Keadaan Cantika pun sudah membaik dan dokter pun memperbolehkannya untuk pulang. Rana dan Leonar pun membereskan semua barang-barang untuk dibawanya pulang. Leonar juga sudah menyelesaikan administrasi.
"Terima kasih, Nak selalu menjaga putriku," ucap Rana.
"Sama-sama Pak, suka atau tidak mau tidak mau aku akan selalu menjaganya apa pun yang terjadi," ungkap Lionil sembari melirik ke arah Cantika yang langsung berpaling begitu Leonar melihatnya.
Rana hanya tersenyum melihat ekspresi putrinya. Begitu sampai luar, tangan Cantika mengengam erat tangan Rana membuat mereka menghentikan langkahnya.
Rana pun melepaskan tangan Cantika tapi, ditahan Leonar.
"Tuan di sini saja, biar saya yang ke sana," ucap Leonar berjalan cepat menghampiri laki-laki yang berdiri di hadapan Cantika.
"Kamu mau apa?" tanya Leonar pada laki-laki yang ada dihadapannya.
"Aku tak ingin berbicara denganmu!" serunya menyenggol Leonar dan melangkah melewati Leonar yang langsung menahannya dengan menghalangi jalannya.
Laki-laki tersebut terlihat sangat kesal sekali karena Leonar dan langsung meninju wajahnya yang Leonar tahan dengan tangannya.
Adu jotos pun terjadi begitu saja tanpa bisa dihindari oleh dua laki-laki ini. Cantika yang melihatnya dari jauh menoleh kepada Rana.
Pria paruh baya ini pun hanya membiarkan mereka berdua berkelahi tak berusaha melerai mereka sampai para penjaga pun datang memisahkan keduanya.
"Saya, tak salah ... saya hanya ingin menemui istri saya," bentak Valdi pada dua penjaga yang memegang tangannya.
"Mantan istri kalian sudah bercerai beberapa bulan yang lalu. Sekarang kamu tak punya hak atas Cantika," tambah Leonar tenang walau ia dipegangi oleh dua penjaga.
"Diam, kalian berdua membuat keributan di area rumah sakit!" seru salah satu dari penjaga yang memegang Valdi.
Rana pun berjalan mendekati mereka.
"Pak, bawa dia ke kantor sedangkan laki-laki ini lepaskan. Dia memang pembuat onar dan sudah tak ada hubungan lagi dengan putri saya," ungkap Rana pada para penjaga itu.
Tatapan Valdi itu benar-benar tatapan murka karena mantan mertuanya ini malah menyudutkannya.
"Oh iya, langsung bawa ke penjara saja Pak, saya yakin dia kabur dari penjara," tambah Rana lagi.
Mendengar itu Valdi semakin memberontak dan benar-benar murka. Dua keamanan itu pun melepaskan tangan Leonar dan dua orang penjaga lainya memegang erat tangan Valdi.
Laki-laki itu terus saja memberontak dan kini ia kabur saat para penjaga itu akan membawanya ke pos keamanan. Dua penjaga yang kecolongan itu akan mengejar Valdi.
"Sudah Pak, biarkan saja ... karena saya dan putri saya akan pulang," ucap Rana.
"Baik."
"Terima kasih, Pak "
"Sama-sama, kalian hati-hati yah ... orang seperti itu pasti akan berbuat nekat," ucap salah satu penjaga itu.
"Baik Pak, sekali lagi terima kasih."
Leonar dan Rana pun masuk mobil. Kali ini Leonar yang menyetir. Rana duduk di depan dan Cantika duduk sendiri di belakang.
"Pasti ada seseorang yang membebaskannya," ucap Rana tiba-tiba memecahkan keheningan di mobil itu.
"Kalian tak perlu khawatir, saya akan membereskannya," jawab Leonar fokus menyetir walau sesekali ia melihat Cantika melalui kaca spion depan.
Cantika terlihat melamun sembari melihat ke jalan. Ia benar-benar sangat takut melihat Valdi setelah apa yang telah ia lakukan padanya. Ia merasa kalau semuanya selesai begitu ia bercerai dan Valdi masuk penjara karena melakukan KDRT tapi, semuanya masih belum selesai.
Tanpa sadar wanita ini meneteskan air matanya. Ia pun segera menghapusnya lagi. Walau bagaimanapun juga tak mudah untuk bisa melupakan semuanya.
Sedari tadi Leonar memperhatikan Cantika. Ia tak suka melihat wanita yang ia cintai merasakan sakit hati seperti ini. Ia berjanji akan membalas semua air mata yang terjatuh karenanya.
***
Valdi pun berhenti di jalan yang lumayan cukup sepi. Ia benar-benar lelah berlari untuk menghindari dua penjaga itu. Susah payah ia melarikan diri dari penjara mana mungkin ia kembali lagi di penjara.
Laki-laki ini pun duduk di jalan yang sepi. Ia benar-benar terlantar tanpa siapapun? Rasanya dunianya benar-benar hancur karena wanita brengsek itu.
Lagi-lagi Valdi menyalahkan Cantika atas apa yang terjadi padanya. Tadinya ia menemui Cantika untuk meminta pertolongannya tapi, yang terjadi malah sebaliknya.
Pria tua itu malah langsung tak menerimanya. Ia tak bisa membiarkan mereka bahagia sedangkan ia sendiri seperti ini. Rasanya ini benar-benar tak adil sekali. Rasanya ia ingin membalas semua yang telah terjadi padanya.
Rasanya ia benar-benar lapar sekali entah berapa hari ia tak makan. Ia terus-menerus berlari tanpa henti ia tak ingin masuk penjara itu lagi. Karena ia merasa tak bersalah sama sekali.
Ia benar-benar tak tau harus pulang ke mana? Laki-laki ini benar-benar tak berdaya dan langkahnya benar-benar sangat lelah. Seluruh kakinya sudah berdarah-darah karena ia tak memakai alas kaki sama sekali.
Wajahnya sudah benar-benar pucat dan tak tau hidupnya akan berlanjut atau tidak. Jika ia diberikan kesempatan hidup sekali lagi ia ingin menjadi seseorang yang lebih baik.
Langkah kaki Valdi semakin berat dan ia benar-benar tak memperhatikan jalanan yang ada di depannya dan tiba-tiba saja sebuah mobil menabraknya dan laki-laki itu pun tak sadarkan diri.
***
Cantika pun sampai di rumahnya, Rana langsung pergi begitu ia mendapat telpon dari seseorang tinggal ia dan Leonar yang berada di rumah.
Cantika masuk ke rumahnya langsung menaiki anak tangga dan duduk di kursi balkon lantai dua rumahnya. Ia tak mau melakukan apa pun hanya ingin duduk saja.
Leonar pun duduk di sampingnya dan berbicara sedikit pun sampai wanita ini sadar ada laki-laki ini di sampingnya.
"Kamu tak pulang?" tanyanya sembari menoleh ke arahnya.
"Bagaimana bisa pulang kamu sendirian di rumah?" balik tanyanya.
"Kamu salah ... aku tak sendirian di sini ada beberapa Maid yang akan menjagaku di rumahku sendiri."
"Aku tak mempercayai mereka? Buktinya bajingan itu bisa masuk ke sini saat tak ada Ayahmu di sini!"
Cantika diam, apa yang Leonar ucapkan ada benarnya juga. Mereka hanya asisten rumah tangga saja bukan penjaga seperti bodyguard.
"Melihatnya aku semakin khawatir padamu? Entah apa yang akan dia lakukan padamu!"
Wanita ini menoleh pada Leonar. Ia sendiri tak tau! Yang jelas nyawanya benar-benar terancam karenanya. Ia pun berpikir kenapa bisa menerimanya sedangkan sifat manusia itu tak mungkin bisa berubah.
Cantika merasa menjadi seseorang yang bodoh karena mempercayai ucapnya. Sekarang apa yang ia lakukan memberikan trauma yang begitu besar dalam hidupnya. Ia benar-benar takut saat melihatnya.
Leonar menatap Cantika dengan begitu dalam. Rasanya ia benar-benar tak tega. Andai saja ia tak datang terlambat mungkin luka di dalam hatinya tak akan pernah ada dan Cantika tak akan semenderita ini.
Bersambung