Di dalam mobil Cantika masih mencoba melepaskan diri tapi, tali yang mengikatnya benar-benar kuat. Sekarang ia hanya bisa marah-marah sendiri karena kesal bisa tertangkap seperti ini.
Sesekali laki-laki yang sedang menyetir itu pun menoleh dan menyeringai dengan senyum jahat. Cantika mencoba berteriak meminta tolong tapi, tak bisa. Untuk berbicara saja ia sangat kesulitan sekali.
Mobil laki-laki ini pun terhenti tiba-tiba. Wanita ini tak tau apa yang menghadangnya. Laki-laki itu terlihat sangat kesal dan mencoba keluar dari mobil. Entah apa yang terjadi di luar? Terdengar suara orang-orang yang berkelahi lumayan lama.
Seseorang membuka pintu mobilnya dan melepaskan ikatan yang mengikat tangan dan mulut Cantika. Setelah itu, laki-laki itu pun berbalik badan. Wanita itu pun langsung memeluknya dari belakang.
"Aku benar-benar takut," gumamnya sambil menangis tersedu-sedu.
Leonar pun berbalik badan, Cantika masih memeluknya dengan begitu erat. Tubuhnya benar-benar bergetar. Dengan lembut laki-laki itu pun mengusap lembut rambutnya.
"Maafkan aku ...."
"Sudahlah, aku sudah melaporkan kejadian ini pada pihak berwajib. Kamu bisa pulang sekarang. Aku akan mengantarmu pulang," ungkap Leonar sembari melepaskan pelukannya.
Cantika masih saja menangis secara lembut Leonar pun mengusap air matanya yang mengalir dari pelupuk matanya.
"Kenapa, kamu tak melepaskan aku ... jika seperti ini ... aku semakin berhutang budi padamu ...." Cantika masih saja menangis.
Leonar pun menghembuskan nafas panjang. "Wanita bodoh! Mana mungkin aku membiarkan kamu celaka!" serunya berpaling.
"Kamu membuatku selalu tergantungan padamu ... sekarang bagaimana caraku untuk melepaskanmu ...?"
"Kenapa sih kamu membuat semuanya susah?" Leonar menghembuskan napas panjang.
Cantika masih saja menangis tersedu-sedu membuat Leonar merasa kasihan dan juga kesal padanya. Walaupun begitu, ia sangat mencintai wanita ini.
"Sudah-sudah kamu jangan menangis seperti ini. Laki-laki tadi sudah berada di kantor polisi. Suka atau tidak aku akan tetap menjagamu," tutur Leonar.
Tiba-tiba saja Cantika pun ambruk, Leonar yang melihat itu pun buru-buru berlari untuk menangkap tubuh Cantika yang ke buru jatuh ke lantai. Leonar yang panik pun buru-buru mengendong tubuh Cantika.
Ia benar-benar tak tau apa yang terjadi pada Cantika? Laki-laki pun memasukan tubuh Cantika ke kursi belakang mobilnya dan buru-buru ke menyetir ke rumah sakit dengan kecepatan tinggi.
Dari jauh seseorang terlihat sangat kesal karena Leonar yang menyelamatkan Cantika. Benar-benar diluar dugaan, semuanya benar-benar terlambat. Ia memukul-mukul setir dan pergi dari tempat itu sebelum ada yang melihatnya.
Sampai rumah sakit, Leonar pun langsung membawa Cantika ke UGD. Ia sangat khawatir sekali dengan keadaannya. Ia pun lupa memberitahu Rana, ayah dari Cantika atas apa yang terjadi pada putrinya.
Saat Leonar akan menelponnya terlihat Rana sudah beredar di rumah sakit. Leonar pun menghampiri Rana.
"Pak Rana," panggil Leonar sembari sun tangan kanannya.
"Bagaimana keadaan Cantika?" tanyanya tiba-tiba.
Leonar pun menjelaskan semua yang terjadi dan meminta maaf. Akan tetapi, Rana hanya menganggukan kepalanya saja tak mengatakan apa-apa.
"Pak Rana, tak marah?" tanya Leonar saat melihat ekspresi Rana yang terlihat biasa.
Rana menoleh dan tersenyum. "Aku sudah melihat semuanya bahkan aku berterima kasih padamu karena beberapa kali menolong putriku," jawabnya.
Leonar pun menghembus napas panjang, merasa lega atas semuanya. Dokter pun keluar dari UGD. Rana dan Leonar pun segera menghampiri dokter.
"Bagaimana dok?" tanya Rana cemas.
"Kalian keluarga pasien?" tanyanya.
"Iya," jawab Leonar dan Rana secara bersamaan.
"Pasien, mengalami dehidrasi dan pola makan yang salah sehingga imun tubuhnya lemah. Mungkin pasien harus dirawat beberapa hari," jawab dokter itu.
"Bisakah bertemu dengannya?" tanya Leonar.
"Untuk sekarang pasien membutuhkan istirahat. Kalian bisa menemuinya setelah pasien pindah ke ruang rawat inap," jawab dokter segera berlalu meninggalkan Rana dan Leonar.
Rana dan Leonar pun duduk di kursi dekat UGD. Keduanya terdiam memikirkan sesuatu di pikiran masing-masing. Keduanya benar-benar fokus terhanyut dalam sanubari mereka.
Rana pun mengembuskan napas panjang dan menoleh pada Leonar.
"Apakah kamu benar-benar mencintai Cantika?" tanya Rana tiba-tiba membuyarkan lamunan Leonar.
Leonar pun menoleh. "Iya, saya sangat mencintai putri Bapak," jawab Leonar pasti dan sungguh-sungguh.
"Kamu yakin? Tak sekedar mempermainkannya!"
"Saya benar-benar yakin 100 persen kalau saya sangat-sangat mencintainya tapi,..." Leonar tak melanjutkan ucapannya.
"Tapi, kenapa?" tanya Rana penasaran karena Leonar tak melanjutkan ucapannya.
"Tapi, Cantika selalu menolak keberadaan saya. Cantika meminta saya untuk melepaskannya."
Rana mengerutkan keningnya semakin penasaran dengan kisah cinta putrinya. Rana sudah mencari tau tentang Leonar. Akan tetapi, ia ingin mengetahui langsung dari Leonar bagaimana perasaannya?
Rana sudah separuh baya sudah makan semua rasa kehidupan karena itu ia tau mana yang berbohong mana yang jujur. Orang bisa berkata apa saja tentang orang lainya. Akan tetapi, Rana ingin melihat kejujuran dari wajah Leonar.
Laki-laki ini sangat tulus dan bersungguh-sungguh mencintai putrinya jadi masalahnya ada pada putrinya. Rana ingin mengetahui dari sudut pandang Leonar seperti apa? Setelah itu ia akan menanyakan langsung pada putrinya agar ia tau di mana letak masalahnya.
"Kenapa Cantika mengatakan itu?" tanya Rana semakin penasaran setelah beberapa saat ia memikirkan semuanya.
Leonar mengembuskan napas panjang sekali lagi menoleh pada Rana sampai keduanya saling bertatapan serius.
"Awalnya Cantika mempermasalahkan kalau dirinya pernah menikah dan gagal pada pernikahan sebelumnya. Jujur aku tak mempermasalahkannya. Mantan suami Cantika itu, benar-benar brengsek. Toh dia yang rugi karena membuang keindahan yang ada pada Cantika," ungkapnya berapi-api.
Mendengar itu, Rana pun menjadi kesal dan senang tiasa ia tahan dan bersikap tenang.
"Terus?"
Leonar terdiam sesaat. Ia bingung bagaimana mengatakannya? Leonar mengembuskan napas panjang lagi.
"Ibuku tak menyetujui hubungan kita karena status Cantika yang seorang janda. Ibu malah menjodohkan saya dengan gadis lain yang sama sekali saya tak suka. Yah, walaupun dulu saya dan dia sempat menjalin hubungan. Saya sangat mengenalnya? Gadis pilihan Ibuku hanya melihat harta saja tak lebih dari itu tak benar-benar tulus mencintai saya. Apalagi sekarang saya sudah benar-benar sukses dan memiliki segalanya. Jika ia benar-benar mencintai saya, dia tak mungkin meninggalkan saya yang belum menjadi apa-apa dan berjuang bersama-sama sampai saya seperti sekarang," tutur Leonar menjelaskan semuanya.
"Jadi masalahnya ada di Cantika?"
"Tidak sepenuhnya salah Cantika. Bukan keinginannya untuk menjadi janda diusia muda. Jika bisa memilih Cantika pun tak mau seperti ini. Masalahnya ada pada Ibuku yang tak bisa mengerti kalau saya memilihnya bukan karena status."
Rana tersenyum jawaban dari Leonar mengugah hatinya. Dengan sekali ucapan Leonar membuktikan kalau ia benar-benar tulus pada Cantika. Ia sangat mengenal putrinya, sulit sekali untuk membujuknya. Sekarang ia serahkan semuanya pada Cantika saja.
Bersambung