Saat malam hari Yuuki akhirnya keluar dari kamarnya, dia terlihat memasak sesuatu di dapur, aku tak tahu harus bicara apa dengannya, tak lama dia mengajakku makan, nada bicaranya sangat berbeda dari biasanya.
Saat sedang makan, aku memberanikan diri untuk berbicara dengannya.
"Yuuki, Rainata tadi menceritakannya padaku."
"Hehehe...nggak usah dipikirin ka."
Dia membuat senyum palsu yang benar-benar jelas
"Nggak usah dipikirin?, Sebagai kakamu, aku khawatir denganmu, mungkin masalah bakal jadi lebih panjang kalo dibiarin, aku nggak mau kalo kehidupanmu sama sepertiku."
Aku sedikit menyakinkanya untuk tahu apa yang sebenarnya yang dia inginkan.
"Jadi aku harus gimana ka? Aku nggak mau temen-temen ku menjauhiku," katanya sambil menahan air matanya
"Hei Yuuki, apa teman-teman mu sebegitu berharganya?"
Dia tak bersuara, tapi dia sedikit mengangguk dengan pandangan kebawah untuk mengiyakan.
"Oke, aku akan melakukan sesuatu."
Yuuki sedikit terkejut mendengar perkataanku
"Biar ku tanya lagi, kau memang nggak suka sama salah satu dari mereka kan?"
"Nggak.."
"Jadi, sederhananya kau ingin kalian berempat berteman lagi?"
"Iya ka.." Jawab singkatnya.
Kami duduk di sofa depan TV setelah makan malam, aku masih melihat kesedihan di wajah Yuuki, aku harus melakukan sesuatu dengan ini!
"Hei Yuuki, apa kau ingat, kita pernah satu sekolah dulu dan nggak ada yang tau kalo kita Kaka adik?"
"Hehehe...benar, saat itu aku masih kelas 1 dan Kaka sudah kelas 3, cuma ka Ishiki dan ka Ryuga aja yang tau, aku juga nggak pernah cerita ke teman-temanku."
Benar juga, jika dia menceritakannya mungkin akan berdampak pada kepopulerannya.
"Tapi, bagaimanapun juga, Kaka adalah kakaku, aku cuman nggak mau bahas Kaka di depan temen-temenku, tapi aku sangat sayang kok sama Kaka, sambungnya sambil mendekat dan mulai bersender di bahu kananku, entah sudah berapa tahun sejak terakhir dia bilang kalo dia menyayangiku, tangan kananku kuletakkan di kepalanya, dia adalah adikku, mungkin didunia ini hanya dia satu-satunya orang yang mengerti aku, jujur aku juga sangat menyayanginya.
Sudah hampir 2 jam Yuuki bersender di bahuku, dia tertidur, tapi lama-kelamaan pegal juga.
"Yuuki bangun, tidur dikamar sana!"
"Bentar lagi.."
"Hei, bahuku sakit tau?"
"Ahhh...gendong.."
Gendong? Hey hey hey, tunggu, dia mengatakannya, tapi matanya masih tertutup, ngigo?
"Kamarmu nggak jauh, ngapain minta gendong, kau udah gede kali."
Dia membuka matanya lalu menatapku
"Oke, oke... Aku mengerti," Kataku dengan nada menyerah dengan caranya membujukku, ya...aku harus mengabulkan permintaan adikku yang sudah sangat berjasa karena mau mengurusku.
Aku menggendongnya layaknya seorang pangeran yang menggendong putri, lalu meletakkannya di kasur tempat tidurnya.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 malam, aku berjalan kearah pintu dan keluar dari rumahku, suasananya sangat senyap, tapi langit cerah malam ini, aku menatap bintang beberapa menit lalu kembali kedalam rumah kemudian masuk kekamarku dan tidur.
Aku terbangun jam 5 pagi, dan terus memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Tak lama Yuuki juga bangun, dia mulai menyiapkan sarapan, aku tak membantunya, aku hanya memperhatikannya dari meja makan, kelihatannya dia sudah lebih baik dari tadi malam, kami melanjutkan memulai kebiasaan kami, seperti mandi, pakai baju lalu sarapan kemudian berangkat. Kami sedikit menuggu Ishiki di depan rumahnya.
"Hei Yuuki, aku punya ide," Kataku sambil bersender di tiang teras rumah Ishiki
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang memiliki perasaan, di sisi lain manusia juga diberikan otak untuk berpikir, inilah yang membedakan antara manusia dan hewan, hanya dengan mengatakan sedikit kata yang mengandung perasaan, otak manusia akan menafsirkan nya.
"Hahh? Kaka sudah punya ide, gimana?"
"Pertama-tama kau harus bisa ngajak mereka datang ke rumah kita."
"Ke rumah kita? ngapain?"
"Sudahlah lakukan saja!!"
"Kakak nggak mau berantem sama mereka kan?"
"Tentu saja tidak.."
"Okelah aku akan berusaha," katanya sambil membuat senyum manis
"Sudah kuduga kaka emang bisa diandalkan, aku jadi makin sayang sama kaka," dia mengatakannya sambil mulai memegang lengan bajuku.
Hey ada apa dengannya? jangan-jangan karena kebanyakan mikir otaknya jadi geser? Tapi nggak apa-apa juga sih? dia makin manja saja, aku juga nggak berhak menolaknya karena kebaikannya selama ini padaku mungkin saja jika dia nggak ada, aku nggak akan bisa bertahan hidup Yuuki ada apa? nggak ada apa-apa aku cuman mau lebih dekat sama kakak dia terus terus aku menggandeng lengan bajuku bahkan saat Ishiki keluar dari rumahnya Yuuki tak melepaskannya, Ishiki pun tersenyum melihat tingkah aneh Yuuki.
Kami berangkat ke sekolah, Reinata sudah menunggu di depan rumahnya si Yuuki akhirnya melepaskan tangannya dari lenganku, lalu menyapa Rainata, mereka berjalan pertandingan berdampingan dan bersenda gurau, baguslah jika Yuuki sudah bisa tertawa.
"Yuuki kenapa Zell?" Kata Ishiki yang berjalan disampingku, aku memperlambat jalannku lalu menceritakannya kepada Ishiki.
"Aku akan minta bantuan mu."
"Ngapain?"
Aku menjelaskan apa yang ada di pikiranku dia tersenyum setelah mendengarnya.
"Jadi kau mau minta aku untuk bermain drama?"
"Yahh... kurang lebih gitu.."
"Oke aku bantu kok."
"Ntar waktunya aku kabari."
Saat di pertigaan, Yuuki akhirnya berpisah dengan kami, dan dari sini aku masih bisa melihat Yuuki yang kembali mengambil nafas panjang sebelum memasuki sekolahnya.
Ishiki berjalan sedikit cepat untuk menghampiri Rainata lalu kamipun melanjutkan perjalanan.
Tak ada hal yang terjadi di sekolah, sekolah berakhir dengan cepat hari ini, Aku kembali pulang bersama Ishiki dan Rainata, tidak juga karena kalo dipikir-pikir aku hanya berjalan dibelakang mereka, dari tadi sibuk bicara berdua di depan. Satu-persatu dari kami sampai kerumah masing-masing. Aku masuk kerumahku yang pintunya setengah terbuka
"Kaka sudah pulang?"
"Hmmm," Reaksiku dengan maksud mengiyakan.
"Jadi gimana temen-temen mu?" Sambungku dengan berjalan menghampirinya yang duduk di depan sofa itu.
"Temen cowo ku katanya mau kok kesini hari Minggu, tapi yang cewe...aku sama sekali nggak bisa bicara, kayaknya dia marah banget sama aku."
"Yasudah, kalo masalah bujuk-membujuk kau pasti bisa," hiburku pada Yuuki.
Tak ada hal penting yang terjadi dalam beberapa hari ini, yang ada hanyalah sikap Yuuki yang semakin manja denganku, hari ini adalah hari Sabtu, besok adalah hari dimana teman-temannya Yuuki datang kerumah, entah bagaimana caranya Yuuki berhasil membujuk temen cewenya mau datang kerumah kami.
"Gimana masalah Yuuki Zell?" Kata Rainata yang berjalan di sampingku, karena hari ini Ishiki ada latihan voli, jadi kami hanya pulang berdua.
"Yahh..besok katanya mereka mau bicarain, hey ngomong-ngomong apa kau tahu kenapa tiba-tiba sifat Yuuki jadi seperti itu?
Rainata muali mengetuk-ngetukan jari telunjuknya di bibirnya seolah sedang berpikir.
"Oohh,, itu??, Mungkin karena aku cerita soal omongan kita waktu kau nganterin aku."
"Heh, yang mana?"
"Ituu... Waktu aku nginap..."
Aku mengingat pembicaraan kami saat itu, benar juga aku sedikit berbicara tentang keluargaku.
"Memangnya kenapa?" Sambungnya yang kembali melakukan gerakan sama saat sedang penasaran.
"Yaa.. nggak apa-apa sih, aku cuman sedikit kewalahan dengan sikap nya.."
"Hei harusnya kau bersyukur, bukannya dia malah jadi dekat denganmu? Kau harusnya berterima kasih denganku!" Katanya dengan nada ditinggikan.
Apa-apaan muka bangga ngeselin itu, hey tunggu, dia terlihat sangat manis, tunggu, itu benar-benar ngeselin, mukanya sangat manis sampai-sampai ngeselin, cih, sialan, gimana cara jelasinnya?
Saat di depan rumahnya dia kembali mengatakan "sampai jumpa" seperti biasanya dengan melambaikan tangan padaku dan masuk kerumahnya. Lalu hari Minggu pun datang dengan cepat.