"Kakak ingat, sepulang Didi sama mas Alvin dari Inggris, papanya mas Alvin sempat masuk rumah sakit lagi?" tanya Audia, suaranya mulai terdengar serak.
"Papa–Prima, kena serangan jantung, karena habis bertengkar dengan mas Alvin." Audia berkata lirih, air matanya tanpa sadar kembali mengalir membasahi kedua pipi chubinya.
Romi mengambilkan kotak tisu untuk Audia, yang ada di meja sebelah. Tempat tisu di meja mereka habis. Curahan hati adik kesayangannya sepertinya bakal menguras air mata Audia.
"Terus?" Romi mencondongkan tubuhnya, agar lebih jelas mendengar suara Audia yang bercampur dengan suara isak tangis.
"Di Inggris, kami bertemu seorang wanita cantik, mirip calon istri mas Alvin sebelumnya." Audia mengambil selembar tisu dan menghapus air matanya, juga ingusnya.
Romi mengangkat alisnya. Luar biasa, cerita Audia ini. Muter-muter. Namun, Romi tetap mendengarkan.
"Wanita itu memiliki anak dengan mas Alvan, saudara kembar mas Alvin," lanjut Audia.