebut. Untuk bukti kedua ditemukannya jenazah ibu dan anak remaja perempuan di ruangan itu, yaitu ruangan angker yang pernah Emma alami.
Saat ditemukan, Orang-orang heboh, seheboh-hebohnya. Dan memanggil opsir beserta Cloe yang termasuk anggota kepolisian beserta ambulans. Cloe mengidentifikasi jenazah sementara layanan medis sedang mengintrogasi denyut jantungnya di periksa. Sayangnya... Orang tersebut sudah meninggal dunia sejak 2 bulan terakhir dengan luka lebam bercetak merah bekas jari-jarinya orang yang telah mencekiknya dan pemuda perempuan itu tewas karena 2 luka peluru di pinggang. kemudian di makamkan di belakang rumahnya.
Sampai sekarang, pelaku yang membunuhnya belum sama sekali tertangkap. Cloe dan Ashley menyaksikan jejak kejadian tragis itu.