Sepulang sekolah.
Sya melempar tas secara acak, tanpa membuka sepatu atau pun mengganti seragam nya gadis itu langsung merebah badan nya diatas kasur. Lelah? Mungkin sangat, hari ini dia cuma tidak suka dengan keputusan daddy yang sepihak.
Tanpa sengaja Sya menangkap sebuah foto yang terbingkai indah diatas meja belajar nya. Sepasang remaja dengan pakaian putih biru yang terlihat sangat bahagia tanpa beban. Perlahan gadis itu mulai bangkit dari tempat tidur nya dan langsung meraih benda itu.
"Gue bodoh, pernah suka sama lo. " Gumam Sya sendiri. Dunia nya terasa hancur setelah kehilangan cowok itu.
" Kemana lo sekarang? Kenapa lo harus sama sepupu gue, lo brengsek Zhieno... kenapa lo harus pura-pura mencintai gue? Gue benci sama lo, gue benci semuanya,,,, Arghhh... " Sya melempar benda itu hingga pecah berserakan dilantai.
Siapa pun yang melihat nya pasti tak akan percaya sosok Afriel Anatasya Afshein yang ceria bisa serapuh ini. Siapa sangka gadis konyol itu bisa mengenal air mata.
"Sya takut jatuh cinta lagi daddy, biarkan Sya menutupi semua nya dengan tawa palsu. " Sya menangis sambil menekuk lutut nya sendiri. Mungkin itulah alasan mengapa gadis itu tak ingin dekat dengan siapapun, termasuk itu Arshelio atau bahkan Arnand.
"Sya,,, kamu udah pulang? Turun dulu sayang mommy udah menyiapkan makanan untuk kamu. " Suara ketokan pintu kamar nya itu menyadarkan Sya dari perjalanan otak nya yang sudah sampai dimana-mana. Perlahan Sya mulai menghapus air mata nya.
"Iya mom, bentar lagi Sya turun. " Sahut Sya sambil berlalu menuju kamar mandi untuk mencuci muka nya yang lusuh karena tangisan.Dan juga merapikan rambut nya yang acak-acakan.
"Daddy, Sya nggak mau les privat. " Ya, itulah perkataan yang pertama kali didengar oleh pasutri itu dari Anatasya.
"Lah, kenapa sayang? bukan kah itu bagus? " Tanya mommy nya yang lebih pengertian dari daddy keras nya itu. Sya hanya menggeleng pelan.
"Lagian orang guru les kamu itu Arnand, apa salahnya? " Sambung sang mommy nya sangat antusias begitu tau kalau guru les putri nya itu adalah Arnand Celvano Axelle, murid dengan segudang prestasi di Erlangga.
"Ta_tapi__"
"Eh, Arnand udah datang, sini gabung kita makan bareng dulu. " Belum sempat Sya ngomong ucapan nya sudah disambar perempuan paruh baya itu. Siapa lagi kalau bukan ibu negara. Arnand hanya menganggukan kepalanya. Meraka makan dengan khidmat hingga selesai.
"Mau belajar dimana? " Tanya pak Arka. Bukan, pertanyaan itu bukan kepada putri nya melain kan kepada siswa kebanggaan se Erlangga Afshein.
"Dih, yang anak siapa, yang ditanya siapa. Daddy tiri emang. " Gumam Sya setengah berbisik, namun dapat didengar oleh Arnand. Laki-laki itu hanya terkekeh pelan mendengar penuturan asal Sya barusan.
"Diruang tamu aja daddy. " Putus gadis itu.
"Lah, daddy nanya Arnand bukan kamu. " Sadis benar woy, kek gini ya rasa nya jadi anak pungut.
"Nggak papa pak, di ruang tamu aja. " Balas Arnand sopan.
"kalau dirumah manggil nya om aja, nggak usah pak. " Intruksi pak Arka, yang lansung dibalas anggukan oleh Arnand.
"Baiklah Arnand, Om tinggal dulu. Sya belajar yang benar. " Pamit laki-laki itu.
Arnand mulai mengeluarkan beberapa buku paket dari tas nya dan alat tulis lain nya. Sama hal nya dengan Sya meski dengan sangat terpaksa.
"Mau mulai dari mana? " Tanya Arnand memecahkan kesunyian. Sya hanya memutar matanya jengah.
"Terserah lo aja deh. " Terserah? disini siapa yang mau belajar dan siapa yang mau mengajar? Tolong sabar kan Arnand dan sadarkan Anatasya teman-teman.
fix, Arnand kalah berhadapan dengan gadis itu.Tanpa fikir panjang Cowok itu mulai menerang kan pelajaran nya kepada Sya, entah itu diperhatikan nya atau tidak yang pasti Arnand sudah menjalankan kewajibannya.
"Selesai, mengertikan? " Tanya Arnand setengah jam kemudian. Namun tak ada jawaban apa pun dari gadis itu. Ada apa dengan Sya?
"Woi, Sya..., Ya ampun lo tidur. Huftt... " Arnand terlihat frustasi melihat kerjaan anak les nya itu. Bagaimana bisa Sya dengan seenak nya tidur sedangkan Arnand sudah lelah menerangkan pelajaran nya panjang lebar. Sangat menyebabkan bukan?
" Anatasya,,,bangun woi. "Arnand kehabisan cara membangunakan Sya, seketika ide jail muncul diotaknya.
" Afriel Anatasya Afshein ,, banjir woi. "Teriak Arnand sambil menciprakkan air kemuka Sya. Sya yang mendengar kata itu langsung bangun pontang-panting.
"Banjir...Mana banjir, ya udah yok keluar aja. "Jawab Sya panik. Arnand tak kuasa menahan tawanya melihat ekspresi panik gadis itu.
" Lo ngerjain gue? sumpah nggak lucu banget."Sambung Sya jengkel, dan berlalu dari dari mahkluk termenyebalkan ini.
"Lo mau kemana? " Tanya Arnand gemas sendiri.
"Mau nyelamatin semut yang tenggelam terkena banjir. " Celetuk Sya terlanjur kesal setengah mati.
" Lo lucu, gue suka. " Perkataan itu lolos dari mulut Arnand tanpa disengaja oleh sang empunya. Suka? apakah Sya tidak salah dengar? Ok, anggap saja Sya salah dengar gadis itu langsung melanjutkan kan langkah nya.
Berbeda dengan Arnand yang sedang merutuki kebodohannya sendiri, bisa-bisanya dia keceplosan seperti tadi. Mau ditaro dimana muka terhormat nya itu.
"Nih. " Kata Sya sambil menyodorkan satu botol minuman dingin kearah Arnand. Laki-laki itu hanya cengo, berharap Sya tidak mendengar ucapannya tadi.
"Buat apa? " Oh Tuhan, pertanyaan macam apa itu Arnand? kenapa laki-laki itu terlihat sangat bodoh didepan Sya? stop, jangan buat Author frustasi Arnand Celvano Axelle...
"Buat mandiin anak kucing.Gue lagi gerah nih, Siapa tau bisa hujan habis itu. "Andai saja Pemerintahan Indonesia sudah menghapus kan Undang-Undang tentang pembunuhan. Pasti Sya sudah melucuti pedang panjang ke perut Arnand. Tapi apalah daya Sya masih ingin hidup bebas didunia ini.
" Owh... "Jawaban apa lagi ini Arnand?
" Ya, buat lo lah KORAN... " STOP, Sya ngaku nyerah. Arnand menyernyit kan kening nya heran. Koran? Apakah itu masih sebuah lelucon.
"Afriel Anatasya Afshein, siapa yang kamu maksud koran? " Sya hanya cengingiran tak jelas.
"Kalau gue jawab tukang koran lo percaya? Ya, siapa lagi Arnand Celvano Axelle, kalau bukan lo. " Nih cewek ngajak perang mulu, bathin Arnand.
"Kenapa lo? Nggak suka? ya, sama gue juga nggak suka lo terus nyebut nama panjang gue. " Lah, kalau nama panjang sih nggak papa. Tapi ini masalah nya nama keren bisa berubah sebegitu tak berharganya. Nggak mikir apa orang tua Arnand berdiskusi selama sembilan bulan sepuluh hari hanya untuk membuat nama panjang Seorang Arnand Celvano Axelle.
"Mending lo panggil nama panjang gue dari pada lo harus ngubah nama gue kayak gitu. " Jujur Arnand sangat tidak suka.
"Nggak peduli gue Koran. Oreo aja nggak pernah ngeluh gue tuker namanya. " Fix, Untuk kesekian kalinya Arnand kalah bedebat dengan gadis konyol itu. Ya, dia nggak suka tiba-tiba saja Sya menyebut nama itu dalam perdebatan nya.
"Baiklah Afriel Anatasya Afshein. " Serah Arnand mengalah.
"Bagus, tapi nama gue tolong dipersingkat aja.SYA,, Koran. " Ya, nggak bisa dong Anatasya, ingat curang itu dosa. Sabar aja dulu Arnand. Nggak selama nya cewek itu selalu menang. Arnand hanya mendengus jengkel.
***