Karisa pun membuka matanya ia melihat sekitar rupanya ia sudah berada di kamarnya. Wanita ini memegang kepalanya sendiri mengingat apa yang terjadi kemarin karena di lantai kamarnya berserakan botol minuman di mana-mana.
Seketika ia pun mengepalkan tangannya merasa marah yang sudah berada di ubun-ubun. Akan tetapi, ia pun tahan dan tetap tenang. Mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.
Ia pun beranjak bangun dan masuk kamar mandi menanggalkan seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam bathtub air hangat. Rasanya tubuhnya segar dan fress.
"Aku tak mau menyerah padanya," gumamnya sendiri.
Wanita itu pun mencoba menyandarkan kepalanya ke sisi bathtub. Ia memikirkan cara agar Leonar tak pernah pergi darinya. Lama ia memikirkannya sampai ia pun teringat sesuatu.
"Yah, Fara ...." Karisa teringat dengan ibu Leonar yang akan menjadi senjatanya untuk mendapatkan Leonar kembali.
Seketika hatinya pun mulai senang dan beranjak dari bathtub. Ia berdandan tak seperti biasanya. Ia ingin menunjukan kalau ia sedih dan menangis semalaman karena Leonar. Ia juga harus bisa berakting sebaik mungkin agar Fara percaya padanya.
Belum juga Karisa selesai berdandan suara ponselnya pun berbunyi. Saat melihat ponselnya wanita ini pun menyeringai.
"Halo," jawab Karisa dengan suara parau saat mengangkat telponnya.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya suara dibalik telpon.
Terdengar suara tangis yang begitu menyayat hati membuat seseorang dibalik telpon pun khawatir.
"Aku tak mengerti jika kamu menangis seperti ini. Ya sudah kita janjian di Kafe Kenangan yah, kamu katakan apa yang terjadi padamu. Kebetulan saya sedang berada di daerah sini," ucapnya.
"Baik, Tante ,..." ucapnya segukan sembari menutup telponnya.
Karisa menghapus air matanya tersenyum jahat. Ia menatap cermin dan memuji dirinya sendiri.
"Luar biasa Karisa! Aktingmu sangat bagus. Harusnya kamu dapat piala Oscars," gumamnya sendiri masih menatap dirinya sendiri.
Wanita ini pun mempersiapkan dandanan sesempurna mungkin agar Fara percaya padanya. Kali ini rencananya harus berasil.
Wanita ini sengaja datang telat membiarkan Fara menunggu lama dan semakin khawatir padanya.
Wanita separuh baya itu pun langsung beranjak bangun setelah sedari tadi ia memegang ponselnya untuk menelpon seseorang. Begitu ia melihat seseorang yang ia tunggu sedari tadi.
"Sayang, ada apa denganmu?" tanyanya begitu melihat Karisa ada di pintu masuk Kafe Kenangan.
Wanita itu pun menggandeng tangan Karisa dan membawanya ke meja yang ia pesan tadi. Penampilan Karisa itu pun mengundang pusat perhatian di Kafe terlihat jelas kalau pelupuk matanya sembab dan wajahnya pucat.
"Ada apa denganmu?" tanya Fara lagi pelan saat keduanya berada di meja dan duduk saling berhadapan.
Karisa masih belum menjawab ia malah menangis lagi membuat wanita yang ada dihadapannya bingung.
"Karisa, jika kamu menangis terus bagaimana aku tau kamu kenapa?" tanyanya lagi bingung.
"Tante ... Leonar ...." Karisa tak melanjutkan ucapannya dan malah kembali menangis.
Fara pun menghembus napas panjang. Ia pun memesan minuman pada pelayan di Kafe itu agar wanita muda ini tenang. Ia sengaja tak bertanya lagi membiarkan Karisa benar-benar tenang.
Percuma menanyainya jika Karisa terus saja menangis malah membuatnya bingung.Wanita muda ini masih berakting menangis dengan sangat sempurna sekali sampai orang-orang yang melihatnya pun merasakan kesedihannya.
Setelah meminum jus buah yang Fara pesan Karisa pun mulai tenang dan mau berbicara pada wanita yang ada di depannya.
"Tante, aku tak tau harus mulai dari mana! Aku benar-benar sedih dengan perlakukan Leonar kemarin!" serunya.
"Perlakukan seperti apa?" tanya Fara penasaran.
Karisa menceritakan apa yang terjadi kemarin dan ditambah hal-hal yang dilebih-lebihkan sehingga ia benar-benar menjadi korban yang sesungguhnya.
Fara masih menahan amarah dan mencoba tenang. Apa yang putranya lakukan pada tunangannya sungguh keterlaluan.
"Kamu tak perlu khawatir, Leonar akan tetap menjadi milikmu dan kamu akan tetap menikah dengannya," ucap Fara dengan berapi-api.
Wanita muda itu pun mengengam kedua tangan Fara.
"Benarkah itu Tante ... aku sangat berterima kasih sekali. Aku mencintainya dan karena wanita penggoda itu, Leonar berpaling dariku. Aku ingin wanita itu disingkirkan," ungkap Karisa penuh harap.
"Kamu tak usah khawatir."
Karisa pun tersenyum dan hatinya senang karena rencana pasti berhasil karena Fara mendukungnya penuh.
***
Hari itu juga tanpa pemberitahuan Fara langsung mendatangi kantor putranya. Ia sudah tak bisa menahan kekesalannya setelah apa yang diceritakan Karisa padanya. Menurutnya putranya itu sudah sangat keterlaluan.
Tanpa basa-basi lagi Fara langsung membuka kantor putranya tanpa peduli di dalam sedang ada siapa.
Semua mata tertuju pada pintu ruangan begitu Fara membuka pintu ruangannya. Terlihat Leonar dan beberapa koleganya sedang membicarakan proyek mereka.
Fara menutup pintu ruangannya kembali dengan sangat kasar dan mengejutkan semua kolega-kolega Leonar.
"Maafkan Ibu saya dia tak tau kalau saya sedang meeting dengan kalian," ucap Leonar sopan.
"Tak apa-apa Pak ... kita juga sudah selesai membicarakan kesepakatan kita. Kalau begitu mulai hari ini kerja sama kita akan berlangsung," ucap salah satu koleganya.
Dua pria itu pun bergantian menjabat tangan Leonar dan meeting mereka pun selesai. Laki-laki itu pun mengantarkan dua orang itu sampai pintu ruangannya.
Terlihat Fara masih menunggu di dekat sekertaris nya muka merah menahan amarah yang sedari tadi mengganjal di hatinya. Akan tetapi, wanita itu masih membalas senyuman dari dua kolega putranya itu.
Setelah memastikan kalau dua tamu putranya benar-benar pergi Fara pun masuk ke ruangan putranya dan Leonar pun pura-pura tak mempedulikannya.
"Ibu harus bicara denganmu!" seru Fara masih berusaha menahan amarah.
"Ada apa?" tanya Leonar namun, tak melihat wajah ibunya ia malah sengaja melihat layar laptopnya meneriksa pekerjaan.
Melihat putranya cuek seperti itu membuat kesabaran Fara benar-benar habis. Dengan perasaan kesal wanita itu pun langsung menggebrak meja.
Brukk.
Leonar pun menoleh sembari mengerutkan keningnya.
"Bisa-bisanya sikap kamu tenang seperti ini setelah apa yang kamu lakukan pada Karisa!" serunya marah.
Laki-laki itu diam mengingat apa yang ia lakukan pada Karisa. Ia pun yakin kalau ibunya membicarakan hal yang terjadi kemarin.
Leonar memang tak berhadapan secara langsung tapi, ia tau kalau wanita itu ada di sana dan melaporkan semuanya pada Fara.
"Kamu keterlaluan ...."
Leonar masih cuek membiarkan ibunya ngomel-ngomel sendiri. Ia tak mau membahasnya.
Fara benar-benar kesal dengan sikap putranya itu. Ia tak bisa pikir kenapa bisa Leonar begitu. Padahal dia bukan anak kecil lagi dan bisa dikatakan laki-laki dewasa kenapa sikapnya seperti anak-anak.
Fara yakin kalau wanita itu yang mempengaruhinya. Putranya itu masih santai dan tak peduli sama sekali. Ia tak tau bagaimana caranya laki-laki dewasa ini mengerti kalau ia marah padanya. Menjengkelkan sekali.
Bersambung