Chereads / Me And 4 Dwarfs / Chapter 2 - Bab 2 - Permulaan

Chapter 2 - Bab 2 - Permulaan

Pagi ini setelah aku terbangun dari tidurku tiba-tiba aku mengingat sesuatu.

Kemarin sebelum aku pindah kerumah ini aku sempat bertemu seorang lelaki paruh baya di pernikahan Eomma dan appa yang memperkenalkan dirinya sebagai Tuan Kim bukan Kim Dong Hwa ya yang pasti.

Aku tidak tau lebih tepat siapa namanya tapi yang ku tau dia adalah pengacara keluarga Kimsegae, dan yang membuatku tergesa-gesa adalah karena aku baru mengingat jika ia tinggal di belakang bangunan mansion ini.

Oleh karena itu sekarang aku sedang berlarian di halaman belakang mansion yang sangat luas ini, menyusuri pohon-pohon hias disekitar jalanan yang terbuat dari paving block yang didesain sedemikian rupa, jalan yang membawaku pada bangunan dengan dominasi warna putih sama dengan bangunan mansion yang ku tinggali hanya saja bangunan ini jauh lebih kecil dari mansion tempatku tinggal.

Ku ketuk pintu putih yang menjulang didepanku dengan penuh harap.

Mataku seketika berbinar saat pria paruh baya yang sedang ku cari membukakan pintu untukku, ia menatapku dengan pandangan bertanya.

"Apa yang membawa nona kesini pagi-pagi sekali?" Tanya pria itu. Entahlah ia bangun sepagi apa sehingga bisa mengenakan setelan suit beserta rambut dan tatanan yang rapi sekali di jam 6 pagi ini.

Aku menggenggam tanganku dengan kuat, apa dia bisa membantuku?

"Emm___aku ingin pulang kerumahku" kataku pada akhirnya, masih dengan menggenggam jari jemariku sendiri.

"Kenapa? Nyonya dan Tuan masih di Eropa lagi pula Tuan meminta anda untuk tinggal disini nona" kuku ku saling memainkan satu sama lain, aku gugup, aku bingung membuat alasan seperti apa. Tidak mungkin kan aku mengatakan kalau aku dirundung saudara-saudaraku sendiri? Siapa yang mempercayaiku?

"Aku hanya____"

"Ternyata kamu disini Suzy" tubuhku tiba-tiba meremang saat sebuah tangan tiba-tiba merangkul pundakku dari belakang dan saat aku menoleh untuk melihat siapakah si empu lengan ini mataku dikejutkan oleh penampakan wajah saudara kedua dan ketika dengan saudara ke dua yang merangkul pundakku.

"Kami mencarimu dari tadi tapi kau tidak ada di mansion, padahal kami sudah menunggumu untuk sarapan bersama" ku tatap saudara ketiga dengan tatapan datar, aku tau mereka hanya bersandiwara, menungguku? Menunggu untuk merundungku lagi? Cih dasar rubah.

Tanganku tiba-tiba di tarik oleh saudara kedua, membuatku berbalik lalu berjalan kembali kearah mansion dengan terpaksa karena ia menarik tanganku dengan kuat.

Aku menoleh untuk menatap Kim ahjussi meminta tolong padanya

"Ahjussi aku ingin pulang, aku___" mataku melotot saat tiba-tiba mulutku dibekap oleh saudara ketiga, ia juga memaksa kepalaku untuk tidak menoleh kebelakang, menarik tubuhku untuk berjalan menjauh dari tempat tinggal Kim ahjussi.

Aku meronta namun kekuatan mereka sangatlah besar, menarikku dengan sekuatnya lalu melemparku saat aku sudah sampai didalam mansion membuatku jatuh terjerembab diatas lantai.

Aku mengaduh lalu mendongakkan kepalaku menatap saudara tertua yang sedang menatapku nyalang.

"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya dengan suara dingin.

"Aku hanya ingin pulang" dia berdecih dengan senyum sarkasnya "kita belum bermain untuk apa pulang?"

Aku berusaha berdiri dari posisiku, membuatku duduk bersimpuh tepat didepan saudara tertua yang sedang berdiri didepanku dengan tangan yang ia masukkan kedalam saku celananya.

"Jika kalian tidak menyukaiku paling tidak biarkan aku pulang"

Tanganku tiba-tiba ditarik kebelakang, ah bukan melainkan diseret menuju ujung ruangan oleh Woosoo si saudara ketiga.

Aku bisa melihat Taesoo si saudara kedua berjalan kearahku membawa sebuah neck collar cooker serta borgol kulit berwarna hitam ditangannya.

Apa yang akan ia lakukan?

"Lepaskan aku" aku meronta,  menggerakkan tubuhku ke segela arah yang terjangkau olehku, berusaha keras agar aku bisa lepas dari genggamannya namun tidak berhasil.

Taesoo sudah berdiri dihadapanku, memasangkan choker serta borgol yang sudah dilengkapi oleh rantai di leher serta tanganku membuat pergerakanku dibatasi.

Aku kembali berontak saat Taesoo merobek piyama tidurku menyisahkan underwear yang kukenakan.

Aku menangis ketakutan.

Dengan kasar ia menghentakkan kakiku membuat kakiku terbuka.

Aku takut, aku belum pernah diperlalukan seperti ini, apa yang akan___

"Ahhh" tubuhku seketika menegang saat Taesoo membenamkan kepalanya diantara pahaku, mencium daerah intimku dengan rakusnya

Tanganku saling meremas satu sama lain, kakiku berusaha ku tutup namun hal itu semakin membuat kepala Taesoo semakin dalam terbenam diantara kakiku.

Sementara Taesoo memainkan daerah intimku --menciumi mengkulum entahlah aku tidak tau apa yang ia lakukan disana yang pasti aku merasakan takut disekujur tubuhku, ini pertama kalinya bagiku-- Woosoo melepas braku membuat kedua payudaraku terbuka dan terlihat dengan sempurna.

Terdengar sorakan dari mulut kedua pria ini menganggumi bentuk payudaraku sebelum akhirnya mereka hilang dilahap oleh Woosoo dengan brutalnya.

'Eomma aku takut' tanpa sadar air mataku mulai turun , aku mulai menangis karena ketakutan, namun mereka? Mereka masih melanjutkan aktifitas mereka mempermainkanku seperti ini.

"Cukup___ku mohon cukup" disela tangisku aku memohon pada mereka , berharap agar mereka menghentikan siksaan ini padaku, namun iblis tetaplah iblis, tanpa belas kasihan mereka memainkan tubuhku bak boneka mereka.

Sekilas aku melirik saudara tertua Kim Hyunsoo, pria itu sedang duduk dengan sebuah majalah di tangannya, wajahnya datar ekspresinya datar tak mempedulikan aku yang terus memohon dengan suara tersiksa, dasar saudara iblis.

Mataku membulat saat Taesoo mengarahkan penisnya pada daerah intimku, entah sejak kapan pria itu melepas celananya karena sekarang kondisi pria ini hanya memakai t-shirt putih yang membalut tubuh bagian atasnya.

Aku seketika mengangkat kakiku, menutupnya agar ia tidak bisa menjangkau daerah intimku.

"Apa yang kau lakukan?" Ia tak menjawab, ia meraih kakiku dan mulai membukanya kembali dengan paksa.

"Kumohon jangan, ini yang pertama bagiku" aku bisa merasakan ke enam mata dalam ruangan ini sedang menatapku, aku tak tau apa arti tatapan mereka.

"Kau masih virgin?" Tanya Taesoo dengan suara tak percaya ––sepertinya–– namun tak kujawab, aku kira ia harusnya paham apa maksud dari kata-kataku.

Ia menghentikan aktifitasnya begitupun dengan Wooseok namun tak berselang lama ia kembali menarik tubuhku, mendorongku membuat posisiku menjadi menungging.

"Jangan harap aku akan membebaskanmu"

"Ahhh" entah benda apa ini, namun aku merasakan sesuatu yang keras dan lembek masuk kedalam anusku, ini sakit benar-benar sakit.

Ku rasa itu adalah penisnya, ia memasukkannya begitu keras dan itu menyakitkan.

Ia mulai menggerakkan tubuhnya, membuat ritme pelan namun seiring waktu bertambah intensitasnya.

Masih dengan borgol yang terbalut tanganku bertumpu pada lantai, menopang tubuhku yang sedang dipompa dari belakang dengan begitu hebatnya, kalau saja aku tidak bertumpu bisa saja aku sudah jatuh terjerembab.

"Ahhkk" tanganku kembali ditarik kebelakang membuatku tubuhku setengah berdiri dengan kepala yang mendongak.

Rasa takut kembali melingkupi tubuhku saat melihat Woosoo sudah berdiri dalam jarak sentuh denganku.

Celananya sudah musnah memperlihatkan penisnya yang.... entahlah aku tidak mau mendiskripsikannya.

Apa yang akan dia lakukan , tidak mungkin ___

"Emmmmbbbb" ya.. perkiraanku benar.

Dia menjejalkan miliknya kedalam mulutku, memasukkannya dengan paksa sampai rasanya ujung bibirku sudah sobek.

Dia memang tak memasukkannya semuanya karena ini masih kapasitasku buktinya aku tidak terbatuk ataupun muntah namun tetap saja ini menjijikkan.

Dari belakang Taesoo semakin menambah intensitasnya dan dari depan Woosoo pun juga menambah intensitasnya.

Aku tak bisa merasakan rasanya ini seperti apa, aku tidak sempat merasakan rasa lain selain takut takut takut dan sakit hati.

"Aaahhhh" gerakan mereka melambat seiring dengan ku rasakannya sebuah cairan kental yang masuk didalam anus serta mulutku.

Saat Woosoo mulai mengeluarkan penisnya dari mulutku seketika aku memuntahkan apa yang ada dalam mulutku. Dan saat itu pula Taesoo menyabut miliknya dengan kasar sampai membuatku kembali mengaduh kesakitan.

"Tubuhmu sangat istimewa tuan putri" kata Taesoo sebelum pria itu hilang dari pandangan mataku.

Tubuhku kembali terjatuh diatas lantai, tubuhku lemah, aku capek , aku lelah , aku tak memiliki tenaga, kakiku bergetar tak kuat menopang berat badanku sendiri.

Ini pertama kalinya buatku namun aku harus diperlakukan dengan cara seperti ini?

Dengan posisi tertelungkup aku menangis, samar-samar aku mendengar derap kaki mendekat padaku sampai aku bisa melihat sepasang sepatu pantovel yang berhenti didepanku.

Si pemilik pantovel itu duduk lalu menarik daguku, membuatku bisa melihat siapakah si empunya.

Ku pandangi pria ini dengan tatapan benci, kenapa tidak menghentikan saudara-saudaranya? apa jangan-jangan ini semua adalah rencananya?

"Matamu bisa lepas jika memandangiku dengan pandangan seperti itu" katanya sembari melepaskan choker serta borgol dari tanganku, nada suaranya masih tetap saja dingin, namun kali ini aku tidak seberapa takut padanya, aku kesal.

"Dasar iblis" dia tersenyum sarkas lalu mengusap puncak kepalaku yang seketika ku tempis dengan menjauhkan kepalaku dari tangannya.

"Aku ingin kau merasakan apa yang kami rasakan dulu" kedua alisku menukik tak mengerti akan maksud ucapannya.

"Kenapa aku? Apa hubungannya denganku?" Dia tertawa kali ini suara tawanya sampai menggema di seluruh ruangan yang hening ini.

"Apa kau tidak tau cara apa yang ibumu lalukan untuk mendapatkan ayahku?___" ibu? Ayah? Apa hubungannya mereka dengan ini? Aku tidak paham.

Yang aku tau ayah adalah teman lama ibu yang akhirnya memutuskan untuk menikahi ibu, lalu apa hubungannya dengan mereka?

"Aku ingin menghancurkan permata berharga milik ibumu seperti ibumu menghancurkan hidupku dulu"

Dia menghempaskan kepalaku dengan kasar lalu berjalan menuju meja yang ada didepan sofa.

Meraih gelas berisi air lalu berjalan kearahku lagi, ia berhenti tepat didepanku lalu berjongkok di sana, apa yang akan ia lakukan dengan benda itu?

Ia membuka tutup botol obat yang ia bawa, lalu memasukkannya kedalam mulutnya disusul oleh air putih dari gelas yang ia bawa.

Ap___

"Eummmbbb" mataku kembali membulat saat ia tiba-tiba menciumku___ah ralat lebih tepatnya ia membantuku___ APA? ia menciumku lalu mendorong obat itu untuk masuk kedalam mulutku, aku berusaha untuk tidak menelan obat itu, bagaimana jika itu obat aneh?

Namun ia menggigit lidahku membuatku terpaksa harus menelan obat itu beserta airnya, saat obat itu sudah tertelan ia menjauhkan bibirnya dariku.

"Tenang saja itu hanya vitamin" seketika aku menghela nafasku lega, ku kira ia akan memasukkan racun atau sejenisnya kedalam mulutku.

Ku pandangi cairan putih kental yang ada didepanku, lalu tanganku terulur menyentuh anusku yang sudah basah, ada sedikit cairan yang keluar dari sana.

Seketika aku kembali menangis, apa maksudnya semua ini? Apa yang eomma lalukan pada mereka? apa jangan-jangan eomma adalah simpanan appa? Oleh karenanya mereka tidak menikah selama ini? Tapi tidak mungkin___tidak mungkin eomma seperti itu.

Lagi-lagi aku kembali mendengar derap kaki mendekat padaku, tapi kali ini sepertinya si empu kaki tengah berlari.

Oh tuhan apa lagi ini? Aku tidak___

"Gwenchana?" Kepalaku seketika mendongak saat telingaku mendengar suara lembut Eunsoo yang menanyakan keadaanku.

Kutatap Eunsoo dengan pandangan ingin menangis, aku ingin memeluknya__namun ku urungkan.

Aku mengangguk lalu memaksa bibirku untuk tertarik "aku baik-baik saja" padahal kenyataannya aku sama sekali tidak sedang baik-baik saja.

Ia mengarahkan selimut yang entah ia bawa darimana pada tubuhku, menutupi tubuh bugilku dengan selimut besar ini.

"Ayo kubantu kembali ke kamarmu" dia membantuku berdiri lalu memapahku untuk naik tangga menuju kamarku.

Namun bukannya menuju kamarku, aku malah melangkahkan kakiku menuju kamarnya, membuatnya menghentikan langkahnya menatapku dengan tatapan..... entahlah aku tidak tau artinya.

"Kenapa kesini?" Tanyanya , sepertinya ia gugup?

"Aku mau ke kamar mandi" seketika alur wajahnya berubah, tersenyum lalu mengangguk dan mulai memapahku kembali masuk kedalam kamar mandinya.

Ia membiarkanku masuk kedalam kamar mandi.

Tubuhku kotor entah oleh cairan dari kedua iblis jantan itu maupun oleh cairan saliva mereka sehingga sekalian ku guyur tubuhku untuk mandi.

Beberapa saat pintu kamar mandi terketuk diikuti oleh suara Eunsoo

"Ku bawakan baju Suzy, ku letakkan didepan sini ya?" Katanya yang ku jawab dengan kata 'ya' pastinya.

Kamar mandinya seperti kamar mandi pada umumnya, dengan washtafel yang dipisahkan dengan bath up, shower dan teman-temannya.

Jadi washtafel ada dibagian depan dipisahkan oleh pintu, dan Eunsoo tadi masuk sampai di daerah washtafel lalu meletakkan baju yang ia bawa di atas gantungan yang ada disana.

Ku ambil baju tersebut, sebuah t shirt dengan celana training yang saat ku pakai sangat kebesaran, sepertinya ini baju Eunsoo.

Saat aku keluar aku tak mendapati Eunsoo, kemana pria ini.

Ku perhatikan sekeliling kamarnya, kamar yang sangat luas.

Sepertinya kamar ini saja sama dengan ukuran tempat tinggalku di Jepang.

"Sudah selesai?" Aku menoleh lalu tersenyum mendapati Eunsoo sedang berjalan ke arahku dengan sebuah nampan di tangannya.

"Ku bawakan sarapan tadi kamu tidak sempat sarapan kan?" Aku mengikuti langkah Eunsoo menuju sofa yang ada di seberang ranjang, tepat didepan tv lcd besar yang menempel diatas dinding.

Ia menyodorkan semangkuk nasi serta sup dan lauk pauknya padaku yang langsung ku santap tanpa ampun, aku kelaparan.

"Kamu tidak apa-apa?" Aku menatapnya dengan pandangan bertanya sembari mengunyah makanan dalam mulutku.

"Aku melihat semuanya___" seketika mulutku berhenti mengunyah beberapa saat setelah ia mengatakan itu, berarti ia melihat___ ah aku lupa kan dia yang memberikan selimut untuk menutupi tubuhku pastinya ia sudah melihat tubuhku, dan lagi__ia melihat aku bersetubuh dengan dua orang pria sekaligus, sungguh memalukan.

"Maafkan aku tidak bisa menolongmu"

Seketika aku menggeleng dengan cepat, ini bukan salahnya.

"Tidak perlu minta maaf, ini bukan salahmu" ia menggeleng masih dengan wajah penuh sesal.

"Aku akan membujuk Hyungnim agar berhenti merundungmu"

Perasaanku menghangat, masih ada yang memperhatikanku.

Aku mengangguk penuh semangat dengan senyum dibibirku pastinya.

Aku senang masih memiliki Eunsoo di sampingku.