"HEART ATTACK WOI!!"
11/06/18
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Justine send you chat
Justine: lo hari ini ulang tahun ya?
Justine ngirimin gue chat, dan lagi chat pertamanya dia malah bilangin ulang tahun gue.
Nenra: Kagak lah
Justine: Trus ngpain lo di guyur pke tepung tadi?
Nenra: Jebakan betmen
Justine: Serius lo?
Justine: Padahal kalo lo ultah, gue pengen ngajakin lo makan di luar
Weew.. Justine pengen ngajakin gue makan di luar gaes!
Tapi..
Biasanya kalo berandalan ngajakin makan diluar, pasti ada opo-oponya ini.
Di peras ato di palakin.
Nenra: Ha,ha,ha.. Gausah, mending uangnya lo beliin miaw makanan
Tidak menunggu lama, Justine langsung balas chat gue.
Justine: Nemenin gue makan, gimana?
Nemenin si berandalan makan, biasanya..
Langsung menjurus memeras, ntar gue temenin dia, dianya bawa fruit kidnya! Dan gue akhirnya di peras habis-habissan!
Uwagh..!
Menyeramkan sumpah.
Tapi..
Masa iya, gue nolak juga.
Siapa tau gue di teraktir lagi, yekan?
Maklumi saja, gue ini suka yang geratisan. Tapi harga diri gue ga pernah gue tukar dengan geratisan kok. Ngerti engga maksud gue?
"Nen," Alex tiba-tiba manggil nama gue, otomatis gue noleh kebelakang.
"Justine dari mana dapat id line lo?" tanyanya.
"Lo intip chat gue ya?" Alex hanya natap datar gue, dan secara tiba-tiba ponsel gue di rebut olehnya. Gue sempat melongo.
"Wey! Hp gue kembaliin!"
Dia tidak dengar teriakan gue, jadi selagi dia sibuk baca chat gue dengan si Justine itu. Segera gue dorong tubuhnya jatuh ke lantai.
Brukk!
Alex jatuh, dengan gue yang berada di atasnya. Tapi hp gue malah melesat jauh dari jangkauan gue. Etdah..
"Sejak kapan lo akrab sama si preman sialan itu?" Alex bertanya, jadi gue natap dia heran.
"Gue engga akrab sama dia elah.."
"Trus ngapain dia ngajakin lo makan bareng?"
"Dia cuma ngajakin, gue kan juga belum tentu setuju ato tidak."
"Tapi lo setuju kan mau di ajakin makan sama dia?"
"U-umh.. Iya, kan geratis.."
Tiba-tiba gue merasa pinggang gue di genggam erat dan secara spontan tubuh gue langsung menyentuh lantai. Alex memutar balikkan posisinya, sekarang giliran dia yang berada di atas gue.
Etdah..
Ini anak kenapa jadi agresif kayak gini.
"Lo tau, yang lo deketin itu preman, berandalannya sekolah. Kalau lo di apa-apain sama dia gimana!?"
Gue langsung kicep, gimana gue ga kicep. Untuk pertama kalinya Alex ngasih gue nada tinggi. Gue shock lah..
"Gue engga—"
"Anak muda jaman sekarang hormon nya ga bisa di jaga."
Gue langsung noleh kesamping, dan ternyata yang berbicara itu kakaknya Alex.
Bisa diliat si kakaknya Alex ini membawa koper dan tas besar, keknya baru pulang dari wisata.
Maklum saja, kakaknya Alex ini seorang wirausaha, kerjanya kelilingi kota dan negara orang.
Namanya Hary, seumuran dengan abang gue, bang Geryl.
"Lu dua ga sekolah?" bang Hary bertanya, yang langsung gue dorong tubuhnya Alex menjauh dari gue, "alex ngajakin bolos bang." kata Gue yang langsung Alex pelototin kaget gue
"Alex, lo ngajarin anak orang sesat lagi?"
"Tidak, yang lebih penting kapan kakak pulang?"
"Kemarin, gue numpang bermalam di rumah temen."
"Teman? Tidak sampai keluar di dalam lagi kan sama seperti dulu?"
Ekspresi bang Hary langsung shock, dan langsung cepat-cepat ngelempari Alex tas besar yang dia gandeng itu.
"Lo bicaranya kok gitu amat sih sama abang sendiri!"
"Salah sendiri."
Gue beneran engga ngerti dengan pembicaraan mereka berdua.
Maksudnya keluar didalam apaan coba?
"Nen, gue antar lo pulang sekarang." kata Alex yang kemudian ngambil kunci motor dan menuju keluar, gue hanya respon dengan anggukan.
Sebeluk gue pulang, gue sungkem dengan kakaknya Alex, kan gue anak yang sopan. "Salam buat ery.." kata bang Hary, dan gue mengangguk.
Ery itu nama kecil abang gue, bang Geryl.
.
.
.
.
.
.
.
.
Gue sama Alex sudah sampai di tempat tujuan, di rumah gue. Gue ngeliat halaman depan ada motor, kayaknya bang coli sudah pulang kuliah. Untunglah..
Gue segera turun dari motor Alex dan mengembalikan helmnya yang gue pake.
"Makasih ya, maaf merepotkan." Alex hanya mengangguk, kayaknya nih anak masih marah soal yang tadi.
"Alex.." panggil gue, dan dia hanya respon dengan natap gue sambil naikin sebelah alisnya.
"Lo.. Masih marah..?"
Alex masih natap gue, tapi kemudian dia hela napas dan tersenyum.
"Iya gue marah, tapi gue sadar kalau gue cuma sahabat lo.. Jadi percuma kalau gue marah terus.. Kan?"
Setelah mengatakan hal itu, Alex nepuk-nepuk kepala gue.
"Maaf ya.." katanya
"Gue yang harus minta maaf,"
"Tidak, gue yang harus—"
"INTINYA GUE MINTA MAAF! Stop. Oke?" Gue langsung kasih titik. Emang gue yang salah.
Alex tiba-tiba tertawa, dan acak-acakkin rambut gue.
"Jangan emosi, ntar cepat tua baru tau rasa."
"Situ yang buat emosi."
.
.
.
.
.
.
.
.
"Lo bolos sekolah nenen?" tanya bang Coli, yang saat ini sedang nonton sambil makan pop mie.
"Tidak." jawab gue ketus
"Trus lo kenapa masih ada disini? Ga kembali ke sekolah?"
"Gue di skorsing."
Spontan bang Coli langsung memuntahkan kembali mie yang dia makan, dan natap shock gue.
"Bilang sekali lagi?" tanya Bang coli.
"Gue di skorsing!"
"KENAPA BISA OYY!"
etdah..
Bicaranya ngegas sampai-sampai muncrat di wajah cakep gue ini..
"Gue ketauan nonton bokep."
"HAH!?"
Bang Coli tiba-tiba hampiri gue dan pelototin tajam gue, gue pengen ketawa sumpah.
"SIAPA YANG NYURUH LO NONTON BOKEP DI SEKOLAH ANJAS!? LO GAK PUAS NONTON SAMBIL FAP FAP DI TOILET RUMAH!? HAH!?" Bang coli teriak
"WOY! GUE NONTON BOKEP ENGGA PERNAH DI TOILET! EMANG ELU YANG NONTON BOKEP DI KOLONG TEMPAT TIDUR!" Gue ikutan teriak juga dong
"WAH! WAH! GUE NONTON BOKEP ITU DI TOILET! YANG DI KOLONG TEMPAT TIDUR ITU BANG GERYL!" Bang coli masih tetep teriak
"PANTESAN TUH TOILET TISU NYA HABIS DALAM 1HARI! TERNYATA LO COLI DI DALAM SANA BABIK!" Gue respon nya tetep teriak
"YAKALI GUE HABISIN TISU BUAT PAKE COLI, GUE KALO COLI PAKE SAPU TANGAN! BANG NUMERO YANG MAKE TISU AMA BANG GERYL! AMA LU JUGA!" Bang coli mulai ngegas ga karuan.
"GUE COLI GA PERNAH MAKE TISU TOILET! GUE PUNYA TISU SENDIRI! EMANG NYA KAYAK LU, YANG MODAL SAPU TANGAN! GA BERMODAL!" Gue juga ga mau kalah ngegas.
"nah kan.. Gue selalu serba salah disini, padahal gue yang abang." Dan akhir nya bang coli berhenti ngegas, wajah nya memerah akibat berteriak.
Etdah..
Berdebat sama nih orang bikin gue naik tensi dan makan urat. Dan lagi.. gue terengah-engah.
"Canda bang.. Canda.. Gue tadi kena jebakan betmen."
ekspresi Bang Coli yang ga sante itu kini kembali normal dan terkekeh.
"Ohh.. Padahal kalo lo di skorsing, gue pengen ngakak guling-guling."
"Bangsat.."
Gue pun duduk di sofa, dan membuka dos yang Malika kasih gue tadi, isinya memang benar, origami.
Mau tau kenapa origami?
Jadi gini, ada event ngebuat burung bangau origami sampai 100, yang buatnya sampe 100 dapat hadiah uang 20jt sekaligus figure anime kanna limited edition.
Cuma ngebuat 100origami bangau hadiahnya sebesar itu.
Gimana gue ga ngiler coba, dan yang lebih penting dari itu. Hadiah bonusnya itu loh, KANNA KAMUI!! Anjir.. Gue lebih pentingin figure dari pada uangnya.
Ngebuatnya sih gampang, tapi susahnya itu tenaga terkuras banyak!
Makanya, gue mintol sama Malika buat beliin gue origami satu dos. Lagian, kalo gue beli sendiri, ribet ah..
"Lo mau apain tuh kertas?" tanya bang Coli.
"Buat bangau."
"Emang lo bisa?"
"Lo pandang enteng gue?"
"Yee.. Orang cuma bertanya, kalo butuh bantuan gue ada di toilet."
"Lah, lu mau coli bang?."
"Yoi, jangan ganggu lo." kata bang Coli, sambil berlalu ke toilet.
Jujur ya, gue tidak tau caranya ngebuat bangau dari origami. Yang gue tau cuma buat kapal sama pesawat.
Untungnya sekarang jaman modern, jadi gue gausah susah-susah beli buku panduan melipat kertas origami, cukup ke mba gugel aja.
Dan gue pun berselancar di web gugel, menelusuri berbagai tutorial yang gampang gue ngertiin. Dan akhirnya gue dapat, nonton tutorialnya di yutub juga bikin habis kuota.
Tunggu dulu..
Ini apaan coba..
Lipat menyilang?
Dan disinilah gue, tenggelam dengan aktifitas melipat origami gue. Gue sengaja kasih mode pesawat hp gue, biar ga cepat low.
7jam kemudian.
"Nenen," pundak gue di tepuk, gue spontan tersentak kaget dan natap kesamping.
Ternyata bang Numero.
"Tumben cepat pulang bang."
Bang Numero mengerutkan keningnya dan naikin sebelah alisnya, dia lalu melihat jam yang ia kenakan dan kembali natap gue.
"Gue pulang dah dari tadi."
"Masa? Emang jam berapa bang numero pulang?"
"Jam 4, dan sekarang jam 6"
Gue kedipin kedua mata gue.
"Hah? Jam 6?"
Tadi gue pulang jam 12, bang numero pulang jam 4 tapi kok gue ga tau? Terus sekarang jam 6.
Tunggu..
Kok Gue bingung..
Gue terdiam, dan mencoba berkonsentrasi.
Oh..
"GUSTI!! JUSTINE!?"
Astaga, gue lupa sama anaknya orang. Tadi dia janji mau antar gue nemenin dia makan, dan gue malah mode pesawatin hp gue!
Mpus lu nen, ngingkar janji sama si berandalan.
Bagaimana nih..
Gue gigit kuku jari gue, itu artinya gue panik dan takut..
Kok gue bisa lupa!?
Padahal gue masih muda!?
Parah nih...
Dengan buru-buru gue matiin mode pesawat hp gue, dan beberapa menit kemudian. Segala macam notif muncul
Gue buka line, dan scroll down nyari namanya justine. Dan tadah!
Justine nelpon gue 3kali.
Rasain lu nen, siap-siap di marahin sama berandalan!
Jantung gue berdebar, karena takut.
Keringat sudah muncul di kedua tangan gue.
Gue nelen saliva gue dengan berat.
Gue takut.
Dan tiba-tiba, wajah Justine muncul di layar hp gue.
Dia nelpon gue!
Dengan tangan yang bergetar gue nindis tombol ijo itu, dan pelan-pelan naruh ponsel gue di telinga.
"Ha-halo..?"
Semoga dia engga marah, semoga dia engga marah..
"Kenapa lo baru angkat?"
Njir.. Mati gue..
Gue mesti kasih alasan apa coba?
"Gu-gue.."
"Jelasinnya bentar saja, yang penting lo sudah angkat. Lo ada di rumah?"
Gue ngangguk.
Dan kemudian gue sadar kalau Justine ga bisa liat gue mengangguk.
Bodo lu nen!
"I-iya!"
"Sip.. Gue akan kesana, boleh kan?"
"Tentu saja boleh! Da-datang saja!"
Kalau saja gue ga ada salah sama lu, gue pasti engga akan nyuruh lo datang kesini. Tapi bagaimana pun orang yang gue takuti itu dia. Jadi mau tidak mau, gue tetep harus mempersilahkannya datang kerumah gue.
Justine langsung nutup telponnya.
Gue masih berdebar ketakutan.
Gusti..
Gue kembali gigit kuku jari, gue masih takut, masih panik.
Masih..
Uagghhhh!
Gue kalo salahin benda mati, engga berdosa kan?
.
.
.
.
.
.
.
.
Sudah jam 7, dan di luar hujan deras.
Gue tegang, seakan-akan bakal datang seseorang yang mencengkamkan!
Gue takut..
Dia pasti mau ninju gue.
Sialan!
Ini kok kehidupan gue selalu sial mulu ya?
"Fuck!"
"Eh.. Mulutnya, ngomong apa barusan?" tanya bang Geryl.
"Anu bang.. Itu.. Gue ngomong fap!"
"Fap? Apaan?"
"Itu bang, permainan burung-burung yang di tindis-tindis. Kalo ga di tindis itu burung jatuh, dan akhirnya game over."
"Ohh.. Flappy bird?"
Gue ngangguk cepat, dan bang Geryl senyum. Tapi masih ngelanjutin bicara tentang game flappy bird itu, meskipun respon gue cuma mengangguk. Pikiran gue saat ini fokus pada Justine
Bayangin aja, berandalan mau datang kerumah lo, dan saat itu juga lo ngingkar janji sama dia.
Bayangin oi! Bayangin!!
Njer.. Gue malah pengen pipis lagi!
Drrrtttt
Hp gue bergetar, dan segera gue ambil.
Justine menelpon lagi!
Gue atur napas, dan nelen saliva lagi.
Sante nen, sante.. Nih orang ga menggigit kok, cuma nonjok.
Gue nerima panggilannya
"Ha—"
"Gue sudah ada di depan pagar. Keluar sekarang."
Gulp!
"Ba-baik!"
Inilah saatnya..
Gue kalo buka pintu, dia engga langsung main tonjokan kan?
Gue takut oi!
Gue dengan langkah buru-buru menuju ke pintu depan, memutar kenop pintunya dan mendorongnya dengan pelan.
Suara derasnya hujan buat gue tambah berdebar, malah anginnya berhembus kencang lagi.
Sialan.
Gue segera menuju ke gerbang, dimana disana. Justine menunggu.
Dengan di guyur hujan!
Nih anak kayaknya ga punya mantel deh.
"Justin!" panggil gue, dia menoleh dan segera hampiri gue.
Mati gue kalo misalnya nih anak langsung tempeleng pipi gue.
Engga, engga mungkin!
Gue buka segera pagar rumah gue dan persilahkan Justine masuk.
Biar pun terkena hujan, tapi aroma parfumenya masih tetap tercium jelas.
Kali ini aroma anggur ya?
"Hey, kita akan masuk atau lo tetap natap gue seperti ini?"
Justine bertanya membuat lamuan gue buyar.
"So-sorry.. Gue cuma terpanah dengan aroma parfume lo."
.....
Eh?
EH!?
GUE NGOMONG APA BARUSAN ANJER!?
GUE PENGEN BANGET HANTAM DIRI GUE SEKARANG INI!
"Oh.. Aroma lo juga enak," Justine mendekatkan wajahnya kearah gue. Gue terdiam dan terkejut. "Aroma greentea, gue suka." ucapnya sambil tersenyum.
Di beri pujian dengan sesama cowok, kok rasanya aneh ya..
Anehnya... Gue berdebar..
Ini...
Kok bisa sih..?
"Lo.. Basah kuyub.."
"Iya, tadi gue ga sempat pake mantel.. Gapapa kan?"
Gulp!
Deg!
Deg!
Mata gue bertemu dengan matanya Justine, dan entah kenapa tubuh gue tiba-tiba mundur. Sehingga belakang gue menyentuh tembok. Justine juga malah maju.
"Gue.. Minta maaf soal yang tadi.."
"Yang mana..?" tanyanya.
Derasnya hujan membuat suasana ini menjadi tegang.
Gue nundukin kepala gue, namun sebelah tangan Justine menangkup wajah gue. Sehingga gue kembali natap wajahnya, Tangannya dingin, sedingin es. Mungkin saja karena hawa dari hujan ini.
Dan entah mengapa, gue merasa panas. Dan bagian bawah gue terasa sesak.
Setiap kali Justine natap gue, gue selalu merasakan hal seperti ini. Sebuah perasaan horny.
Apa-apaan perasaan ini?
"..lo gapapa..?" tanya gue
"Kenapa lo bertanya?"
Tangan Justine beralih merapikan rambut gue dengan lembut. Gue merinding, entah kenapa.
"Gue.."
"Nenen lo ngapain di luar hujan
-hujanan?" seseorang tiba-tiba bertanya, membuat gue dan Justine noleh kearah suara itu.
Itu bang Numero.
"Oh! Temannya nenen, kenapa malah di luar? Masuk ayo." kata bang Numero.
Justine mengangguk, dan pergi mengikuti bang Numero masuk.
Gue terdiam.
Itu tadi...
Apa-apaan?
Kok gue bisa ngerasain perasaan ambigu kayak gini?
Ga Alex ga Justine..
Tetep sama saja!
Apa wajah gue memerah juga?
Gue megang kedua pipi gue.
"Nenen, kenapa lo masih di luar? Buruan masuk!" kata bang Coli.
Gue mengangguk dan segera masuk kedalam.
Saat gue sudah masuk, gue ngeliat Justine ternyata memang sangat basah kuyub. Dan lebih parahnya, dia masih make baju osisnya.
"Ohya nenen, suruh temen lo itu mandi." perintah bang Numero.
"Terus dia pake apa?"
"Pake baju lo lah!"
"Bang.. Lo ga gila? Badannya aja beda sama gue."
Bang Numero terkikik. Kemudian acak-acakkin gue "suruh saja dia mandi, kasihan dia."
Gue mengangguk, dan natap Justine yang saat ini lagi main dengan si Miaw.
"Just.."
Justine menoleh, dan entah kenapa jantung gue berdebar dengan tatapannya yang dia lontarkan itu.
"Lo.. Lo mandi dulu, ntar masuk angin dan.. Dan demam, kan ga enak."
Justine natap miaw kemudian mengusap tengkuk belakangnya seperti biasa. Gue bingung, kok dia sering banget ya kayak gitu?
"Kamar mandinya mana?"
Gue nunjukin arah kamar mandi, dan dia mengangguk juga segera menuju kekamar mandi.
.
.
.
.
.
.
.
"Nenra.."
DEG!!
—Jantung gue ya allah!
Gue megang dada gue, dan ngerasain ini jantung detaknya makin kenceng.
Gue noleh ke belakang, dimana Justine baru selesai mandi dengan handuk yang berada di pinggangnya, dan bagian dadanya terbuka.
Anjir.
Bentuk badannya Justine ternyata bagus.
Ga kayak gue..
Kurus, ga ada bentuk-bentukknya.
:') kok gue sedih ya?
"Ma.. Maaf.. Ini baju ganti lo!" kata gue sambil menyodorkan baju ganti yang bang Numero kasih gue.
Justine ambil, dan mengangguk. Dia kembali masuk ke kamar mandi.
Saat itu juga, gue langsung berlutut dan megang dada gue.
"Anjir.. Ini kok jantung bunyinya tambah agresif ya?"
-To be continued-