Jordan hanya menghela nafas panjang, masalah itu lagi dan itu lagi yang selalu di bahas ketika Jordan pulang ke rumah, hal inilah sebenarnya yang membuat Jordan malas untuk pulang. Perjodohan, pernikahan, punya anak atau cucu untuk kedua orangtuanya dan sebagainya. mencari Pasangan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, apalagi dengan karakter Jordan yang keras dan dingin itu. tentu sedikit sulit untuk menemukan pasangan atau wanita yang menyukainya karena kebanyakan wanita suka laki-laki yang hangat dan romantis. tetapi sepertinya Jordan tidak termasuk dalam deretan laki-laki romantis dan hangat yang bisa membuat hati wanita tersentuh dan jatuh cinta kepadanya.
" Ma... bisa tidak, jangan membahas hal itu dulu. aku belum ingin berumah tangga" jawab Jordan dengan wajah masam dan malas.
Jordan yang malas dan menolak secara terang-terangan usulan mamanya, tetapi Sarah tidak akan menyerah begitu saja dengan sifat keras kepala anaknya ini. memang Sampai kapan putranya itu akan sendiri terus dalam hidupnya. bagi Sarah, sudah saatnya Jordan berumah tangga. apalagi Jordan merupakan satu-satunya putra mereka.
" Belum mau...?! apa lagi yang kamu tunggu, usiamu sudah 27 tahun. karir mapan, jabatan tinggi, wajah tampan, tubuh sehat dan kuat. sudah tidak ada syarat yang kurang darimu untuk menikah, yang kurang dari kehidupanmu adalah seorang pendamping hidup." jelas Sarah dengan tegas kepada Jordan yang merasa putranya itu sudah cukup sempurna dan mampu membina dan melindungi istri dan anak-anaknya nanti.
" Tapi ma... aku benar-benar belum ingin menikah. aku masih ingin berkonsentrasi dengan karirku terlebih dahulu. lagipula baru 27 tahun, belum tua juga." kata Jordan yang tidak menggunakan patokan usia untuk menikah. kalau memang sudah waktunya menemukan jodohnya, usia berpapun juga tidak masalah.
Jordan berusaha menjelaskan keinginannya, namun percuma saja dia tidak akan pernah mampu mengalahkan mamanya yang jauh lebih keras kepala dari pada dirinya sendiri.
" Tapi apa... nunggu apa lagi? apakah kau mau menunggu sampai tua? hingga peluru kendali mu itu karatan ...ayolah papa mama ini sudah tua dan kakek mu juga mulai sakit-sakitan. Tidakkah kau ingin memberikan kami seorang cucu, sebelum kami pergi untuk selamanya." Sarah terpaksa berkata sedikit kasar kepada Jordan karena sedikit emosi.
" Haiiiisss... mama, bisa tidak jangan terlalu vulgar begitu ucapannya. baiklah.... aku menyerah. aku akan melihat calon istri pilihan mama dan papa, soal waktunya terserah kalian saja"
ya.. begitulah nasib sang Mayor, di dalam camp militer ia adalah singa lapar yang di takuti dan siap menerkam siapa saja yang dia mau. tetapi ketika di rumah ia tak ubahnya seperti kelinci kecil yang ada di ketiak ibunya.
" hemm... itu baru anak mama. ya sudah mama mengantuk mau tidur dulu. kamu juga tidur lagi. besok kita menjenguk kakek bersama" kata Sarah sambil memeluk tubuh Jordan Seperti anak anak kecil.
Sarah keluar dari kamar Jordan kemudian menuju kamarnya untuk beristirahat.
-------------------
Cuiit cuiit cuiit suara kicauan burung-burung dipagi hari. Hoaammm.... Jordan baru membuka matanya dan menggeliat merenggangkan tubuhnya yang sedikit kaku. kebiasaannya lari pagi akan tetap di lakukan meskipun dia tidak berada di dalam Camp militer, Jordan bersiap bangun kemudian Mencuci muka dan berganti baju olahraga kemudian baru berangkat lari pagi.
Earphone dan sebotol minuman selalu dia bawa sebagai peralatan perang setiap lari pagi, tubuh kekar yang sempurna juga wajah yang tampan membuat mata para wanita yang melihatnya menjadi terpesona.
" Gila... cowok dari mana itu ganteng banget, mau dong jadi pacarnya. aku tidak pernah melihat dia sebelumnya" ucap seorang gadis yang duduk di bangku taman yang kebetulan melihat Jordan lewat saat lari pagi.
"Eh...aku juga mau banget, jangankan jadi pacarnya jadi istrinya juga boleh. aduh...bentuk tubuhnya itu lho yang bikin gak tahan ingin meluk" jawab seorang gadis yang juga duduk di bangku yang sama.
Jordan hanya menoleh ke arah kedua gadis itu dan tidak merespon ucapan mereka, meskipun Jordan mendengar semua ucapan mereka berdua dengan jelas. Jordan tetap melanjutkan lari paginya.
" Haiiiisss....gadis jaman sekarang mesum juga otaknya, badan sudah di tutupi juga bagi mereka masih bisa tembus pandang" gumam Jordan.
Sudah 2 jam Jordan keliling-keliling kompleks perumahan untuk lari pagi, sekarang sudah waktunya dia kembali ke rumah. ia mempunya i janji kepada mamanya untuk menjenguk kakek Johnson pagi ini.
Sesampainya dirumah mama dan papanya sudah menunggunya di meja makan.
" Sayang...kamu sudah pulang, ayo kita sarapan pagi dulu" Sarah berjalan kearah Jordan untuk mengajaknya sarapan pagi bersama.
Jordan menolak dengan sopan" Nanti saja ma... setelah mandi aku akan sarapan sendiri, aku rasa sekarang tubuhku sudah bau karena keringat"
Sarah mengerti apa yang di maksud oleh Jordan. Sarah kembali ke meja makan untuk sarapan bersama suaminya.
Jordan berjalan menuju kamarnya untuk mandi dan berganti baju sebelum mengunjungi kakek Johnson di Rumah Sakit.
Selesai mandi mandi Jordan berganti baju, Jordan memakai kaos hitam panjang dengan setelan celana jeans. Jordan turun ke lantai bawah menuju meja makan untuk sarapan. selesai sarapan, seorang pembantu dirumah Jordan mendekatinya.
" Tuan muda...tuan dan nyonya sudah menunggu anda di ruang tamu untuk berangkat bersama menjenguk tuan Johnson"
setelah menyampaikan pesan dari Sarah pembantu itu pergi. Jordan segera pergi ke ruang tamu untuk menemui kedua orang tuanya.
" Sayang...kamu sudah siap, ayo kita berangkat sekarang"
Sarah segera beranjak dari sofa begitu juga William. mereka bertiga berjalan menuju mobil.
Jordan menuju ke mobil dinas yang dia bawa dari camp militer miliknya.
" Jordan...bagaimana jika kamu naik mobil ini saja bersama dengan mama mu, ada yang ingin mama mu bicarakan denganmu di sepanjang perjalanan. biar papa saja yang mengendarai mobilmu" William berjalan kearah Jordan untuk mengambil kunci mobil yang ada di tangan Jordan.
William memang sengaja melakukan hal ini, jika mobil Jordan ada di tangannya. maka Jordan tidak akan kabur kemana-mana. siapa yang akan menjamin anaknya yang keras kepala itu tidak akan berubah pikiran nanti.
Jordan hanya mengikuti keinginan papa mamanya. Jordan masuk ke mobil yang didalamnya Sarah sudah menunggu.
"Pak, ayo jalan" perintah Sarah kepada sopirnya. mobil itu kemudian melaju ke arah Rumah Sakit Kota. untuk mengunjungi papanya yang sedang terbaring di rumah sakit saat ini.
Setelah satu jam perjalanan kini sampailah juga mereka di Rumah Sakit Kota dimana kakek Johnson dirawat. Jordan dan Sarah lebih dahulu menuju kamar kakek Johnson.
------****-------
hai readers....
Dukung novel ini dengan cara :
1. simpan di library
2.kirimkan power stone (PS)
3. tinggalkan komentar dan review terbaik
terimakasih.... atas dukungannya yang di berikan kepada karya saya. happy reading