Pintu private lift terbuka di unit Alvin. Mereka segera berjalan keluar, meletakkan barang-barang belanjaannya di dekat sofa. Kemudian Alvin duduk di sofa, di ruangan tersebut. Sementara Audia duduk bersila di bawah, sibuk dengan belanjaannya.
Audia dengan tidak sabar membuka bungkusan kotak yang berisi handmixer impiannya sejak dahulu. Matanya tampak berbinar kala dilihatnya, handmixer KitchenAith merah dari dalam kotak itu, mengangkatnya dan mengeluarkannya dengan hati-hati.
"Salat dulu, Di. Mau ke Depok, kan, nanti," Alvin mengingatkan, lalu beranjak dari sofa manuju kamarnya.
"Oke," jawab Didi dan memasukkan kembali handmixer itu. Lantas mengekori Alvin.
***
"Jadi?" Alvin membuka percakapan saat dalam perjalanan ke Depok. Gaya penampilannya tetap 'khas' pak Mandala namun rambutnya dibiarkan messy—atas permintaan Audia. Sementara kacamatanya tetap ia kenakan dengan alasan agar bisa melihat jelas saat menyetir.
"Jadi ... jadi ... apa, yah?" tanya Audia bingung.
"Kenapa temen kamu gak boleh tau tentang Mas?"
"Oh ...." Audia tampak menganggukkan kepalanya berkali-kali.
Hening sejenak. Alvin menunggu ucapan Audia selanjutnya. Namun tidak ada.
"Mau cerita atau nggak, sih?" tanya Alvin penasaran.
"Ummm ... gimana, yah, ... hehe ...," kekeh Audia seraya memainkan jari-jemari tangannya. 'Duh kudu jelasin gimana, ya, kudu ngaku gitu, klo dulu udah nyumpahin pak Mandala. Ew? Ngamuk yang ada, ntar,' batinnya. Kembali ingat bagaimana tatapan pak Mandala yang menyebalkan itu, membuat Audia bergidik.
"Didi ...," panggil Alvin.
"Belum siap aja, Pak, eh, Mas ... hehe," cengir Audia sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Alvin menghela napas. Alisnya terangkat.
"Ya, Erika cukup tau aja dulu, kalo aku udah nikah. Tapi untuk tau soal nikah sama siapa, apalagi ternyata sama dosen sendiri, nanti aja dulu," jawab Audia hati-hati. "Gak apa-apa, 'kan?" tanyanya kemudian.
"Jadi aku ini sekarang semacam 'suami rahasiamu', gitu?"
"Ya, semacam itu,"
"Aku gak mau."
"Igh, kok, gitu?"
"Yang namanya nikah, yah, orang lain harus tau, dong. Ngapain disembunyiin?"
"Kasih Didi waktu, please?" mohon Audia.
Tiba-tiba terdengar suara dering—tanda notifikasi masuk, pesan dari aplikasi hijau. Audia mengambil ponselnya dari dalam handbagnya dan membaca pesan yang masuk itu.
[Erika: "Di, lo, di mana?"]
"Siapa?" tanya Alvin.
"Erika,"
"Ngapain?"
"Nanyain aku, ada di mana."
"Trus, kamu jawab apa?"
"Ya belum dibales. Mas, pake nanya, igh, kepo! Udah fokus nyetir aja, deh," jawab Audia. Kemudian kembali menatap layar ponselnya, mengetik sesuatu, membalas pesan Erika.
[Audia: "Lagi di jalan. Mau ke mama. Kenapa?"]
[Erika: "Gue liat lo tadi ama suami lo."]
[Audia: "Ya, 'kan, tadi kita emang ketemuan di resto. Lupa, ya?"]
[Erika: "Bukan yang itu. Tapi setelahnya. Gue liat, lo, masuk private lift di unit. Suami, lo, siapa, sih? Yang bisa punya private lift, 'kan, cuman orang-orang tajir di apartemen itu."]
Seketika Audia merasa lemas sekujur tubuhnya. Alvin yang melihatnya lantas bertanya, "Kenapa?"
"Erika nanyain, siapa Mas Alvin. Dia tadi liat kita di lift," jelas Audia.
Terdengar lagi suara notifikasi dari aplikasi hijau.
[Erika: "IG lo masih aktif, 'kan? Lo, cek, deh. Sekarang."]
Audia mengerutkan dahinya. 'Ada apa dengan IGnya?' Tanpa pikir panjang, Audia keluar dari aplikasi hijau dan masuk ke salah satu aplikasi media sosial yang disebutkan Erika.
Audia mengecek newsfeednya, akan tetapi tidak menemukan hal aneh di sana. Lantas mengecek notifikasi, hasilnya pun sama. Tidak ada hal menarik di sana. Kembali ke aplikasi hijau dan mengetik pesan di sana.
[Audia: "Gue udah cek. Gak ada apa-apa, tuh. Emang ada apa, sih?"]
[Erika: "Tunggu bentar."]—selang 10 detik—[" dah, lo, cek sekarang."]
Audia kembali ke aplikasi berlogo serupa kamera Polaroid itu, yang fokus untuk berbagi foto. Tampak ada dua notifikasi mention dari akun Erika, @erika21. Audia membuka notifikasi mention pertama dari Erika dan terlihatlah dalam layar ponselnya, sebuah foto di salah satu akun foto model terkenal di Indonesia itu. Audia mengenalinya. Seketika darahnya berdesir.
Laras Pramuditoaji. Akun itu mengunggah foto Alvin dan Laras yang mempertontonkan cincin tunangan mereka kala itu dengan caption,
'Mohon doanya ya gaes :x'
Foto lawas yang diunggah dua bulan lalu, kala pertunangan itu diumumkan. Dan kemudian, ternyata dibatalkan mendadak, secara sepihak, kemarin, dengan tidak hadirnya sang calon mempelai wanita, Laras, di acara pernikahannya itu.
Di bawah kolom komentar ada akun Erika, memention akun Audia, tanpa tambahan kata-kata. Sepertinya hanya ingin memberitahukan Audia, bahwa ada foto Alvin—suaminya dan Laras—mantan tunangan suaminya di akun Laras itu.
Audia membuka notifikasi berikutnya, tampak Alvin sedang menjabat tangan ayahnya, Supomo, dan di sampingnya terlihat jelas Audia, sedikit menunduk, mengenakan gaun pengantin putih berbahan silk yang elegan dan bertabur kristal Swarovski, dengan veil menutupi rambut dan sebagian wajahnya, pada akad nikah mereka, kemarin. Caption foto kedua itu,
'Selamat, ya, Al atas pernikahanmu dengan wanita pengganti diriku. Semoga bahagia.'
Foto itu diunggah sekitar 10 menit lalu dan sudah banyak yang memberikan likes dan komentar.
Akun Laras memang digunakan untuk endorse berbagai macam produk fashion, memanfaatkan popularitasnya sebagai foto model papan atas di Indonesia. Tren yang sudah berkembang sejak lama, dimulai saat akun medsos biru—Facebook, mengakuisisi Instagram pada 9 April 2012 lalu. Maka, tak heran, foto tersebut, dalam hitungan detik, sudah dibanjiri berbagai macam komentar netizen.
@lalalat: lho kok pengantinnya ganti?
@gulalimaniez: iya. Ini bukan kak laras @laras.amore dirimu kemana say?
@sarahlee: tapi istrinya cantik juga tuh.
@akujomblo: akhirnya terbuka kesempatan buatku.
@fanslaras: patah hati. Sakit gak berdarah :(
Audia mengabaikan komentar-komentar yang lainnya. Matanya langsung tertuju pada komentar Erika, yang turut hadir di sana.
@erika21: Di, ini elo bukan, sih? Mukanya mirip sama elo @didi.audia.
Di bawah caption foto itu tampak akun—yang Audia tebak, adalah akun Alvin, @alvin_photograph.
Penasaran, Audia membuka akun itu. Dan dilihatnya banyak foto-foto unggahan Alvin, hasil 'berburunya' di hampir seluruh pelosok Indonesia dan manca negara. Kebanyakan adalah foto-foto panorama, aerial, makro-mikro, natural, arsitektur, makanan dan minuman untuk iklan beberapa merk terkenal—baik produk di tanah air maupun produk luar. Semua foto-foto itulah yang telah menjadi sumber penghasilannya selama ini. Hanya ada satu foto Alvin dan itu adalah foto di profilnya. Tampak samping, gayanya cool.
"Di?" Suara bariton Alvin tiba-tiba membuyarkan perhatian Audia dari layar ponselnya. "Udah sampai. Mau turun, nggak?"
Audia kemudian menutup aplikasi medsos itu dan turun dari mobil Alvin. Tatapannya kosong. Terlalu banyak informasi yang Audia terima hari ini. Dan pertanyaan Erika, perihal siapa suaminya itu, sepertinya dapat dengan mudah ditemukan. Meski Audia belum menjawab pertanyaan Erika, namun Audia yakin, Erika bisa menebaknya dengan mudah.
"Mas Alvin ...," panggil Audia lirih saat kakinya sudah menjejak di jalanan di depan rumah orang tuanya.
"Ya?"
"Erika tahu tentang Mas Alvin ...."
***