Chereads / Cinta Angie / Chapter 8 - Bab 7 : Mantan

Chapter 8 - Bab 7 : Mantan

Pagi ini, Angie sedang sarapan dengan kedua putra kembar nya. Hari ini dia yang akan mengantar mereka ke sekolah. Pak Sanjaya, papa Angie, sedang ada meeting dengan klien di luar kota dan beliau harus berangkat subuh tadi bersama tim.

"Sudah selesai?"tanya Angie sambil berdiri dari kursi setelah melirik jam tangan nya yang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Kemudian Angie meletakkan bekas piring sarapannya dan menghidupkan air.

"Tinggal satu suap, ma." Andre cepat-cepat memasukkan satu suap ke mulut dan menyendok suapan terakhir.

"Sudah selesai, ma." Andrew sudah berdiri dan meletakkan piring bekas sarapannya di tengah-tengah bak cuci yang sedang dikerjakan Angie.

Ting tong.. Ting tong..

"Biar aku yang buka,"ucap Andrew yang sudah mengambil tas sekolah, bergegas menuju pintu depan.

"Ada teman yang mau ikutan ke sekolah?"tanya Angie, menutup keran air dan mengeringkan tangannya.

"Tidak ada,"jawab Andre, menggeleng. "Ma, ini piringku.."

"Cuci sendiri, salah siapa, makan lambat begitu,"omel Angie.

"Cuci nanti saja."

"Andreeee..."

"Siap juragan." Andre langsung bersikap menghormat dan berbalik menghadap bak cuci, secepat kilat mencuci piring bekas sarapannya. Tidak etis membuat mamanya mengomel ria di pagi hari.

Angie mengambil tas kerja di sofa dan melangkah ke arah pintu depan. Andrew yang sedari tadi membuka pintu depan, tidak terdengar ada suara.

"Andrew, siapa yang datang?"tanya Angie sambil memakai sepatu.

Andrew berbalik ke arah Angie dengan wajah cemberut. Angie yang melihat itu, jadi penasaran.

"Siapa yang datang, sayang?"

"Aku yang datang, Angie,"jawab tamu yang membuat wajah Andrew ditekuk, jelek. "Anakmu tidak mengizinkan aku masuk."

"Anton? Ada perlu apa datang pagi-pagi begini?"tanya Angie sedikit kesal. Angie juga langsung bad mood melihat siapa yang datang. Si mantan yang menyebalkan, datang tak diundang, pergi tidak diantar.

"Ma, kita sudah terlambat,"potong Andrew datar. Andre pun sudah berdiri, siap di sebelahnya.

Anton melirik kedua putra kembar Angie, yang menatapnya dengan pandangan tidak ramah. "Seharusnya mereka sudah berangkat sekolah,"keluh Anton dalam hati. "Bodyguard Angie."

"Maaf Anton, aku harus mengantar mereka,"elak Angie halus. "Kita bicara lain kali."

Angie melangkah ke depan, namun dihalangi Anton yang berdiri di depannya. "Aku harus bicara denganmu, Angie. Sekarang..."

Suara Anton yang memaksa, membuat Angie menjadi defensif. "Kalau begitu, cepat katakan. Anak-anak sudah terlambat. Aku juga harus segera ke kantor, ada rapat pagi."

Anton memandang bergantian ke arah Angie dan si kembar. Sekilas melirik ke dalam rumah Angie. Lalu Anton bertanya, "Apa om Sanjaya tidak bisa mengantar mereka?"

"Papa ke luar kota."

"Pembicaraan kita agak lama.. Anak-anak ke sekolah biar naik taksi saja. Dan Angie, kamu cuti saja hari ini,"kata Anton memberi perintah, membuat ekspresi wajah si kembar mengeras dan marah. "Pembicaraan kita ini penting."

"Ma.." Andre dan Andrew sudah ingin maju dan memukul Anton. Angie menggeleng dan mengulurkan tangan menghentikan niat si kembar.

Andre dan Andrew tidak pernah menyukai Anton. Saat berkencan dengan Angie, Anton berusaha mendominasi dan si kembar tidak menyukainya. Pria jelek ini selalu mendesak bila menginginkan sesuatu.

"Andre, Andrew, tunggu mama di mobil,"kata Angie datar mengulurkan kunci mobil pada Andre.

"Ma.."

"Sekarang.. Andrew!"perintah Angie tegas. Keduanya bergegas keluar, melirik sebal ke arah Anton.

"Oke. Bicaralah. Kamu hanya punya waktu tidak lebih dari lima menit."

Angie sudah mencapai level mendidih. Anton, sang mantan, dengan seenaknya menyuruhnya cuti bekerja hanya untuk bicara dengannya. Ck, memangnya siapa dia? Dia juga.. menyuruh anak-anak naik taksi ke sekolah, benar-benar keterlaluan. Punya hak apa dia mengatur hidup Angie dan si kembar seenak perut buncitnya itu?

Anton meraih tangan kanan Angie dan mendekapnya di dada. Angie kesulitan menarik tangannya karena Anton menggenggam dengan erat.

"Lepaskan aku."

"Tidak. Kamu harus dengarkan aku." Suara dan wajah Anton terlihat semakin keras.

"Dari tadi aku sudah mendengarkan kamu bicara tidak jelas,"jawab Angie kesal.  Bagaimana bisa dia pernah tertarik dan berkencan dengan pria menyebalkan seperti ini.

"Kamu harus menikah denganku,"desak Anton putus asa.

Angie menggeleng-gelengkan kepala dan tertawa mengejek. Angie menggaruk pelipis nya yang tidak gatal.

"Menikah denganmu? Aku tidak salah dengar?"komentar Angie sinis dan dengan sekuat tenaga menarik lepas tangan yang digenggam Anton. "Dulu ada yang berkata kalau aku wanita jalang yang mempunyai dua anak tanpa suami. Tidak ingat? Apa kamu tidak jijik menikah denganku?"

Angie melempar balik semua perkataan Anton yang menyakitkan tiga bulan yang lalu. Saat Anton mengetahui, bahwa Angie sudah memiliki anak tanpa suami, Anton memandang Angie, rendah dan jijik.

"Jangan bicara sinis begitu, Angie. Tidak sesuai dengan sifatmu yang tenang."

"Kalau begitu, kamu tidak mengenalku dengan baik. Dan maaf, waktu mu lima menit sudah habis. Aku harus pergi."

Lengan Angie dicekal Anton saat melewati Anton. Badan Angie ditarik ke arah Anton hingga menempel pada badan Anton. Angie meronta dan berusaha mendorong Anton. Tapi Anton tidak bergerak. Tangannya yang lain menyentuh dagu Angie dan mendongakkan wajah Angie hingga sejajar dengan wajah Aaron.

"Perkataan waktu itu, maafkan aku,"kata Anton ringan, tanpa merasa bersalah.

"Ck." Angie mencibir mendengar permintaan maaf Anton, tahu bahwa Anton tidak tulus meminta maaf.

"Ayolah Angie.. Bagaimana pun putra-putra mu membutuhkan seorang ayah. Aku bersedia. Lagipula.. siapa yang mau menikah dengan wanita yang sudah mempunyai anak?"

Tiiiinnn.. tiiiinnn...

Kedua anak Angie menekan bel mobil kuat-kuat untuk mengusir hawa jahat dari rumah mereka. Anton dan Angie melihat ke arah mobil dan mendapati wajah keduanya sedang jengkel luar biasa.

"Maa, buruan, sudah telaaat."

"Kita bicarakan lagi nanti malam. Aku akan datang dan bertemu dengan ..."

"Tidak perlu datang."

Anton menarik keras Angie ke arahnya sekali lagi dan berbisik di telinganya, "Perlu.. perlu, Angie. Aku akan datang dan melamar mu,"desak Anton tidak sabar. "Kamu akan jadi istriku, tunggu saja."

"Dengar Anton, aku tidak mau menikah denganmu. Tidak mau. Jadi jangan pernah datang lagi ke rumahku. Mengerti?"

"Sayang, kamu butuh suami dan anak-anak nakal itu butuh .... papa,"ucapnya mengejek, melirik si kembar yang berada di mobil. "Om Sanjaya tidak akan menolakku,"katanya percaya diri.

"Aku dan anak-anakku tidak butuh kamu,"sembur Angie marah. Anton menegakkan badan dan merapikan jas nya. Dia hanya tersenyum sinis menanggapi ocehan Angie. "Sebenarnya... apa alasanmu mengangguku pagi-pagi begini?"lanjut Angie seraya melipat tangan di dada.

"Warisan. Tanpa menikah, aku tidak bisa mengambil alih perusahan dan warisanku."

"Warisanmu? Aku tidak peduli,"teriak Angie frustasi.

"Tentu saja kamu akan peduli sayangku.."

Tiiiiinnnnnn...

Suara panjang klakson mobil Angie, membuat beberapa pengendara yang melewati mobil Angie, kaget dan memarahi si kembar.

Anton tersenyum miring dan menatap Angie. "Sampai jumpa, Angie"

Bersambung...