"papa nggak selingkuh Sean, bunda mu saja yang berlebihan. " Sean baru sampai dirumah nya sudah disuguhkan dengan suasana yang sangat tidak mengenakkan.
"Ada apa lagi ini? " Tanya Sean lelah. Jika semua ini benar, maka ini bukan yang pertama kali nya permasalahan yang terjadi di keluarga Sean. Bagaimana bisa papa nya masih mengkhianati bunda nya setelah sepuluh tahun yang lewat sang papa pernah berlutut didepan sang bunda ,hanya untuk meminta maaf dan menyeseli perbuatan nya.
Dimana Sean kecil pernah menjadi saksi perselingkuhan papanya sendiri. Mungkin saat itu Sean masih berumur sekitar tujuh tahun, sang papa nya membawa nya kesebuah taman yang indah yang dihiasi lampu-lampu, tentu saja setelah mendapat izin dari sang istri nya. Siapa yang curiga jika ada seorang ayah yang berselingkuh mengajak anaknya, seperti itulah hal nya dengan bunda Sean.
Dan lebih mirisnya lagi, Papanya menyuruh Sean memanggilnya dengan sebutan mama cantik, dengan sogokan sebuah mobil-mobilan. Sean kecil yang polos hanya menganggukan kepalanya antusias. Bahkan Sean pernah nangis-nangis minta ketemu sama mama cantiknya alias selingkuhan papanya. Dari situlah istri nya itu mencurigai perbuatan suami nya. Perselingkuhan itu pun lumayan berjalan lama, mungkin lebih kurang hampir dua tahun.
"Papa mu bohong Sean, bunda nemu tas ini dimobil papa, dan sapu tangan ini disaku jas kantor papamu. " Sapu tangan? Tentu saja Sean sangat mengenal sapu tangan berwarna biru langit, dihiasi gambar pita merah, dan tak lupa dengan tulisan SeanChika.
Chika? Ya, dia mantan Sean yang pernah dikenalkan Sean kepada orang tua nya,bahkan papa sering menyuruh Sean membawa Chika bermain kerumah. Dari dulu Sean memang sudah curiga dengan papa dan kekasih nya itu. Pantas saja jika Chika hendak pulang papa nya selalu bersedia mengantar kan gadis itu pulang, dengan alasan takut jika nanti Sean yang mengantar nya pulang akan terjadi apa-apa, karena sudah larut.Ternyata benar ada batu dibalik udang, ralat udang dibalik batu.
"Ingat pa, Sean bukan lagi anak kecil yang bisa papa bohongin seenak jidat. " Periangat Sean datar. Sean memang tipe manusia yang sangat jarang marah. Tapi sekali marah emosi nya sulit dikendalikan.
"Papa nggak lakuin apa-apa Sean, bunda mu saja yang suka menuduh papa. " Papa masih mati-matian membela dirinya. Pembelaan itu justru membuat Sean semakin curiga.
Hiks,,,
Perlahan terdengar suara isakan dari arah bunda nya, sepanjang perjalanan hidup tangisan ini yang membuatnya rapuh. Cukup.., sepuluh tahun yang lalu dia melihat air mata bunda nya jatuh, bagaimana sang papa nya tega mengkhianati perempuan sesabar bunda nya yang menerima papa apa adanya. Bahkan sang bunda yang selalu ada disaat papanya terpuruk dalam kemiskinan. disaat semua keluarga nya mencampakkan papanya sang bunda nya lah yang paling sabar dan menguatakan papanya.
"Cukup pa, Sean muak dengan semua sandiwara papa. "
"Apa yang bunda kamu ajar kan kepada anak kesayangan nya ini? hingga kamu berani melawan papa? " bentak papa nya, jujur Sean sakit mendengar penuduhan papa nya barusan.
"Tau apa anda tentang mengajar kan anak? Bukan kah selama ini anda sibuk dengan selingkuhan anda di luar sana? " Sean mulai kepancing suasana.
Bughhh..
Satu pukulan mendarat mulus dipipi papanya, satu hal yang perlu papanya ketahui Sean bukan lagi anak kecil, yang nggak bisa apa-apa.
"Apa yang kamu lakukan Sean....? " Bentak papa nya lagi.
"Itu belum seberapa pa. Disini bukan hanya bunda yang terluka, tapi Sean juga. Apa papa lupa siapa selingkuhan papa itu. hah??? " Amarah Sean benar-benar memuncak sampai ubun-ubun.
"Anak durhaka kamu. "
Bughhh...
Satu tonjokan yang seharus nya untuk Sean, malah digantikan oleh bunda nya. Ya, saat Papa nya melayang kan pukulan kearah anak nya tiba-tiba ibu nya berdiri didepan Sean dengan sigap.
"Bundaaa... " Teriak Sean saat melihat ibu nya terpental ke lantai dengan darah segar yang mengalir diujung bibirnya. Sean langsung mengangkat tubuh ibu nya ke sofa dan membaringakan nya disana.
"Sekarang pergi anda dari rumah saya... " Perintah Sean, benar rumah yang mereka tinggali bukan lah hasil jerih payah papanya, melain kan adalah rumah peninggalan dari ibu bunda nya, alias nenek nya sendiri.
"Se_Sean, papa minta maaf. " Maaf? segitu tak punya malu kah laki-laki separuh baya itu, dengan mudah mengucapkan kata maaf.
"Papa nggak bermak___"
"Anda tidak mendengar ucapan saya barusan? Apa anda belum puas menyakiti bunda? Sebaik nya anda pergi sekarang. Ntar, dicariin mantan pacar saya, alias selingkuhan anda. " Datar dan dingin itulah dua kata yang bisa melukiskan cara Sean berbicara sambil menatap sang papa nya tajam.
Sean kembali tersenyum sumbang melihat laki-laki yang belum melangkah kan kaki dari rumah nya. Ada apa lagi ini? Sean benar-benar muak.
"Sebaik nya bunda kamu segara diobati. " Entah itu karena rasa kasihan atau apa, yang jelas kata itu lah yang keluar dari mulut nya.
"Nggak usah sok perhatian anda, saya bisa mengurus bunda saya sendiri."
"Keluarrrrr.... " Bentak Sean.
Sean langsung mengobati luka dibagian bibir bunda nya.
"Maaf ya bunda, Sean nggak bisa jagain bunda. " Ucap Sean yang merasa iba dengan kondisi sang bunda.
"Kamu ngomong apa sih? Sekarang bunda cuma punya kamu sayang. " Lirih bunda nya sambil memeluk Sean penuh kasih sayang.
"Bunda sebenarnya aku ada janji sama Arnand, ntar dulu aku kabarin Arnand, biar nggak pada nunggu. " Jelas Sean.
"Nggak baik batalin janji nak, bunda nggak papa percaya deh. Kamu boleh pergi. " Kelembutan itu yang membuat Sean berlipat-lipat lebih menyanyangi sang bunda. Jauh berbeda dengan papa nya.
"Ta_tapi bun. "
"Udah pergi aja, bunda baik-baik saja. " Putus Bunda nya. Sean hanya mengangguk dan melepaskan pulukan nya dari sang bunda.
_____________________________
Setelah sampai dirumah Arnand Sean hanya terdiam tidak bersemangat sama sekali. Fikiran nya masih tertuju pada sang bunda.
"Woi, Sean lo ngelamunin apa sih? " Tanya Keano yang sedang sibuk dengan cemilan yang berada ditangan nya.
"Jangan gangguin Kean, Sean lagi nostalgia keinget Chika kali. " Balas Saga. Sean yang mendengar nama itu langsung menatap tajam kearah Saga.
"Lo juga bisa seram ternyata. " Sambung Keano lagi.
Arnand hanya memperhatikan tingkah Sean dari tadi, seperti menanggung beban yang ber tonton dikepala nya.
"Lo ada masalah apa Sean? Cerita aja... " Lanjut Arnand lebih Pengertian dari kedua temannya.
karena terus didesak oleh teman-teman nya, Sean akhirnya menceritakan semua masalah yang sedang menimpa keluarga nya.
"Parah amat bokap lo, selingkuh sama Chika mantan anak nya sendiri? " Heboh Keano setelah mendengar cerita panjang dari Sean.
"Lo sih, dari dulu gue bilangin nggak percaya. Chika emang suka sama om om. " timpal saga. memang dari dulu Saga sering melihat Chika jalan sama-sama om om, Sean nya saja yang tidak pernah percaya.
"Terus gimana sama bunda lo? " Seperti nya tanggapan Arnand memang lebih waras dari yang lain nya, yang hanya membuat Sean merasa terpojokan.
"Bunda nggak papa, kalian tau sendiri lah bunda itu seperti apa. Dia nggak mau buat gue terbebani. " Pasalnya selain suka ngumpul dirumah Arnand meraka juga sering ngumpul dirumah Sean.
"Eh, ada kalian lagi bahas apa? Seru banget kayak nya? "
"Eh ada tante, nggak bahas apa-apa tan. " Ya, itu adalah suara mama Arnand yang baru pulang bersama papanya.
"Biasa lah ma, anak muda. Pasti bahas cewek lah. " Goda papa nya Arnand.
"Alah, om sama tante juga habis jalan kan? Sosweet benar. " imbuh Saga.
"Kok tau aja. " Kata papa Arnand, yang langsung merangkul pundak istri nya kekamar. Mereka hanya terkekeh pelan melihat tingkah pasutri itu.
Memang kedua orang tua Arnand lebih terlihat sangat romantis, bahkan diusia mereka yang sudah berkepala empat. Sean hanya terdiam,andai saja kedua orang tua seperti orang tua Arnand pasti dia merasa anak paling beruntung. Tapi apa lah daya seorang Sean. Anak yang malang...
***