"Sayang, mas gak bilang gitu, lho, ya. Mas tahu, kok, Didi sanggup ngurus anak-anak meski tetap berkuliah." Alvin mencoba meluruskan kesalahpahaman ini.
"Cuman, kalau Didi merasa lelah. Kasih tahu mas. Biar mas bisa bantu." Alvin menarik Audia kembali ke dalam pelukannya.
Alvin yakin, sesuatu yang terjadi saat mereka tengah berekreasi tadi siang telah mempengaruhi pikiran Audia. Hanya saja, Alvin belum tahu apakah itu?
"Didi gak cape ngurusin Ardi, Ardan. Didi seneng, kok." Audia mengatakan dengan jujur. Karena mengasuh kedua anaknya menjadi hiburan tersendiri.
"Terus, tadi kenapa nangis, hmm?" Alvin meraih dagu Audia, agar istrinya mau menatapnya.
"Bukan hal penting." Audia mencoba mengelak dengan memiringkan badan, memunggungi Alvin.
"Kalau gak penting, gak mungkin Didi nangis." Pancing Alvin. Mengusap lengan Audia. Mencium cuping telinga Audia.
"Udah, ah, Didi mau tidur. Besok mau ujian, kan. Gak boleh telat." Audia memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur.