Minggu, Ishiki sudah ada di rumahku dari tadi siang, tapi kenapa ada Rainata disini?
"Hei, kenapa kau disini?"
"Aku yang menyuruh nya ka," jawab Yuuki dengan senyum manisnya yang membuat tak sanggup menolak kehadiran Rainata disini.
"Hmmm... Sebenarnya aku juga penasaran," kata Rainata
Oi, oi, oi, bisakah kau berhenti menjadikan masalah hidup seseorang seperti sebuah permainan?
Sekitar jam 2 siang, teman-teman Yuuki akhirnya datang, mereka datang bersamaan, dari yang terlihat mereka mencoba akur tapi tetap saja ada sesuatu yang janggal bagi mereka, mungkin. Yuuki menyuruh mereka masuk dan duduk ditempat dulu kami main kartu, aku Ishiki dan Reinata duduk di kursi makan, karena rumahmu tak terlalu besar jadi dapur dan ruang tempat mereka berkumpul dapat terlihat jelas dan terdengar.
"Waaa ada teman cowok yang Yuuki ajak kerumah, jadi yang mana pacarmu Yuuki?"
"Nggak ada kok kami cuman teman," jawab Yuuki yang sedikit terkejut dengan pertanyaan brutal Ishiki
"Hhmmm bohong, lihat Zell adikmu, kira-kira pacarnya yang mana?" tanya Ishiki lagi, aku melihat 2 laki-laki yang sedang bingung harus bereaksi seperti apa setelah mendengar jawaban Yuuki tadi
"Nggak ada," jawabku seolah tak peduli.
"Heh? Kok kau yakin banget?"
"Karena Yuuki itu punyaku," serius aku hanya bercanda mengatakannya.
"Uwa... Sudah kuduga kau memang siscon, hey Zell itu penyakit loh, kau harus menyembuhkannya," Mata Rainata menatapku, dia benar-benar mencoba merendahkan, sialan!!, harusnya aku lebih hati-hati memilih kata.
"Soal aku udah janji sama Kaka kalo aku nggak bakal punya pacar sebelum ada yang mau ngurusin Kakaku yang payah ini."
Oi, Yuuki, apa kau baru saja merendahkan kakamu di depan temanmu?
"Hmmm, kalo gitu orang yang kau suka," Sambung introgasi Ishiki
"Nggak ada, aku cuman berteman dengan mereka!" Jelas Yuuki
Aku melihat raut wajah ketiga teman Yuuki yang mulai paham apa jawaban yang telah diberikan Yuuki.
"Selama aku punya teman, aku nggak perlu pacar," sambung nya.
Yuuki mulai memperkenalkan teman-temannya, nama mereka adalah Angga, Shiba dan Mirai. Dari yang terlihat, Mirai adalah gadis yang kepopulerannya satara dengan Yuuki saat di sekolah, Angga dan Shiba pun jika diperhatikan memiliki kepopuleran dikalangan para gadis, mereka bertiga memiliki karisma yang sama dengan Yuuki.
Yuuki menyebutkan nama kami masing-masing.
"Zell? Zell yang itu."
Kata Mirai yang sedikit menoleh kesini untuk melihat wajahku.
"Oohh, iya...." kata Ishiki seolah baru ingat sesuatu.
"Memangnya kenapa?" Rainata sedikit melepaskan pandangan matanya dari HP yang dari tadi dia mainkan.
"Disekolah ku Kaka terkenal loh, sampai dikasi julukan lagi," jelas Yuuki.
"Ehh, beneran?" Kini aku yakin Rainata benar-benar penasaran.
"Iya, kalo nggak salah, Zell si preman pahlawan gitu."
Ehhh... Preman? Pahlawan? Apa-apaan julukan aneh itu? Preman ya preman pahlawan ya pahlwan! Kenapa disatuin?
"Hee.. Gimana cerita?"
"Dulu di SMP kami sering terjadi pemalakan dari anak kelas 3 ke anak kelas 1 dan 2, suatu ketika kejadiannya dilihat sama anak kelas 3 yang lain, anak kelas 3 itu akhirnya berkelahi dengan kelompok pemalak itu, lalu anak kelas 3 itupun menang melawan mereka, dia terus menghajar mereka bahkan ada yang sudah pingsan. Kemudian preman pahlawan datang dan menghentikannya, dan merekapun berkelahi, dan kelas 3 itu akhirnya kalah, sejak saat itu nggak ada lagi kekerasan disekolah kamu," jelas Shiba.
"Itu beneran, Zell?" Lagi-lagi Rainata memiringkan kepalanya dan menatapku, hey bisa kau hentikan itu aku benar-benar terganggu dengan sikap manismu!
"Yahh, itu benar, waktu itu fisik ku masih kuat."
Setelah mendengar jawabanku, mereka mulai mengeluarkan buku dan alat tulis, lalu seolah mengerjakan sesuatu, Oohh.. jadi itu alasanmu ngajak mereka kesini.
Hampir satu jam meraka disini, mereka akhirnya pulang, tak lama aku berdiri dari tempat dudukku.
"Kaka mau kemana?" Kata Yuuki.
"Ada yang mau aku beli bentar diluar" sebenarnya aku berbohong.
Aku menyusul mereka bertiga yang sudah berjalan cukup jauh dari rumahku.
"Hey Angga, Shiba, bisa ngomong bentar?"
Angga dan Shiba sedikit terkejut melihat aku yang sudah berdiri di belakang mereka, lalu kamipun berjalan kearah taman yang ada didekat situ.
"Jadi kalian gimana?"
"Maksud nya?" Shiba sedikit bingung dengan pertanyaanku.
"Apa kalian sudah puas dengan jawaban Yuuki?"
Mereka diam dengan wajah yang mereka tundukkan.
"Dengar, aku tahu kalo kalian udah berteman lama, kalian udah sadar dengan perasaan satu sama lain, tapi menurutku nembak cewe yang kalian suka hampir secara bersamaan adalah hal yang salah, seolah taruhan 'pilih dia atau aku?' Apakah kalain yakin mau mambuang pertemanan kalian demi cewe?, Aku yakin jika salah satu dari kalian diterima olehnya sesuatu yang buruk pasti akan terjadi."
Mereka sama sekali tak bisa bicara, seolah merasa bersalah, hey bukankah mereka terlalu labil untuk jadi pacarnya Yuuki?
"Yaahh.. itu adalah nasehat dari orang yang pernah melakukan hal yang bodoh, terserah mau kalian tafsirkan bagaimana," aku berjalan menjauh dari mereka.
"Ahh... Satu hal lagi, apa kalian nggak berpikir kalo saat ini perasaan orang yang kalian sukai tersakiti dengan tingkah laku kalian?" Kali ini aku benar-benar meninggalkan mereka berdua.
Saat aku masuk kerumahku, Ishiki sudah bersiap untuk pergi.
"Zell, aku pulang dulu yah, hari ini ada latihan," katanya sambil berjalan keluar.
"Iya, makasih..." jawabku, aku berjalan ke arah Yuuki dan Rainata yang sedang duduk di sofa lalu duduk di sebelah Yuuki.
"Cerita tadi beneran Zell?" Kata Rainata yang mulai melepas pandangannya dari layar HP nya.
Hey, apa jawabanku tadi belum cukup? Sebegitu penasarannya? Apa kau selalu seperti ini? Hey Yuuki apa kau nggak masalah dengan sifat penasarannya ini?
"Iya beneran"
"Gimana Carita nya?"
"Apa kau tau siapa anak kelas 3 yang bisa ngalahin kelompok pemalak tadi?"
"Nggak, emangnya siapa?"
"Ryuga"
"Ryuga?" Dia mengulang nama itu karena benar-benar terkejut.
"Jadi kalian dulu pernah berantem?" Sambungnya, dia kembali melakukan kebiasaannya saat sedang penasaran.
Hey!!! Bukannya aku udah menyuruhmu untuk berhenti bertingkah seperti itu?
"I... i--iya, dan sejak itu juga aku semakin dekat dengannya"
Sialan!! Aku kenapa? Apa ini yang dimaksud dengan grogi? Oi, apa semua orang pernah seperti ini? Gimana cara ngatasinnya???
"Hey apa maksudmu, berkelahi tapi makin akrab, gimana ceritanya?"
Aku pura-pura batuk untuk menghilangkan perasaan aneh itu.
"Kalo nggak salah kejadiannya saat aku kelas 3 SMP, saat itu sedang acara perpisahan, Ryuga nggak sengaja liat beberapa orang lagi ngepalak anak kelas 1, Ryuga akhirnya menolong nya, aku cuma liat dari kejauhan saat itu, Ryuga berantem dengan mereka, lalu menang, dia terus-terusan menghajar mereka, kabarnya dulu ada 2 anak yang sampe masuk rumah sakit, sebenarnya waktu itu aku males ikut campur, tapi aku benar-benar nggak sanggup liat mereka babak-belur dan akhirnya menolong mereka, mungkin karena Ryuga udah kelelahan aku bisa menang, aku bahkan masih ingat apa percakapan kami waktu Ryuga udah nggak sanggup berdiri. 'Woi, kenapa kau menghalangiku?' 'Aku nggak ngehalanginmu, aku menghentikan mu, mereka udah pingsan, kenapa kau terus menghajar mereka?' 'Aku sangat membenci orang yang membenci orang lain seperti mereka, aku cuman beri mereka pelajaran,' 'Ooh... Aku mengerti perasaan mu, tapi bukannya saat kau membenci orang yang membenci orang lain sama dengan membenci dirimu sendiri?' Kataku sambil berjalan menjauhi mereka, sebenarnya aku juga nggak ngerti apa yang barusan aku bilang. Saat aku sudah lumayan jauh dari mereka aku berpaling dan mengatakan 'Oke, pelajaran sampai sini saja, kalian boleh pulang' Hahahaha aku benar-benar berlagak sok keren saat itu."
"Tapi Kaka pernah cerita ke aku kalo Kaka udah kenal sejak SD sama ka Ryuga," kata Yuuki yang juga terlihat penasaran dengan penggalan masa lalu ku.
"Yah, aku bilang cuman kenalkan? Saat SD sampai SMP Ryuga sangat pendiam, aku bahkan nggak berani mulai pembicaraan, dia cuma berubah saat masuk SMA, nggak sih, lebih tepatnya dia berubah sesudah perkelahian itu," kata ku yang mulai memainkan layar HP ku untuk menandakan ceritanya sudah habis.
Tak lama setelah itu Rainata pamit pulang, Yuuki mengantarnya sampai keteras.
Lalu malampun berlalu....
Senin pagi, ini adalah hari yang sangat cerah, semoga ini jadi pertanda bagus untuk kehidupan SMA ku, aku nggak mau ada masalah lagi, pikirku.
Bel sekolah berbunyi menandakan di mulainya pelajaran, ibu Yuigahama masuk kekelas kami dan membagikan kertas jawaban ulangan mendadak kami waktu itu.
"Oke, bagi siswa atau siswi yang nilainya di bawah 65 bakal Remet ya.."
Pagi cerah itupun seketika berubah menjadi muram walau hanya terasa di kelasku.
Hey lihatlah ibu guru emang hebat, sampai-sampai bisa mengendalikan cuaca!