Wen Qi menunggu dengan bosan setelah ia melayani seorang pelanggan. Ia duduk di konter sambil memutar-mutar pulpen di jarinya dengan wajah cemberut, sementara tangan lainnya menopang dagu. Ia terdengar beberapa kali menghela napas lesu dalam kesendiriannya.
Awalnya ia berpikir bahwa Chu Weixu sedang mengobrol dengan pelanggan itu hingga ia lupa untuk kembali lebih cepat seperti yang ia janjikan dan mengandalkan dirinya di sini sendirian. Namun, ia segera menepis pemikiran itu, lalu menyalakan ponselnya, dan menggeser menu untuk melihat beberapa pesan yang masuk di WeChat.
Wen Qi bekerja paruh waktu di Rumah Teh Xuyi sudah hampir satu tahun lamanya, menggantikan orang lain. Sejak pertama kali Wen Qi memulainya, Ai Zhiyi hanya memintanya untuk melayani pelanggan dengan menerima dan membawa pesanan mereka, namun Chu Weixu bersikeras untuk memintanya belajar meracik teh dengan alasan bahwa ia bisa saja tidak ada dan pemuda itulah yang harus melakukannya, persis seperti apa yang terjadi sekarang.
Selama seminggu, Chu Weixu mengajari Wen Qi dengan sabar. Walaupun pemuda itu beberapa kali membuat kesalahan dan merugikan mereka, Chu Weixu tidak pernah memarahinya dan Ai Zhiyi bisa memakluminya. Hingga pada akhirnya, ia pun menjadi orang yang bisa diandalkan.
Wen Qi selalu berpikir bahwa mereka seharusnya memiliki kurir untuk mengirimkan pesanan, namun ia tidak pernah mengatakannya. Ia beranggapan bahwa tindakan mereka pasti memiliki alasan tertentu.
Tak berselang lama kemudian, lonceng di pintu masuk kembali berbunyi, menandakan kehadiran seseorang.
Sosok pria tinggi melangkah masuk. Wen Qi mau tak mau mengalihkan perhatian ke arah pria itu. Ia memerhatikan setelan jas netro berwarna biru gelap yang menyatu dengan tubuh maskulin. Saat melihat ke bawah, ia menemukan sepasang kaki lurus mengenakan sepasang sepatu kulit berwarna hitam yang baru saja dipoles tampak berkilau di bawah cahaya lampu.
Pria ini ... memiliki hawa keberadaan yang kuat, seperti raja-raja kuno!
Ketika pria itu melangkah menuju ke salah satu meja, walau dari kejauhan, Wen Qi bisa melihat dengan jelas pahatan wajahnya yang sempurna mampu membuat siapapun tergila-gila.
Wen Qi mengenali pria itu, jadi dengan segera ia menghampirinya dengan membawa catatan.
Sementara itu, di jalan Raya.
Chu Weixu terus memikirkan wanita itu dan nyaris menabrak sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan. Untungnya, ia masih memiliki kesadaran untuk bisa menyadarinya lebih cepat dan segera menghindar.
Setelah lima tahun berlalu, ia kemudian dipertemukan kembali dengan wanita itu. Seketika pengalaman buruknya di masa lalu seperti penyakit yang menggerogoti pikirannya. Ia tidak bisa menahan untuk tidak menggerutu di dalam dirinya; mengumpat banyak hal dan mengutuk apa yang baru saja ia alami.
Ia berusaha untuk tetap fokus dan pada akhirnya, ia berhasil hingga ia tiba di sebuah toko makanan.
Setelah Chu Weixu membeli beberapa bahan, ia tidak mengulur waktu lebih lama lagi dan segera kembali ke rumah teh.
Setibanya di sana, ia memarkirkan skuter itu di halaman depan, lalu segera masuk dengan suasana hati yang begitu buruk.
Ketika ia berada di dalam, ia melihat Wen Qi sedang duduk di hadapan seorang pria. Di tempat ia berdiri, ia hanya bisa melihat punggung pria itu dan tidak memiliki pemikiran aneh selain membiarkan mereka berdua karena ia berpikir bahwa itu adalah kenalan Wen Qi.
Hingga saat ia hendak melangkah menuju konter, Wen Qi tiba-tiba berseru, "Ah, itu dia! Kak Chu, ke mari, ada seseorang yang mencarimu!"
Berseru seperti itu, seorang pria yang duduk di hadapan Wen Qi menoleh, menunjukkan senyuman dingin yang begitu familiar di wajah pria itu, membuat Chu Weixu segera mengenalinya.
"Shenshu! Kau—"
Suasana hati Chu Weixu menjadi semakin buruk. Ia mengepalkan tinjunya lebih kuat, dan mengambil langkah lebar menuju ke arah pria itu; memancarkan hawa pemberontak di dalam dirinya.
Ia tidak menyangka akan menghadapi dua orang sialan di hari yang sama!
Di samping pria itu, Chu Weixu menatap Chu Shenshu dengan marah. Jika saja ia tidak memikirkan kata-kata Ai Zhiyi yang memintanya untuk tidak berkelahi lagi, ia ingin mendaratkan kepalan tangannya tepat di wajah pria itu sekeras mungkin tanpa peduli dengan ikatan saudara yang mengalir di nadinya.
Namun, ia harus mengendalikan emosinya dan menahan diri untuk tidak membanting meja.
Wen Qi melihat mereka berdua silih berganti, dan menemukan hubungan buruk di antara mereka. Jadi, karena khawatir jika terjadi perkelahian di tempat ini, ia berusaha mengalihkan pembicaraan, "Kak Chu, kau lama sekali! Kau bilang kau akan—"
"Wen Qi!" Chu Weixu memotong kata-kata Wen Qi dengan nada marah, terlihat jelas bagaimana ketidaksukaan itu secara bertahap muncul di mata marahnya yang tajam, "Bawa bahan-bahan ini ke konter."
Kali ini Wen Qi tidak berani menyela, bahkan tidak berani mengeluarkan suara, khawatir kedua singa di hadapannya menujukkan taring mereka dan mengoyaknya hingga tak tersisa.
Wen Qi segera merebut bahan-bahan itu, lalu bergegas ke konter dan duduk diam sambil membuka laptopnya di sana.
Chu Shenshu menyesap tehnya dengan anggun, lalu mengangkat pandangannya ke arah Chu Weixu. Ia tersenyum dengan elegan, namun di mata Chu Weixu, ia terlihat sedang menyombongkan dirinya atas kekuasaan yang ia miliki.
Chu Weixu duduk di hadapan saudara tertuanya itu dengan melipat kedua tangannya di dada, masih menunjukkan tatapan yang sama seperti sebelumnya.
Jika diperhatikan, Chu Weixu dan Chu Shenshu memiliki pahatan wajah yang hampir sama, hanya saja, Chu Shenshu terlihat lebih dewasa dan berwibawa dari segi penampilan, sementara Chu Weixu memiliki penampilan kasual namun rapi.
Di usianya yang ke-tiga puluh lima tahun, Chu Shenshu masih bisa menyaingi ketampanan Chu Weixu yang tujuh tahun lebih muda darinya, bahkan daya tarik mereka terkesan tidak masuk akal, setara dengan ketampanan dewa tertampan surgawi, dan tidak akan ada seorangpun yang bisa mengelak dari daya pikat mereka yang menyihir. Orang-orang bisa saja akan menjadi gila jika mereka harus memilih antara dua saudara itu.
"Weixu, bagaimana kabarmu?"
Akhirnya setelah lama terisolasi dalam keheningan yang mencekam, Chu Shenshu membuka suara.
Namun, sayangnya, Chu Weixu menemukan kesan buruk dari pertanyaan itu. Ia mendengus dingin, lalu mulai mencibir, "Simpan omong kosongmu dan segera katakan apa mau."
Chu Shenshu menatap Chu Weixu dengan tatapan mengejek, kemudian bersandar di kursinya, menunjukkan gestur yang sama seperti Chu Weixu. Perlahan segaris senyum menggambarkan kesombongan khas yang ia miliki di wajahnya. Ia bertanya dengan dingin, "Mana Zhiyi?"
Tentu, begitu Chu Weixu mendengar seseorang mencari kekasihnya, kemarahan tak terbendung muncul di hatinya, menyebabkan ledakan hebat dalam sekejap. Kepalan tangannya seketika menghantam meja dengan keras, bahkan Wen Qi yang berada di konter terkejut dan menjadi tegang.
Sementara Chu Shenshu terlihat biasa, bahkan tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajahnya yang lurus. Ia bahkan dengan santai menyesap tehnya yang masih panas beberapa kali, menganggap bahwa gertakan Chu Weixu tidak bisa menakuti orang yang memiliki pengalaman yang lebih banyak seperti dirinya.
Chu Shenshu telah menghadapi banyak permainan di dalam bisnis dan telah menemukan banyak karakter, tak terkecuali gertakan musuh-musuh dari lawan bisnisnya, jadi ia akan mudah menghadapi seorang gangster jalanan seperti Chu Weixu.