Angie terus membaca buku diary nya. Tak terasa sesuatu yang hangat mengalir di salah satu pipinya saat mulai membaca tanggal setelah dirinya tidur dengan pria asing. Malam itu adalah malam yang mengubah seluruh jalan hidupnya.
Angie masih dapat mengingat bagaimana dirinya berusaha bersikap tegar di depan papa mamanya, berusaha tersenyum seakan dirinya baik-baik saja di depan kedua saudari kembarnya. Namun jika malam tiba, saat keheningan dan kesunyian itu datang, Angie menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut dan menangis, menumpahkan kesedihan hatinya karena mengecewakan harapan orang tuanya.
Angie harus berdamai dengan dirinya sendiri karena dia terus menghakimi dirinya, memandang rendah dirinya sendiri, selalu teringat betapa bodoh dirinya saat berkata ingin mencoba sesuatu yang baru. Kini Angie yang menyesal hanya bisa mengatakan bahwa sesuatu yang sesuai peraturan, itu adalah yang terbaik baginya.
"Angie, jangan mendekam di kamar terus. Bantu mama belanja,"teriak mamanya sambil menggedor pintu kamarnya. Sudah seminggu Angie mengurung diri di kamar, sejak mengetahui dirinya hamil karena cinta satu malamnya bersama pria asing.
Cklek.
Angie hanya membuka sedikit celah pintu dan menampilkan setengah wajahnya pada mama tercinta. Wajah Angie kuyu akibat menangis lagi semalam. Mama Angie yang terenyuh melihat Angie dengan mata bengkak, melangkah masuk dan memeluk putrinya yang selama ini tidak pernah mengeluh padanya.
"Ayo cuci muka lalu belanja ke supermarket sekalian cuci mata,"hibur mamanya lembut. Meski pada awalnya mamanya kecewa padanya namun sekarang Angie mendapatkan dukungan penuh dari mama tercintanya.
"Baiklah ma,"jawab Angie lesu.
Setengah jam kemudian, Angie sudah mendorong kereta belanjanya menyusuri lorong-lorong supermarket. Daftar belanja mama cuma tiga baris. Dan Angie tidak mengerti saat membaca sebaris kalimat.
"Susu hamil?" Angie menggelengkan kepala saat berusaha memahami. "Aku sudah mual-mual, masih harus minum susu, apa tidak tambah mual?"
Angie bertanya pada petugas yang berjaga, dimana letak susu hamil. Angie melewati dua lorong lagi untuk menemukan rak susu yang dimaksud. Matanya terbelalak melihat deretan susu dengan gambar wanita cantik yang membulat perutnya. Angie mengamati kotak-kotak yang berjejer rapi itu. "Wuih, banyak juga ya yang namanya susu hamil. Terus aku harus memilih yang mana? Mama tidak menulis merk susunya."
"Ada yang bisa dibantu?"
Angie menoleh dan melihat seseorang berdiri di dekatnya dan bertanya. "Mau mencari susu hamil,"cicit Angie yang makin lama makin lirih suaranya.
"Biasanya pakai merk apa?"
Angie meringis sambil garuk-garuk kepala. Angie mengamati satu per satu merk susu yang seringkali nongol di tipi, tapi dirinya tidak mempunyai bayangan akan secepat ini membeli susu hamil.
"Apa yang bagus?"
"Mari saya bantu. Kita coba bandingkan merk P dan merk L ya,"kata pramuniaga yang berjaga di konter susu, sambil mengambil dua merk susu hamil terkenal. Kemudian dibaliknya dua kotak susu itu dan ada kolom nutrisi yang tercantum di sana.
Si mbak menjelaskan mengenai kandungan susu berapa mg kalsium, asam folat, protein, vitamin D, dan Iodium. Angie manggut-manggut serius tidak paham, hanya bersikap sopan saja terhadap penjelasan si mbak. Kalau tadi belum pusing, sekarang Angie merasakan tempat dia berdiri seakan berputar tiga ratus enam puluh derajat, mendengar istilah-istilah yang asing ditelinganya.
"Permisi, mau tanya,"seorang wanita menyela kuliah singkat mengenai dunia per-susu-an. Angie berbalik dan melihat sepasang suami istri, dimana istrinya sedang hamil cukup besar.
"Terima kasih mbak untuk penjelasannya tadi,"ucap Angie seraya mundur dan menjauh.
Angie mengamati perut si istri yang sebesar bola basket. "Itu berat tidak ya?"komentar pelan Angie yang penasaran.
Tangan Angie meraih secara acak merk susu hamil itu. Matanya terus mencuri pandang ke arah suami istri itu. Kelihatan sekali jika si suami sangat menyayangi istrinya yang sedang hamil buah cinta mereka. Beberapa kali Angie melihat tangan suaminya membelai perut istrinya yang membulat.
Angie menghela napas lalu menarik napas dalam-dalam untuk menyemangati diri sendiri. Perasaan sesak tiba-tiba menghimpitnya, membuatnya merasa rendah diri. Angie masih perlu berdamai dengan masa lalu yang berakibat pada masa depan yang tidak berjalan sesuai keinginannya. Hamil diluar nikah tanpa suami di usia muda.
Hati Angie dipenuhi rasa iri akan keromantisan dan demonstrasi kasih sayang yang baru saja dilihatnya. Tenggorakannya tercekat dan Angie berusaha menahan agar air matanya tidak turun. Angie segera meninggalkan lorong itu.
Angie kembali menyusuri lorong dan mengambil barang-barang yang ada dalam daftar mamanya. Angie melewati lorong obat dan vitamin. Disana ada dua pasang muda mudi yang mungkin seumuran Angie, sedang memilih alat kontrasepsi.
"Sayang, mau mencoba yang bergerigi?"tanya seorang pemuda yang berambut punk, cuma kepala tengahnya doang yang ada rambutnya, sisi kanan kirinya pelontos.
"Belum pernah coba. Apa itu enak?"respon cewek dengan tindik di hidungnya.
"Tentu saja enak. Kamu pasti ketagihan,"sahut pemuda punk itu terkikik geli. Kemudian menoleh ke temannya yang juga sedang meneliti merk-merk alat kontrasepsi itu. "Hei kalian berdua juga perlu mencoba yang bergerigi ini."
"Tidak. Aku mau coba yang beraroma saja. Sayang, kamu mau mencoba yang rasa stroberi, anggur, coklat, atau pisang?"tanya seorang pemuda berkepala botak dengan daun telinga yang lubangnya selebar danau Kelimutu.
"Boleh deh. Tidak mungkin bocor kan?"tanya pacarnya yang bermake up serba hitam.
"Bocor ya tinggal nunggu tanggal datang bulan. Jika telat, aborsi saja. Gitu kok repot?"sembur cewek yang berhidung tindik.
Angie melongo mendengar pembicaraan absurd itu. Kemudian Angie dibentak pasangan muda mudi yang sedang having fun memilih barang yang tidak sesuai dengan umur. Mereka berkacak pinggang memelototi Angie karena dirinya tertegun memandangi mereka tanpa kedip. Angie menarik napas tajam saat membalas tatapan mereka.
Melihat dua pasangan muda mudi itu, Angie diliputi rasa amarah tentang takdir yang mempermainkan hidupnya. Mereka yang sembrono dengan hidupnya, tidak perlu dipusingkan dengan masa depan. Yang penting enjoy saat ini. Sedangkan mereka yang mempersiapkan masa depannya dengan hati-hati, ada saja halangan rintangan maupun cobaan yang menghadang.
Angie mendengus dalam hati. "Mereka bertaruh dengan hidup dan masa depannya. Jika batas itu sudah dilewati seperti yang kualami maka menyesal pun akan percuma sebab nasi sudah menjadi bubur."
Angie meninggalkan pasangan muda mudi itu dan mengantri. Angie menunggu antrian dengan bengong. Matanya menatap televisi yang menayangkan berita-berita lokal.
"Ditemukan bayi perempuan di dalam kardus yang diletakkan di depan kantor polisi. Bayi yang masih kemerahan itu diperkirakan baru berusia dua hari. Polisi menduga bahwa yang membuang bayi itu adalah ibunya sendiri."
Angie melihat berita itu dan refleks menyentuh perutnya yang masih datar. "Apakah aku tega membuang dan melenyapkan bayiku sendiri? Kurasa tidak. Mereka tidak bersalah. Aku, mamanya yang bodoh, yang telah membuat kesalahan. Tetapi bayi ini bukan kesalahan. Anggap saja bonus kehidupan."
Bersambung...