Chereads / Cinta Angie / Chapter 31 - Bab 30 : Emosi tidak stabil

Chapter 31 - Bab 30 : Emosi tidak stabil

Aaron dengan pasrah akhirnya menginap di kantor polisi semalaman. Tidak ada seorang pun yang bisa dihubunginya. Baru jam delapan pagi, Aaron bisa menghubungi Sinta, sekretaris nya untuk mengirim orang datang ke kantor polisi, membantunya mengurus administrasi.

Aaron terus menerus mondar mandir tidak sabar di dalam sel penjara nya seperti hewan yang terluka dan marah. Hari sudah semakin siang, jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas siang, tapi orang kantor belum juga datang. Wajah Aaron sudah seperti baju kusut yang tidak pernah disetrika selama sebulan penuh, ketika akhirnya polisi jaga itu membuka pintu sel penjara nya.

Aaron menghampiri orang kantor nya dengan muka masam. "Kenapa baru datang sekarang?"semburnya murka pada Leo, rekan legal yang diutus kantor untuk mengurus pembebasan bersyarat nya.

"Maaf Pak Aaron. Tadi Pak Adiwijaya masih rapat. Jadi izin kemari belum keluar,"jawab Leo menjelaskan dengan takut-takut. Di mata Leo, penampilan Aaron saat ini amat sangat berantakan bahkan preman pun kalah, membuat aura membunuh nya terpancar sangat kuat.

"Ya sudah. Ini administrasi nya sudah beres kan?"lanjutnya kesal. Leo mengangguk cepat. "Bilang sama orang kantor, aku izin cuti hari ini."

"Tapi pak, siang nanti jam dua, ada meeting dengan dewan direksi."

"Minta Bu Angie yang gantikan aku."

"Terus sekarang bapak mau kemana?"tanya Leo kepo.

"Mau buang sial,"geram nya sambil merebut kunci mobil dari tangan Leo dan meninggalkannya sendirian bengong di belakangnya.

Hari yang melelahkan, menyebalkan, dan sungguh sial. Badan remuk dan kepala pusing karena lelah tidak bisa tidur semalaman. Ditambah lagi perut nya bergemuruh hebat sebab dari semalam hingga siang ini, sebutir nasi pun belum masuk ke perutnya. Saat ini rasanya dia sanggup melahap seekor sapi.

Kondisi Aaron bagaikan remaja labil yang emosinya tidak stabil. Mudah sekali marah karena lelah fisik dan kelaparan.

Aaron berpikir untuk mampir di drive thru McD dan makan di mobil. Sebelum pergi ke rumah Lisa untuk memutuskan hubungan, tenaga nya yang sudah terkuras harus diisi amunisi, meskipun hanya sedikit. Karena berbicara dengan Lisa itu seperti masuk dalam medan peperangan, pelik dan penuh intrik.

Ting.. tong..

Lisa membuka pintu dan terkejut melihat Aaron yang datang terlalu awal. "Aaron? Kamu tidak bekerja?"

"Tidak. Hari ini aku izin," jawab Aaron mengusap wajahnya yang kuyu. Aaron menarik napas dalam-dalam saat melihat Lisa membuka pintu apartemen nya, hanya dengan memakai bathrobes putih pendek. "Sial. Ini tidak akan mudah,"rutuknya dalam hati. "Seharusnya aku tidak bertemu dengannya di sini."

Aaron menyadari bahwa Lisa baru saja menyelesaikan ritual mandinya, karena harum wangi menguar dari tubuh seksinya. Aaron menelan ludah nya, mencium aroma mawar yang menggoda indra penciumannya, dari tubuh kekasihnya ahhh... bukan, tubuh calon mantan nya.

"Boleh masuk?"

"Tentu saja,"jawab Lisa riang, membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan Aaron masuk.

Lisa sangat girang sekali melihat kedatangan Aaron yang lebih awal dari yang diduganya. Beruntung sekali, Lisa baru saja selesai memanjakan dirinya dengan berendam air mawar bercampur susu dan madu, selama satu jam sebelumnya. Kulitnya berkilau, seluruh tubuh nya halus dan harum karena perawatan tadi.

"Tubuhku adalah senjataku. Aku jamin kamu, Aaron sayangku, akan bertekuk lutut padaku hari ini,"gumam Lisa pelan sambil meniupkan ciuman nya. "Tidak seorang pun yang sanggup menolakku, jika aku sudah mengeluarkan semua pesonaku. Lihat saja."

Lisa menutup pintu apartemen dan menatap Aaron yang duduk di sofa dan mendesah lelah, lengannya di letakkan menutupi kedua matanya yang mengantuk. Meskipun Aaron tampak lelah, tapi Lisa sempat melihat gairah di mata Aaron yang perlahan bangkit. Lisa tahu kelemahan Aaron dan dia tidak akan membiarkan nya pergi.

"Sayang,"panggil Lisa lembut. Tubuh Aaron tiba-tiba tersentak kaget, saat merasakan sesuatu yang empuk memeluk nya lengan lainnya dengan erat. Aaron membuka mata dan mendapati Lisa yang sudah duduk di sebelahnya.

Aaron berusaha menarik lengannya, namun Lisa merangkul erat dan bergelayut manja di lengannya. Bathrobes putih nya sengaja dilonggarkan ikatan tali pinggangnya dan dua gundukan lembut yang menggoda, mengintip disana. Aaron mengarahkan matanya ke bawah. Lisa sudah menyilangkan kaki jenjang nya hingga ujung bathrobes itu terbuka penuh. Mata Aaron mulai berkabut bergairah melihat paha putih mulus itu terpampang jelas.

"Lisa, lepaskan dulu tanganku."

"Tidak,"jawabnya manja. Perlahan Lisa menurunkan kakinya dan membuka lututnya sedikit demi sedikit, kemudian menarik lembut tangan Aaron dan membawanya ke wilayah kesukaan nya. Aaron menahan napas saat tangannya menyentuh sekilas daerah intim Lisa yang mulus tanpa bulu.

Lagi-lagi Aaron menelan ludah, Lisa tersenyum senang melihat reaksi Aaron yang mulai kehilangan kendali. Aaron segera menarik tangannya.

"Duduklah disana, aku mau bicara,"perintah Aaron dengan suara parau sambil menunjuk ke arah sofa tunggal di sebelahnya.

"Duduk disini lebih enak,"balas Lisa manja sambil berdiri dan duduk di pangkuan Aaron.

"Lisa..,"keluh Aaron, saat mendapati tangan Lisa yang mulai bergerilya. Mata Lisa mengikuti gerakan tangannya sendiri yang meraba dada bidang Aaron, kemudian matanya kembali ke menatap mata Aaron yang mulai frustasi.

"Ingin bicara apa?"bisiknya merengek dan menggoda sambil membuat lingkaran di salah satu puting Aaron di atas kemeja yang dipakainya.

Glek.. Aaron merasakan tenggorokan nya tersumbat. Hawa panas mulai menguasai tubuhnya, namun dipaksakan nya untuk tetap fokus. "Aku ingin kita putus."

"Putus, kenapa?" Mendengar kata putus, hati Lisa mencelos. Kecewa.. itu pasti. Namun Lisa tahu keputusan ini cepat lambat pasti terjadi, karena Aaron semakin lama semakin dingin padanya.

Bukan Lisa namanya jika dia tidak berhasil menggenggam Aaron.

"Lisa, aku bicara serius,"kata Aaron kesal sambil menarik tangan Lisa yang sudah merayap naik ke tengkuknya dan memijat lembut hingga Aaron tanpa sadar mendesah.

"Aku juga serius. Dan aku tidak ingin putus denganmu, Aaron." Lisa bergerak ke leher Aaron dan menghirup aroma khas Aaron yang selalu dapat membuatnya bergairah. Bibirnya membuat jejak basah di leher Aaron.

"Lisa.." Aaron menggeram saat merasakan adiknya mulai berdiri. Aaron seakan tidak mempunyai kekuatan untuk menolak rayuan Lisa. Otaknya berkata bahwa dirinya harus menjauh, namun kalah kekuatan dengan tubuhnya yang menginginkan percintaan dengan Lisa.

"Hmm,"jawab Lisa dengan menggumam pelan. Mata Lisa fokus membuka kancing kemeja Aaron, dua kancing lalu tiga kancing dan semuanya hingga seluruh kancing telah terbuka. Tanpa banyak bicara, Lisa menyibakkan kemeja Aaron dan bibir Lisa langsung berganti posisi dan mencumbu puting Aaron.

Gairah Aaron langsung melesat tak terkendali. Aaron tidak tahan lagi. Ditariknya tubuh Lisa menjauh, kemudian menindihnya di sofa. Aaron menyambar bibir Lisa yang tersenyum penuh kemenangan.

Aaron lupa tujuan awal datang ke tempat ini.

Bersambung...