Chereads / Pernikahan kilat : istriku yang Nakal, Jangan Lari! / Chapter 11 - 11. Mengatur Kencan pertama

Chapter 11 - 11. Mengatur Kencan pertama

Bayu hanya diam disamping neneknya. Bayu belum mengerti dengan apa yang di maksud oleh neneknya dengan kata " sudah mulai, mulai apa? acara apa, dan yang lebih penting siapakah pak William itu?" gumam Bayu dalam hati. ingin sekali Bayu bertanya, tetapi ia sedikit merasa tidak enak dengan neneknya. jika memang nenek Siti ingin bercerita tentang tuan William, tanpa bertanya juga Bayu akan tahu siapa laki-laki itu.

" Baiklah bik... biar nanti aku akan menghubungi pak William sendiri atau jika dia menelepon lagi segera panggil aku." jelas nenek Siti kepada bik Inah.

"Baik... Nyonya. saya kembali kebelakang untuk melanjutkan memasak." kata bik Inah yang takut masakannya gosong, jika terlalu lama di tinggalkan.

Nenek Siti berjalan ke kamar Atea, ia ingin tahu apa yang dikerjakan oleh cucunya selama liburan ini. Nenek Siti berharap kalau Atea akan menghabiskan waktu liburan ini untuk belajar karena sebentar lagi ia akan mengikuti ujian Nasional.

Nenek Siti membuka pintu kamar Atea dengan mudah, seperti biasanya gadis nakal ini tidak pernah mengunci pintu kamar karena itu saat di asrama sekolah Atea sering kali kehilangan barang miliknya karena sering lupa mengunci pintu sebelum pergi keluar.

Krieett... nenek Siti membuka pintu. nenek Siti kaget melihat posisi tidur Atea : tidur dengan hanya memakai kaos dalam dan celana pendek, posisi tubuh terlentang, salah satu kaki bersandar di dinding dan yang lain diatas guling, kedua tangannya membentang ke kanan dan kiri serta yang paling parah itu air liurnya kemana-mana.

" Ya...tuhan, anak ini. Kapan bisa bertingkah lebih feminim sedikit sebagai seorang wanita. kalau tidurnya seperti ini, jika sudah menikah suaminya mau di taruh dimana? Puh" nenek Siti cuma bisa menepuk jidat saja dan menarik nafas dalam-dalam, serta mengelus dada. cucu perempuannya satu ini lebih Sulit diatur daripada kakaknya Bayu yang sejak kecil tidak banyak tingkah dan penurut. sekolahnya juga pandai dan berprestasi. sedangkan atea, entah sudah berapa puluh kali nenek Siti harus datang ke sekolah dan menemui guru BK karena tingkah nakal dan usil cucunya yang suka membolos dan tidak mengikuti pelajaran.

Kriiing... kriiing...suara dering Telepon. bik Inah segera berlari ke arah meja dimana telepon itu berada.

"Hallo... selamat sore dengan keluarga Atmadja, dengan siapa ini?" tanya bibi Inah kepada orang yang sedang menelepon.

" Hallo selamat sore juga, saya William Johnson ingin berbicara dengan ibu Siti Atmadja. Apakah beliau ada?" kata William.

"Oh...Pak William ya. Nyonya ada, sebentar saya panggilkan.." kata bibi Inah yang segera meletakkan telepon itu sebentar untuk mencari nenek Siti dan memberitahu kalau pak William sedang menelepon.

Bik Inah berjalan ke halaman belakang, seperti biasanya setiap sore nenek Siti selalu menikmati teh di halaman belakang sambil memandang ke arah kolam ikan.

" Nya... ada telepon dari bapak William." ucap bik Inah dari kejauhan, ketika melihat nenek Siti.

" Ya... bik, aku akan segera kesana." kata nenek Siti yang segera beranjak dan berjalan ke arah meja telepon di ruang tengah.

" Hallo... Pak William. ini nenek Siti. bagaimana kabar bapak William dan keluarga." ucap nenek Siti untuk memastikan Telepon masih tersambung.

"Ya.. kami baik dan sehat. apa kabar ibu Siti dan cucu-cucu anda disana?. Hmm... sebenarnya, Saya menelepon untuk membicarakan sesuatu dengan ibu Siti?" kata William yang tidak ingin berbicara dengan bertele-tele. lebih enak langsung ke intinya saja.

"Saya baik dan sehat disini. Ya saya tahu apa yang kamu bicarakan dengan ku, tetapi apakah ini tidak terlalu cepat? cucuku masih belum lulus SMA, bulan depan setelah liburan ini baru ujian. Saya takut ini akan mempengaruhi ujiannya" jelas nenek Siti.

" Oh begitu ya... sebenarnya ini tidak terlalu mendesak, cuma anak saya sangat jarang ada waktu bisa pulang kerumah. kalau acaranya saya tidak masalah setelah lulus sekolah, saya hanya ingin mereka saling bertemu saja. jika nenek takut ini bisa mempengaruhi belajar cucu nenek mereka bisa saling bertemu tanpa tahu dari jauh saja" tanggapan atas William atas kekhawatiran nenek Siti.

" Baiklah... terimakasih atas pengertiannya, kapan mereka bertemu dan bagaimana caranya agar mereka tidak curiga satu sama lain?" tanya nenek Siti.

"Besok ibu Siti bisa meminta cucu nenek untuk datang Restoran Delima di Jalan merpati kanan jalan pukul 10 pagi, entah dengan alasan apa itu terserah ibu Siti saja. Sedangkan tugas saya disini memastikan anak saya datang kesana juga dan mereka bisa saling bertemu tanpa saling curiga" jelas William.

"Baiklah... besok aku akan meminta cucuku mengambil sebuah obat yang telah aku pesan darimu ya...jadi pastikan kamu memberikan kotak obat itu kepada putramu dan meminta dia berikan itu kepada cucuku Atea...Ingat namanya Atea" pesan nenek Siti.

"Aku rasa ini ide yang bagus...baiklah saya setuju dengan ibu Siti." William mematikan teleponnya.

Kesepakatan telah tercapai. tinggal pelaksanaan rencana itu saja yang harus dilakukan besok. mereka hanya tinggal mengatur dan memastikan atea dan jordan bertemu di tempat yang sudah di tentukan.

**

Rumah Mayor Jordan

Jordan dan Sarah baru saja pulang dari Rumah Sakit setelah seharian menemani kakek Johnson. mereka berdua masuk kedalam rumah.

" Ma...aku sangat lelah, aku akan istirahat dan bangunkan aku saat makan malam tiba" ucap Jordan.

" Baiklah sayang... mama akan membangunkan kamu saat makan malam tiba" jawab Sarah.

Jordan berjalan ke arah kamar tidurnya, begitu Sarah. hari ini memang sedikit melelahkan untuk mereka berdua.

.

.

Beberapa jam telah berlalu, Sekarang sudah tiba waktunya makan malam. Sarah berjalan menuju kamarnya Jordan.

Tok...tok...tok...

Sarah mengetuk pintu kamarnya Jordan" Sayang bangun, sudah waktunya makan malam" namun Jordan tidak menyahut panggilan Sarah, karena masih berada di dalam kamar mandi.

Jordan akhirnya turun untuk makan malam, di meja makan sudah berkumpul orang tua Jordan. Sarah menyajikan makanan untuk William dan juga Jordan.

" Jordan, biasakan besok kamu membantu papa untuk mengantarkan sesuatu kepada teman papa. papa dan mama ada sedikit urusan?"

"Baiklah...apa yang bisa aku lakukan untuk membantu papa dan mama. lagipula aku juga sedikit bosan di rumah saja?"

" Tolong berikan antar obat ini, cucunya akan menunggumu di restoran Delima pukul 10 pagi" William menyodorkan sebotol obat.

" Baiklah...aku akan melakukan itu besok"

Jordan menerima botol obat itu dan akan mengirimkan obat Itu sesuai dengan alamat yang diberikan papanya.

------****-------

hai readers....

Dukung novel ini dengan cara :

1. simpan di library

2.kirimkan power stone (PS)

3. tinggalkan komentar dan review terbaik

terimakasih.... atas dukungannya yang di berikan kepada karya saya. happy reading