14 Maret.
Angin malam berhembus dengan pelan, tapi rasa dingin ini sangat menusuk ke setiap tulang belulangnya. Walau Ruby sudah mengenakan jaket dan celana jeans panjang, tapi rasa dingin ini tidak bisa terhindarkan.
Di tempat parkir, Ruby menghidupkan mesin motornya, dengan perlahan ia mulai berjalan mengendarai motornya menuju jalan raya yang masih padat.
Walau waktu sudah sangat larut, tapi jalanan masih tetap padat dan ramai. Mungkin karena ini adalah malam minggu jadi banyak pengendara yang masih berkeliaran di jalan.
Selama lebih dari tiga puluh menit Ruby terus melajukan motornya, hingga tidak terasa ia sudah memasuki jalanan yang sepi dan hampir sampai ke rumahnya.
Di jalan yang sepi itu motornya seolah menabrak sesuatu. Tapi ia tidak melihat apapun di sana.
Brukkkkk! Terdengar bunyi yang cukup keras.
"Aaahhhh ...."Ruby menjerit dan sangat terkejut dengan apa yang terjadi sekarang.
Ia dan motornya terjatuh, mendarat dengan menyedihkan di jalan yang beraspal.
"Awh .... Sakit!"Ruby meringis, ia menahan rasa sakit di tubuh bagian kanannya.
Ruby baru sadar, saat ini dirinya tergeletak di jalan bersama dengan motornya. Ia segera bangun, mengangkat motornya dan kembali duduk di atas jok motor dengan tangan yang masih terasa sakit.
Suasana memang sangat sepi karena waktu sudah hampir pukul 00.00. Saat ini tidak ada orang yang melihatnya, apalagi sampai membantunya. Ruby harus berusaha sendiri untuk bangun.
Ruby melihat dirinya sendiri, ia menepuk-nepuk bagian kiri tubuhnya karena kotor. Untungnya tidak ada yang terluka, hanya terasa sakit di tangan dan kakinya saja. Tapi itu tidak masalah.
Tadi Ruby mengendarai motornya dengan pelan. Jika tidak? Mungkin saat ini ia akan mengalami luka yang lebih parah dari ini.
Dirasa baik-baik saja, Ruby memutuskan untuk kembali mengendarai motornya pulang ke rumah.
Ketika Ruby akan berjalan maju, tiba-tiba ada suara yang terdengar pelan dan sedikit serak.
"Tolong! Tolong!"
Ruby mengedarkan pandangannya ke sekeliling yang nampak gelap. Hanya mengandalkan penerangan dari lampu motornya, ia sama sekali tidak melihat apapun di sekitar sini.
"Tolong!"Suara itu kembali terdengar.
Ruby menajamkan telinganya, kini matanya tertuju pada rumput tinggi yang ada sampingnya. Terlihat ada sesuatu yang bergerak di sana.
Alangkah terkejutnya ia ketika melihat ada seseorang yang meringkuk di pinggir jalan yang berumput, mengenakan pakaian yang sedikit lusuh. Tidak terlihat bahwa itu adalah seseorang.
Dari tadi, dirinya tidak melihat ada orang lain lagi di sini, hanya ada dirinya sendiri saja. Tapi sekarang? Mengapa bisa ada orang lain?
Walau ini terasa janggal, tapi Ruby tetap turun dari motor dan segera menghampiri orang itu.
Ruby segera berjongkok dan bertanya dengan pelan, "Apa kau baik-baik saja?"Ia membantunya untuk bangun.
"Nak .... Apa kau yang menabrakku!"Suaranya kini terdengar sangat jelas.
"Apa? Aku menabrakmu?"Ruby terkejut ketika melihat dengan jelas orang yang kini berhadapan dengannya.
Ternyata dia seorang nenek-nenek.
Berarti tadi Ruby menabrak seorang nenek yang sedang berdiri di pinggir jalan?
Entah apa yang membuat Ruby menabrak nenek itu, ia sendiri bahkan tidak menyadarinya. Karena dari tadi, tidak ada siapapun di sekitar sini.
Tapi yang jelas, sekarang ia telah menabraknya.
Ternyata ucapan Emmy tadi sungguh menjadi kenyataan. Dirinya menabrak seseorang.
"Aisshhhh .... Sial!"Ruby memaki pelan. Merasa ini sungguh sangat konyol.
Hanya karena ucapan Emmy tadi pagi, sekarang ia mengalami kesialan itu. Menabrak orang!
Seketika Ruby tersadar, "Nenek, maafkan saya. Saya tidak sengaja."
Walau bagaimanapun, dirinya memang salah telah menabrak seseorang. Mungkin dirinya sedikit mengantuk dan kurang berhati-hati dalam berkendara hingga menabrak nenek ini.
"Nek, apa ada yang terluka?"
Ruby melihat keadaan si nenek dari ujung kaki hingga ujung kepala. Kelihatannya dia baik-baik saja.
Ya, walaupun nenek ini baik-baik saja, tapi karena Ruby telah menabraknya, jadi ia harus bertanggung jawab kepadanya.
"Kau merusak barang yang harus aku antar!"teriak nenek itu marah.
"Barang apa?" tanya Ruby merasa heran barang apa yang dimaksud. Nenek itu kemudian menunjuk sebuah kotak yang sudah rusak dan pecah.
"Itu adalah pesanan orang yang harus aku antar besok,. Dan sekarang barang itu sudah pecah. Bagaimana ini?"
Ruby nampak terpaku melihat barang itu hancur. Entahlah apa benda yang hancur itu Ruby tidak tahu.
"Untuk membuat itu, membutuhkan tiga hari. Bagaimana bisa aku membuat lagi. Padahal besok aku harus mengantar barang itu?"
"Memangnya apa itu Nek?"
"Satu set cawan khusus yang dipesan seseorang."
"Cawan khusus?"
"Karena ini salah kau sudah menabrakku dan menyebabkan ini. Kau harus memberitahu orang itu dan mengatakan kalau kau penyebabnya!"
"Maksud Nenek?" Ruby tidak mengerti.
"Katakan pada pemesan barang ini, kalau kau yang menyebabkan pesanannya rusak. Dan katakana kalau aku akan membuatnya lagi dan selesai tiga hari lagi!"
Ruby yang kebingungan. Mencoba memahami sesuatu yang sedang dihadapinya sekarang.
"Besok malam, datanglah ke klub 'Luz Del Alba' yang ada di Jln Calle Marques de falces. Temui seseorang yang bernama Vanetta disana jika kau ingin bertanggung jawab atas kecerobohanmu malam ini!" Nenek itu berkata dengan pelan.
Walaupun suaranya pelan, tapi tatapannya terlihat tajam dan menyeramkan. Apalagi di tengah malam seperti ini. Ruby sedikit takut.
"Hah? Apa? Pergi ke Jln Calle Marques de falces?"Ruby sedikit terkejut mendengar lokasi yang nenek itu sebutkan.
Setahunya disana itu cukup angker dan sepi. Tidak banyak orang yang datang ke daerah itu. Di sana terdapat beberapa bangunan kosong yang sudah sangat tua. Bagaimana bisa dirinya pergi ke klub malam yang ada di sana?
Eh tunggu! Apakah di sana ada klub malam?
Melihat Ruby terdiam, nenek itu kembali berkata, "Jika tidak mau, juga tidak apa-apa!"
Nenek itu segera berbalik badan. Dengan acuh dia berjalan menjauhi Ruby.
Ruby jelas sangat takut dengan ucapan sang nenek. Apalagi tadi dia mengatakan 'Bertanggung jawab atas kecerobohan-mu'.
Ruby takut, jika besok malam ia tidak datang ke tempat yang disebutkan tadi, nenek itu akan melaporkan kejadian ini kepada pihak berwajib. Dirinya tidak mau sampai masuk penjara.
"Baik, besok aku akan datang!"Ruby berteriak.
Tapi saat ini nenek itu sudah tidak ada lagi.
"Hah .... Kemana perginya?"Ruby menatap kiri dan kanan, berharap dapat melihat nenek itu.
Belum sampai satu menit, tapi nenek itu sudah tidak ada. Dia sudah menghilang entah ke mana.
"Apakah tadi itu hantu? Datang dan pergi begitu saja."
"Ihhhhhhh .... Takut!"Ruby merinding. Merasa bahwa bulu halus di tubuhnya kini mulai berdiri.
Ruby segera naik ke atas motor, ia mulai menyalakan mesin motornya dan segera pergi meninggalkan tempat itu.
***
Sesampainya di halaman rumah, Ruby segera membuka pintu gerbangnya. Ia menyimpan motornya di garasi dengan pelan, takut suara berisik akan membangunkan Emmy.
Ketika Ruby masuk ke dalam rumah, ia membuka kunci menggunakan kunci cadangan yang ia miliki. Jadi Ruby tidak perlu lagi membangun-kan Emmy ketika ia pulang malam.
Ruby melihat ruangan yang gelap di dalam rumahnya. Tidak ada satu lampu pun yang menyala. Hanya ada sedikit cahaya yang masuk melalui tirai jendela dari cahaya lampu di luar, yang menerangi ruangan itu.
Ruby sedikit ragu, ia segera masuk ke dalam rumah.
"Dimana Mama?"
Ruby tahu, Emmy lebih suka tidur dengan keadaan gelap gulita. Emmy tidak suka ada cahaya ketika dia tidur. Tapi baru kali ini Ruby melihat bahwa di dalam rumah ini tidak ada cahaya sama sekali. Bahkan lampu kamar mandi pun terlihat gelap.
"Apa Mama pergi ke luar?"
Ketika Ruby berjalan menuju kamar tidur, samar ia mendengar isak tangis dari arah dapur.
Ruby sedikit ketakutan. Belum reda rasa takutnya karena seorang nenek yang tiba-tiba menghilang di jalan, sekarang mendengar suara tangisan di dalam rumah.
Apa hantu jaman sekarang sudah bosan muncul di malam jumat? Mengapa harus muncul di malam lain?
Walau sangat takut, tapi Ruby segera pergi ke dapur. Tidak lupa ia menyalakan lampu di beberapa ruangan.
Ketika Ruby menyalakan lampu dapur, alangkah terkejutnya ia melihat keadaan di dalam sana.
Saat ini bukan hanya terkejut saja yang ia rasakan, tapi juga perasaan takut dan marah kini bercampur menjadi satu.
"Mama!"Ruby berteriak dengan keras. Ia segera berlari menghampiri Emmy.
Ruby tidak menyangka akan melihat pemandangan mengerikan seperti ini, di dapur.
Ini bukan karena ia melihat ada hantu atau ada hal mistis di sini, tapi ini karen Ruby melihat Emmy tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir dari pergelangan tangannya.
Bahkan ada pisau di tangan Emmy. Sesaat Ruby merasa dirinyaa tak berdaya. Sebuah lubang besar semakin nyata dalam hatinya melihat kondisi ibunya.