Seorang laki-laki pun berjalan ke arah Cantika akan tetapi, langkahnya terhenti saat Leonar secara paksa menarik tangan Cantika.
"Apa-apa ini?" tanya Cantika mencoba melepaskan diri.
Leonar seperti tak mendengar apa yang diucapkan Cantika yang terus-menerus melangkah membawa Cantika naik ke altar. Cantika berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Leonar karena keduanya sudah menjadi pusat perhatian.
Karisa, Rusdy, Rusna dan Fara melihat apa yang dilakukan Leonar. Mereka terlihat sangat marah terutama Karisa yang sangat kesal karena dibuat malu oleh calon tunangannya sendiri.
"Lepas," bentak Cantika mendorong Leonar yang hampir saja jatuh dan reflek melepaskan tangan Cantika.
"Apa yang Kamu lakukan padaku? Malam ini acara mu dan tunanganmu kenapa Kamu membawaku ke sini?" tanyanya lagi.
"Kamu harus melihat Aku bertunangan dengan Karisa dari dekat kalau perlu Kamu yang memasangkan cincin pertunangannya di jari Kita," jawab Leonar dengan nada tinggi dan berapi-api.
"Aku tak mau! Seharusnya Aku tak datang!" seru Cantika mulai melangkah lagi-lagi ditahan Leonar dengan memegang tangan kanannya.
"Lepas," bentaknya melepaskan diri dan pergi begitu saja tanpa menoleh keluar dari tempat ini.
Cantika berusaha menahan air matanya untuk tak keluar pada saat ini. Rasanya ia merasa menyesal datang ke tempat ini. Cantika terus saja berjalan ke parkiran dan masuk mobilnya melaju dari tempat ini.
Leonar menghembus napas panjang dan langsung melangkah untuk mengejar Cantika akan tetapi, ditahan Fara.
"Sayang, Kamu mau ke mana? Kamu tak bisa mempermalukan Ibu," pinta Fara berkaca-kaca karena semua orang memperhatikan menjadikan mereka pusat perhatian.
Leonar melihat wajah Ibunya hampir menangis tak hanya itu saja Karisa juga hampir menangis. Leonar pun menghembus napas panjang.
"Baik, Aku lanjutkan pertunangan ini tapi, Aku tak berjanji untuk menikahinya," bisik Leonar ke telinga Fara yang menganggukan kepalanya.
Dalam pikirannya sekarang, acara ini harus segera berlangsung karena jika tidak mau ditaruh di mana wajahnya. Seluruh teman-teman sosialitanya hadir dan juga ada beberapa koleganya berada di sini. Leonar tak bisa mempermalukannya seperti ini.
Leonar pun menghembus napas panjang sekali lagi. Fara pun mengandeng putranya ke hadapan Karisa dan meminta asistennya Mila untuk memberikan sepasang cincin pada Leonar. Acara pertunangan pun dimulai setelah host mulai membuka acara.
Cincin bermata berlian pun kini sudah terpasang di jari manis Karisa begitu juga cincin polos masuk ke jari Leonar. Acara tunangan itu pun lancar dibarengi tepukan tangan semua orang yang hadir di ruang ini.
Tak ada senyum di wajah Leonar. Wajahnya masam tak ada kebahagiaan sama sekali. Di sini hanya Karisa saja yang sangat bahagia apalagi saat menerima cincin berlian yang begitu mahal dan mewah.
Yulla memperhatikan wajah Leonar benar-benar tak bahagia. Yulla memang tak begitu mengenal Leonar tapi, tatapan Leonar pada Karisa berbeda saat ia menatap Cantika.
***
Di sisi lain Cantika terus saja meneteskan air matanya sembari menyetir dengan kecepatan tinggi. Hatinya sangat sakit sekali.
"Kenapa?" tanya Cantika sendiri merasa sangat sesak sekali.
Cantika sendiri tak tau mau ke mana ia sekarang. Hatinya benar-benar gundah dan sangat sedih sekali. Ia juga tak mau pulang ke rumah.
Cantika pun berhenti di sebuah club malam. Pikirannya sangat kacau sekarang. Ia ingin minum sebanyak-banyaknya untuk melupakan rasa sakit di dalam hatinya.
Malam ini baru menunjukan jam 19.00 malam. Club ini belum begitu ramai karena orang-orang datang ke club malam kitar jam 21.00 malam. Hanya ada beberapa pengunjung yang datang.
Cantika langsung duduk di depan meja Barterder di sini.
"Nona, mau pesan apa?" tanya Bartender di depannya.
"Aku ingin melupakan seseorang," jawabnya ngaco.
Bartender yang ada di depannya pun tersenyum. Ia pun memberikan satu botol minuman beralkohol sedang yang sudah ia buka. Tanpa pikir panjang Cantika pun langsung meneguknya dengan sekali tegukan.
Cantika langsung meminumnya dalam waktu 15 menit saja.
"Berikan satu botol lagi! Aku masih belum bisa melupakannya," pinta Cantika sambil meletakkan botol kosong di meja.
Bartender itu pun mengambil satu botol lagi dan membukanya untuk Cantika. Sekali lagi Cantika meneguknya dengan cepat. Sampai habis lima botol Cantika masih kuat minum.
Seseorang menghampirinya akan tetapi, Cantika langsung mendorongnya sampai terjatuh ke lantai.
"Jangan ganggu Aku!" seru Cantika sudah mulai mabuk dan tak memperhatikan siapa yang ada dihadapannya.
Pria itu pun beranjak bangun, seorang laki-laki pun menghampiri Cantika akan tetapi, langsung di dorong pria tadi.
"Dia wanitaku," bentaknya kasar.
Laki-laki tersebut menganggukan kepalanya dan pergi dari sisi Cantika.
"Kenapa? Kenapa Kamu memilihnya? Kenapa? Brengsek! Katanya Kamu mencintaiku tapi, kenapa bertunangan dengannya? Apakah Kamu tak melihat Aku? Apa yang Aku ucapkan tak sama dengan apa yang ada di dalam hatiku. Kamu brengsek," tutur Cantika mengomel-omel sendiri sambil meminum botol minuman yang ia pegang.
Bartender itu hanya tersenyum saja karena ia sudah terbiasa melihat wanita mabuk seperti Cantika. Pemandangan ini sudah jadi makan sehari-hari untuknya.
Pria itu pun masih di belakang Cantika tak mengatakan apa pun bahkan ia malah merekam semua tindakan Cantika kali ini? Pria ini membiarkan Cantika minum sebanyak yang Cantika mau. Tanpa menghentikannya sama sekali.
Cantika berhasil menghabiskan sampai 15 botol dan setelah itu Cantika benar-benar tak sadarkan diri.
Pria itu pun membayar minuman yang Cantika minum dan setelah itu menggendongnya membawa Cantika keluar dari club malam. Cantika meminta untuk turun dari pangkuan pria itu dan begitu sampai parkiran, Cantika langsung muntah sebanyak-banyaknya.
Pria itu pun berpaling, walaupun muntah itu tak mengenai bajunya tetap saja rasanya menjijikan melihat seseorang muntah dihadapannya. Cantika terus saja muntah sampai ia pun duduk di jalan aspal agak jauh dari tempat ia muntah tadi.
Cantika masih belum sadar dan ia hanya menundukkan kepalanya sambil menangis setelah itu kembali ambruk. Pria itu pun menghembus napas panjang dan menggendong tubuh Cantika dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.
Secara hati-hati pria itu menidurkan Cantika di bangku depan dan ia pun berjalan memutar dan mulai menyetir meninggalkan club malam itu.
"Cantika.... Cantika," gumannya tersenyum sembari menggeleng kepalanya.
Pria itu pun menjalankan mobilnya dengan santai. Jam menunjukan jam 22.00 malam, orang-orang baru saja datang dan ia bersama Cantika meninggalkan club.
"Padahal malam ini sangat cerah," imbuhnya lagi sembari melihat langit pada malam ini.
Cantika tertidur dan air matanya terus saja mengalir.
Secara lembut pria itu pun membelai wajah Cantika. "Maafkan Aku!"
Pria itu pun fokus menyetir dan sampai di apartemen miliknya. Ia tak tau harus membawa Cantika ke mana? Karena dalam pikirannya hanya ke sini?
Bersambung