Tiba-tiba air mata Cantika pun mengalir tanpa ia sadari. Buru-buru wanita itu menghapusnya.
"Kalau mau menangis ya menangis lah tak ada yang larang," ucap Leonar pelan tanpa melihat wajah Cantika walau sebenarnya ia ingin melihatnya.
Cantika tersenyum. "Tidak ko, aku hanya lelah saja atas semua yang terjadi padaku? Rasanya masalahku tak selesai-selesai. Aku hanya ingin hidup damai saja."
"Namanya juga orang hidup pasti ada masalah tinggal kita pilih menghadapinya atau melarikan diri. Jika memilih untuk melarikan diri maka masalah itu tak akan pernah selesai bahkan masalah itu akan terus berkembang dan tak akan pernah selesai. Jadi jalan satu-satunya menghadapinya walaupun berat dan sulit pasti akan selesai walau akan ada lagi masalah yang baru akan tetapi, setidaknya masalah pertama selesai," papar Leonar sembari menatap lurus ke depan.
Cantika menghembus napas panjang. "Kamu benar ... suka tidak suka mau tidak mau aku harus menghadapi Valdi. Itu kan yang selalu kamu katakan padaku?" tanya Cantika sembari menoleh pada Leonar.
Leonar tersenyum. "Kamu itu wanita yang kuat dan hebat. Kamu tak bisa melarikan diri dari Valdi karena selama kamu hidup Valdi akan selalu mengejarmu."
"Kamu benar ... Valdi itu seseorang yang tak pernah sadar atas kesalahan. Dia hanya bisa menyalahkan aku atas apa yang terjadi padanya? Padahal apa yang dia tanam itu yang dia tuai."
Leonar pun memeluk Cantika dari belakang. Menyandarkan kepalanya ke bahunya sembari mengusap rambutnya yang panjang.
Cantika menutup matanya sejenak. Ia harus melawan rasa takutnya. Ia tak bisa menghindari Valdi. Ia harus kuat dan bisa melawannya.
"Aku lelah, aku ingin tidur," gumam Cantika pelan.
Leonar pun beranjak bangun dan langsung mengendong tubuh Cantika yang sudah menutup matanya. Leonar pun berjalan menuju kamar Cantika dan membaringkannya di tempat tidur.
Laki-laki itu pun beranjak.
"Kamu mau ke mana? Bisa temani aku tidur. Aku butuh sandaran," ungkap Cantika masih menutup matanya.
Leonar pun mulai membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan Cantika pun tertidur di dadanya.
Malam ini menjadi malam terpanjang untuk keduanya. Ini pertama kalinya untuk Leonar berdua dengan seorang wanita tanpa melakukan apa pun.
Kali ini Leonar dan Cantika benar-benar tidur saja. Akan tetapi, Leonar benar-benar tak bisa menutup matanya. Ia benar-benar terpejam tak bisa tidur sama sekali.
***
Seorang wanita membawa korban yang tak sengaja ia tabrak. Wanita ini benar-benar cemas sekali takut di penjara karena sudah membunuh seseorang.
Ia benar-benar takut sekali berharap laki-laki yang ia tabrak selamat. Wanita ini masih menunggu di luar ruangan UGD. Ia benar-benar cemas dan khawatir.
Wanita ini bernama Karen, ia benar-benar sedang tak fokus dan sangat merasa sedih sekali tapi, sekarang ia dibuat semakin takut dengan kejadian ini.
Sekarang perasaannya benar-benar campur aduk akan tetapi, lebih pada takut. Karena ia ceroboh sampai mencelakai seseorang. Lama ia menunggu sampai seorang dokter pun keluar.
Karen pun beranjak bangun. "Bagaimana dok?" tanyanya.
"Apakah Anda keluarga korban?" tanya dokter.
"Yah," jawab Karen ragu.
"Sejauh ini korban hanya mengalami luka ringan saja. Hanya saja pasien mengalami dehidrasi akut karena beberapa hari ini tak ada nutrisi yang masuk ke dalam tubuhnya," ucap dokter menjelaskan.
Keren pun menganggukan kepalanya. Wanita itu pun langsung masuk ke ruang UGD untuk melihat korban yang ia tabrak. Penampilannya benar-benar seperti gembel.
Wanita tersebut pun buru-buru sadar tak boleh menilai seseorang dari penampilan saja. Karen pun memesan beberapa makanan melalui ojek on-line.
Karen memperhatikan laki-laki itu. Mungkin jika dimandikan penampilannya akan lebih baik.
Samar-samar laki-laki itu pun membuka matanya dan terkejut karena ia tak tau ada di mana? Ia benar-benar cemas dan takut.
"Maafkan aku," ucap Karen tiba-tiba
Seketika suara Karen itu pun mengejutkan laki-laki itu. "A-aku ada di mana?" tanyanya gugup.
"Aku tak sengaja menabrakmu, aku mohon jangan laporkan aku pada polisi," pintanya sembari menundukan kepalanya.
Mendengar kata polisi seketika tubuhnya pun bergetar. Ia membayangkan saat ia berada di dalam penjara. Karen memperhatikannya dalam hatinya bertanya-tanya ada apa dengannya?
Laki-laki itu masih terlihat takut dan Karen pun memberikan beberapa makanan. Melihat makanan yang ada di depannya. Tanpa basa-basi lagi ia langsung melahapnya dengan rakus. Dia benar-benar sangat kelaparan sampai tak ada yang tersisa sama sekali.
Melihat laki-laki ini makan memakan makanan membuat Karen kenyang dan beberapa kali menelan salivanya. Setelah selesai makan, Karen pun meminta para perawat laki-laki untuk memandikan laki-laki itu.
Setelah selesai dimandikan laki-laki itu pun terlihat lebih baik. Laki-laki itu pun benar-benar terlihat sangat segar.
"Terima kasih karena menolongku," ucapnya pelan.
"Kamu salah, aku bersalah karena menabrakmu."
"Jika kamu tak menabrakku mungkin aku akan mati di jalananan."
"Kamu tak akan melaporkanku ke polisi kan?"
"Tidak, aku tak mau berurusan dengan polisi tapi, aku ingin diberikan tempat tinggal."
"Tempat tinggal, yah itu tak masalah kamu bisa tinggal di tempatku sementara."
"Aku juga tak mempunyai pekerjaan."
"Pekerjaan? Kamu bisa Accounting? Karena saat ini aku membutuhkan itu."
"Aku bisa ... tapi, aku benar-benar tak punya apa pun. Aku sudah kehilangan semuanya tapi, jika kamu memberikanku satu kesempatan mungkin aku bisa menjadi lebih baik."
Karen tersenyum entah kenapa ia mempercayai laki-laki ini. Padahal ia benar-benar tak mengenalinya. Apakah ini cara Tuhan untuk mempertemukannya dengannya?
"Oh iya, siapa namamu? Aku Karen," kenaikkannya.
Laki-laki ini terdiam ia sekarang memikirkan nama apa yang cocok untuknya. Tak mungkin ia memakai nama yang lama bisa-bisa polisi menemukan keberadaannya.
Karen masih memperhatikan laki-laki ini yang terlihat melamun. Yah, ada sesuatu yang ia sembunyikan. Secara perlahan ia akan bertanya padanya.
Laki-laki ini masih memikirkan nama yang cocok untuknya. Lama Karen menunggu sampai laki-laki ini berbicara.
"Kamu bisa memanggilku Hasan," ucapnya tiba-tiba.
"Baik, Hasan paling sehari lagi kita di sini. Kita tunggu sampai keadaanmu benar-benar membaik dan sehat baru bisa pulang."
Laki-laki ini menganggukan kepalanya. Ia tak tau rencana Tuhan apa padanya. Ia benar-benar nyaris mati tapi, sekarang ia berada di sini. Sekarang ia benar-benar tak tau. Akan seperti apa nantinya.
Kali ini ia akan menjadi seorang yang lebih baik. Tapi, ia sendiri tak tau apakah bisa untuk menjadi lebih baik karena ia berbicara ini sekarang karena ia benar-benar sedang terpuruk.
Rasa dendam di dalam hatinya belum hilang dan ia benar-benar akan membalas itu jika ia mempunyai kuasa lagi atas semua yang ia mulai sekarang.
Karen tersenyum dan dibalas oleh laki-laki bernama Hasan itu akan tetapi, Karen semakin penasaran padanya. Rasanya wajahnya tak asing? Tapi, di mana ia pernah bertemu?
Bersambung