Chereads / Pernikahan kilat : istriku yang Nakal, Jangan Lari! / Chapter 13 - 13. Apakah Kau menyukainya? Ah, yang benar saja!

Chapter 13 - 13. Apakah Kau menyukainya? Ah, yang benar saja!

mayor Jordan meninggalkan restoran itu setelah menjawab pertanyaan Atea dengan singkat dan tidak banyak menambahkan kata-kata lainnya yang tidak perlu. lagipula apa yang harus dibicarakan dengan gadis tengil Seperti atea ini? setiap bertemu dengan gadis ini yang ada hanya membuat orang emosi dan jengkel saja.

" Huh... dasar iblis tua, kalau bukan karena takut di tanya nenek tidak bisa menjawab. aku juga tidak berminat bersikap baik kepadamu bleeehhh...." gerutu Atea sambil menjulur lidah menarik salah satu kelopak mata kebawah, seraya mengejek Jordan dari belakang.

Gadis cantik ini pun sama saja. Atea juga malas berbicara dengan manusia dingin seperti balok es yang bernama Jordan itu. atea sama sekali tidak perduli dengan pangkat tinggi sang mayor, yang bahkan kakaknya saja tidak berani mengangkat wajah di hadapannya. atea meninggalkan beberapa lembar uang diatas meja untuk membayar minuman yang telah dipesan dan di nikmatnya sebelumnya, kemudian meninggalkan restoran Delima untuk pulang ke rumah.

Atea dan mayor Jordan sudah sama-sama pergi dari restoran Delima, tetapi William, Sarah dan kakek Johnson justru masih heran dengan tingkah laku Atea juga mayor Jordan dan saling berdiskusi diruang CCTV.

Bagi mereka tidak penting bagaimana sikap keduanya, bagi mereka yang paling penting adalah misi mereka mempertemukan Atea dan mayor Jordan sudah berhasil. untuk hal selanjutnya bisa di bahas dirumah mereka

Sang Mayor baru saja saja sampai di kediamannya. bruaakk...dia membanting pintu mobil dengan keras dan masuk ke dalam rumah dengan wajah masamnya.

" Sial... kenapa harus ketemu dengan gadis nakal itu lagi, gara-gara kebodohan dia nama baikku hancur di camp. Mana ada seorang mayor Jordan berubah nama jadi mayor mesum. sial...sial..." segala umpatan mayor Jordan keluarkan dari mulutnya.

Jordan menghempaskan tubuhnya ke atas sofa empuk diruang tamu. Jordan menyandarkan kepalanya di sofa dan memejamkan sejenak mata untuk menurunkan emosinya.

Nana datang dengan membawa segelas teh hangat, untuk di suguhkan kepada Jordan. ya...itulah yang di katakan oleh Sarah kepada Nana: bik...jika Jordan datang dari manapun maka suguhkan lah teh hangat. dia mudah sekali emosi, setelah minum teh pikirannya akan kembali fresh.

Nana mendekat dengan membawa secangkir teh hangat, ia berjalan begitu hati-hati. tetapi itu tetap tidak akan bisa menutupi kepekaan telinga sang mayor.

"Siapa?" bentak Jordan dengan nada tinggi.

Klotik.... klotik... klotik, suara cangkir teh yang bergoyang-goyang karena Nana gemetaran mendengar perkataan Jordan barusan.

"Sa... saya tuan muda, saya Nana." jawab Nana tergagap dan ketakutan. baginya menghadap Jordan seperti bertemu singa lapar.

Jordan membuka matanya dan menoleh ke arah Nana" Oh... kamu, letakkan di atas meja saja nanti akan aku minum"

Nana meletakkan teh hangat itu di atas meja di dekat Jordan, setelah itu ia berbalik badan akan pergi. hati Nana sudah lega akhirnya tugas berat itu sudah selesai.

"Puh" suara nafas Nana begitu lega.

"Tunggu" suara Jordan menghentikan langkah Nana.

Rasanya jantung Nana sudah mau copot saja " i...iya tuan muda, ada apa?"

" Apa kau takut denganku, maaf jika aku membuatmu takut. aku hanya mau tanya papa dan mama kemana, kenapa sepi sekali" ucap Jordan dengan santai. mungkin benar jika teh hangat itu bisa meredam emosi Jordan.

"Tuan dan nyonya pergi menjemput tuan Johnson di Rumah Sakit, hari ini beliau sudah boleh pulang" jelas Nana.

"Oh... begitu, baiklah kau sudah boleh pergi"

Kali ini Nana tidak berjalan dengan pelan-pelan lagi tapi langsung lari saja secepatnya. ia takut kalau Jordan akan memanggil lagi.

Usia Nana sebenarnya hanya berbeda satu tahun saja dengan Jordan jadi bisa di katakan mereka seumuran.

Nana bekerja di rumah Jordan karena menggantikan ibunya dulu yang sedang sakit, tetapi setelah ibunya meninggal ia tinggal dan bekerja di rumah Jordan. keluarga Jordan sudah menganggap dia seperti anak sendiri.

tak lama kemudian terdengar brem.. bremm... suara mobil berhenti di depan rumah. papa, mama dan kakek Jordan baru saja datang.

William dan Sarah berpura-pura memapah kakek Johnson duduk di sofa dekat dengan Jordan, buat jaga-jaga kalau Jordan akan marah lagi. hanya kakek Johnson yang bisa menenangkan amarahnya.

" Apa kau sudah bertemu dengan gadis itu, Bagaimana dia menurutmu?" ucap William penasaran dengan kesan pertama Jordan ketika bertemu dengan Atea.

"Apa maksud perkataan papa... aku hanya meletakkan obatnya dan ya sudah pergi begitu saja...tidak ada yang istimewa" jelas Jordan santai.

" Maksud papa...apakah kau menyukainya?" ucap William sekali lagi.

Wajah Jordan mulai mengernyit, dia mencium aroma kecurigaan yang besar" Suka??? tunggu dulu... jangan-jangan kalian memintaku mengantarkan obat hanya alasan saja, motif sebenarnya adalah kalian ingin aku bertemu dan berkencan dengan gadis itu"

" Ya itu benar...gadis itulah yang akan kami jodohkan dengan kamu" jawab William dengan memegang kepala, ia punya firasat jika Jordan tidak menyukai gadis pilihannya.

" Gila...gila...ini benar-benar gila, apa wanita matang di dunia ini sudah habis. bagaimana bisa kalian ingin aku menikah dengan dia. Atea bahkan belum lulus SMA"

Jordan benar-benar pusing, ia tidak menyangka orang tuanya akan menjodohkan dia dengan anak SMA. seorang gadis yang bahkan merawat dirinya sendiri saja belum pecus, bagaimana bisa gadis itu akan merawatnya nanti?

"Jordan dengarkan penjelasan ku, kamu dan gadis itu sudah di jodohkan sejak kecil. papanya adalah teman seperjuangan ku, sedangkan neneknya adalah teman kakek mu, cuma beberapa tahun terakhir papa dengar kolonel Atmadja teman papa sudah meninggal karena kecelakaan bersama istrinya. papa hanya ingin melakukan janji kami dulu, tapi sekarang terserah kamu saja" jelas William tertunduk lesu seperti kehilangan sebuah harapan.

William sesaat berfikir." Tunggu...apa aku salah dengar kau tadi menyebut nama gadis itu Atea. apa kau mengenalnya?" tanya William dengan penuh rasa penasaran. kalau benar Jordan saling mengenal dengan gadis atea, itu adalah awal yang baik bagi kedua Keluarga mereka.

Jordan hanya menggelengkan kepalanya. siapa juga yang mengenal gadis aneh seperti atea, bahkan dalam mimpi saja Jordan ngeri membayangkannya.

" Tidak... itu hanya sebuah kebetulan saja, dia berkunjung ke camp militer untuk mengunjungi kakaknya yaitu kolonel Bayu kemudian secara tidak sengaja masuk ke kamarku untuk mandi karena kamar mandi di ruangan kolonel Bayu rusak dan...." Jordan menghentikan perkataannya , wajahnya mulai memerah. Jordan tidak mungkin cerita kepada orang tuanya jika dia tidak sengaja melihat tubuh polos Atea saat mandi.

------****-------

hai readers....

Dukung novel ini dengan cara :

1. simpan di library

2.kirimkan power stone (PS)

3. tinggalkan komentar dan review terbaik

terimakasih.... atas dukungannya yang di berikan kepada karya saya. happy reading