Chapter 12 - 12. Restoran delima

William berjalan mendekati putranya yang terlihat duduk santai sendirian.

"Jordan, Tolong berikan dan antar obat ini ke nenek Siti. cucunya akan menunggumu di restoran Delima pukul 10 pagi" kata William sambil menyodorkan sebotol obat yang telah di sebutkan merk- nya oleh nenek Siti sebelumnya. obat yang biasa di minum oleh nenek Siti untuk menghilangkan kecurigaan atea, bahwa semua itu hanya sebuah trik belaka untuk mengatur Kencan dua anak muda itu.

Jordan menerima botol obat itu dan melihat dan membacanya. ia hanya ingin tahu obat apa yang akan ia berikan kepada orang lain nanti.

"Oh, hanya obat untuk penyakit diabetes saja. Baiklah... aku akan melakukan itu besok"

Jordan menerima botol obat itu dan akan mengirimkan obat Itu sesuai dengan alamat yang diberikan papanya.

Keesokan harinya tepat jam sepuluh pagi, Mayor Jordan sudah sampai di alamat yang diberikan oleh papanya. dia menunggu cukup lama sedang orang yang di maksud belum juga muncul.

" Sialan ini orang masih hidup atau sudah mati sih... dari tadi tidak muncul" gumam Jordan dengan menahan emosi.

Disisi lain di kursi paling pojok di Restoran Delima, Atea juga menunggu orang yang di maksud neneknya untuk mengambil pesanan obat. gadis inipun juga sudah merasa geram dan emosi. ingin sekali ia pergi dari tempat itu saat ini, tetapi takut kalau neneknya kecewa.

" Orangnya yang mana sih, uhh...pusing deh. mana tadi gak tanya nenek dulu lagi orangnya itu cewek apa cowok. terpaksa deh nunggu mukjizat turun aja, Atea berdoa saja semoga orang itu bisa mengenali kamu" gumam Atea yang juga bingung karena kurang jelas atas pesan nenek tadi.

Mayor Jordan sudah tidak bisa lagi menunggu, sudah 1 jam dia duduk di kursi Restoran sampai pantatnya panas, minuman juga sudah habis 3 gelas.

Mayor Jordan segera mengambil handphone dari kantong sakunya kemudian menelpon papanya. ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi dari ini.

"Hallo pa... orang yang harus aku temui seperti apa sih, aku sudah menunggu disini selama satu jam tapi tidak ada satu manusia pun yang muncul di hadapanku" gerutu mayor Jordan yang sudah emosi karena orang yang ia tunggu sejak tadi tidak kunjung terlihat batang hidungnya.

William berusaha menenangkan putranya yang memiliki temperamen kurang sabar dan keras kepala. Jordan paling tidak suka orang yang terlambat dan tidak menghargai waktu.

" Tenang dulu, sebenarnya biar papa deskripsikan dulu orang yang akan kamu temui : gadis itu cantik dengan perawakan tubuh tinggi 160 cm, badan langsing, kulit putih mata coklat dan rambut panjang sepinggang dan masih seusia anak kelas 3 SMA. tadi neneknya bilang gadis itu sudah berangkat sejak pagi, papa rasa dia sudah tiba disana" Jelas William menggambarkan ciri-ciri Atea yang sedang duduk di pojokan restoran sendirian.

William, Sarah dan kakek Johnson sudah berangkat ke Restoran Delima sejak pagi dan sekarang sedang mengamati di balik ruangan CCTV Restoran Delima.

Restoran Delima ini sebenarnya menjadi milik keluarga Johnson satu tahun yang lalu, tetapi karena mayor Jordan sudah dua tahun tidak pernah pulang jadi dia tidak mengetahuinya.

Jordan menoleh ke kanan dan ke kiri sambil berbicara dengan papanya.

" Papa jangan bercanda, disini tidak ada seorang pun. aku sudah satu jam lebih duduk di depan pintu masuk, tidak ada satu orangpun yang masuk setelah aku kecuali pelayan restoran" jelas mayor Jordan yang menggambarkan situasinya di restoran saat ini.

Sebenarnya pelayanan yang di maksud mayor Jordan adalah pelayan yang ditugaskan William untuk menggantungkan papan tanda bertuliskan" CLOSE" di tembok samping pintu setelah Jordan masuk, agar tidak ada yang menggangu pertemuan putranya dengan calon istrinya.

" Jordan...sekarang coba kamu cari dulu di dalam restoran itu, mungkin saja ada seseorang diruangan lainya selain kamu. mungkin saja itu cucu dari teman papa" William mendesak Jordan untuk berkeliling di dalam restoran mencari Atea.

"Oke...kali ini aku akan melakukannya, tapi jika aku tidak menemukan seorang pun disini maka aku akan pergi sekarang juga" ucap mayor Jordan menegaskan.

" Baiklah...terserah kamu saja, maaf papa sudah merepotkan" William menutup telepon.

Mayor Jordan sudah mulai berkeliling ke dalam restoran dari satu sudut ruangan ke sudut ruangan yang lain.

" Sial...sudah macam mencari kecoa saja, aku harus berkeliling restoran seluas ini" gumam mayor Jordan.

Disisi Atea juga sudah merasa bosan lama menunggu, bahkan ia jauh lebih lama menunggu dari pada mayor Jordan.

" Sebel... jangan-jangan aku sedang dikerjai sama nenek. Aduh... seperti apa sih orangnya, seperti apa sih orangnya. mana handphone aku ketinggalan lagi gara-gara buru-buru kesini" Atea yang sudah bosan menunggu memukul-mukul pelan sendok ke gelas minuman yang sudah habis di hadapannya.

Ting...Ting..Ting...suara nyaring gelas yang di pukul berkali-kali. Mayor Jordan yang berdiri di ruangan sebelah akhirnya mendengar suara nyaring dari gelas Atea.

Mayor Jordan mencari sumber suara itu, drap..drap..drap suara langkah kaki Jordan yang terhenti ketika melihat punggung seorang gadis remaja memakai kaos warna putih di depannya.

"Maaf...apakah nona cucu nenek Siti" tanya Jordan sambil melihat catatan yang papanya tulis dan ditempelkan di botol obat " Untuk nenek Siti".

"Ya.." Jawab Atea seraya membalikkan badannya, ia begitu senang akhirnya orang yang dia tunggu sejak pagi sudah datang.

" Kamu.." teriak Atea dan mayor Jordan bersama-sama.

" Sial...jika aku tahu kamu yang akan aku temui, maka lebih baik aku meminta kolonel Bayu saja yang datang kerumah untuk mengambil barang ini" gerutu mayor Jordan.

"Memang kamu pikir aku juga tahu kalau bakal ketemu dengan kamu...yang jelas aku lebih sial dari kamu, siapa juga yang mau ketemu dengan kepala batu seperti mu" balas Atea atas ucapan mayor Jordan.

Keduanya Atea dan mayor Jordan sama-sama saling membuang muka.

William, Sarah dan kakek Johnson bingung dengan tingkah laku mereka, mereka mulai menebak-nebak apa mungkin Atea dan mayor Jordan sudah pernah bertemu sebelumnya.

Mayor Jordan meletakkan paper bag yang berisi obat titipkan papanya diatas meja.

" Nih...obat, titipan papa aku untuk nenek Siti"

Mayor Jordan berdiri lalu melangkah pergi.

Sebelum Jordan pergi, Atea menarik tangan mayor Jordan" Eh...tunggu dulu, siapa nama papa mayor?" Atea berusaha untuk sopan karena dia butuh jawab Jordan, jika sewaktu-waktu nanti di tanya oleh neneknya.

" Bapak William" jawab mayor Jordan singkat dan padat.

.

------****-------

hai readers....

Dukung novel ini dengan cara :

1. simpan di library

2.kirimkan power stone (PS)

3. tinggalkan komentar dan review terbaik

terimakasih.... atas dukungannya yang di berikan kepada karya saya. happy reading