Chereads / Memandang Lautan Biru Yang Luas / Chapter 28 - Gairah Yang Dipotong Oleh Kedatangan Seseorang

Chapter 28 - Gairah Yang Dipotong Oleh Kedatangan Seseorang

Menyiapkan bahan-bahan di rumah teh, Ai Zhiyi menyusunnya di konter sedemikian rapi. Ketika menghitung, ia melihat ada beberapa bahan yang sudah hampir habis, dan meminta Chu Weixu untuk segera membelinya di toko bahan makanan terdekat.

Sayangnya, Chu Weixu adalah seorang pemalas di pagi hari, bahkan ia tidak bisa diandalkan sama sekali. Ia menolak dengan alasan bodoh sehingga Ai Zhiyi tidak bisa menahan untuk tidak memarahinya seperti memarahi anak nakal yang keras kepala.

Namun, bukannya merasa bersalah, Chu Weixu terkikik seolah kata-kata Ai Zhiyi adalah sesuatu yang menghiburnya. Ia tampak senang mendengar Ai Zhiyi mengatakan banyak hal padanya. Itu terkesan ... menggemaskan.

Ai Zhiyi mencatat beberapa daftar di catatan kecil, meletakkannya di dekat gelas-gelas yang berjejer, berkata dengan nada kesal, "Ini daftar bahannya. Jangan lupa untuk membelinya nanti. Aku akan kembali saat petang, jadi tidak bisa mampir ke toko untuk membelinya."

Setelah kata-katanya, ia mengambil buku catatan di laci. Ia membukanya dan melihat hasil penjualan mereka kemarin. Saat ia membaca isinya, wajahnya tiba-tiba menjadi cemberut. "Rupanya kemarin tidak banyak pelanggan yang berkunjung, ya?"

Chu Weixu membenarkan, "Ya, hanya beberapa orang yang datang dan tidak ada pesanan online. Sayangnya, aku pingsan, jadi rumah teh ini harus ditutup lebih awal." Ia terkekeh pelan, melanjutkan, "Tapi, itu tidak masalah. Pagi hingga siang, aku memiliki waktu luang untuk mengerjakan naskahku agar bisa kukirim sebelum sore."

Ai Zhiyi tidak mengatakan apa-apa, namun raut wajahnya sendiri sudah menunjukkan pemahamannya terhadap kata-kata Chu Weixu. Lalu, ia membereskan beberapa bahan di meja konter, sementara Chu Weixu hanya berdiri di sampingnya sambil memerhatikannya mengurusi beberapa bahan yang tersisa, dan tersenyum kagum.

Sejak dulu Ai Zhiyi memang serba bisa dan pandai mengatur segalanya. Ia selalu mengajari Chu Weixu untuk memilih bahan makanan berkualitas dan bagaimana cara mengolahnya karena ia tahu bahwa Chu Weixu adalah orang yang tidak bisa apa-apa di dapur, bahkan ia tidak tahu bagaimana cara untuk menyalakan kompor.

Sejak pertama ia mulai belajar memasak, dapur mereka nyaris terbakar. Ai Zhiyi panik karena mereka harus ganti rugi jika saja hari itu kompor mereka meledak. Jadi, mulai saat itu, ia mengajari Chu Weixu secara terus menerus mengenai tata cara di dapur. Sekarang, Chu Weixu sudah lebih baik dan masakannya juga memiliki rasa yang tidak buruk.

Walaupun Chu Weixu adalah orang yang sangat antusias untuk belajar, ia akan tetap menolak jika Ai Zhiyi memintanya untuk mempelajari beberapa dessert, padahal ia sendiri adalah penyuka makanan manis dan sangat menggemari kue tiramisu. Ia selalu beralasan bahwa buatan sendiri memiliki rasa aneh, tapi Ai Zhiyi tahu bahwa maksud dari kata-katanya adalah ia hanya ingin Ai Zhiyi yang membuat dessert secara khusus untuknya, bukan untuk pelanggan.

Hampir setiap hari Ai Zhiyi membuat beberapa ragam kue sederhana dari resep yang ia baca atau mempelajarinya melalui video.

Pada awalnya, ia selalu gagal, namun seiring waktu ia mulai terbiasa dan berhasil membuat beberapa macam kue termasuk tiramisu. Selain untuk persediaan di rumah teh mereka, ia juga menyisakannya untuk Chu Weixu.

Lagipula, Chu Weixu tidak pernah mengeluhkan rasa dari masakannya, ia selalu beranggapan bahwa Ai Zhiyi menyediakan makanan untuknya dengan penuh cinta, jadi ia tidak pernah merasa kekurangan, tidak seperti Ai Zhiyi yang selalu menegurnya jika ia salah memasukkan bahan.

Chu Weixu tak henti-hentinya tersenyum, menatap Ai Zhiyi dengan kekaguman di matanya.

Sementara itu, Ai Zhiyi menyadari Chu Weixu sedang memerhatikannya, jadi begitu ia selesai membereskan semuanya, ia menoleh ke arah Chu Weixu, dan berkata, "Kau terlihat menikmatinya. Jika kau tidak mau membantuku, kau lebih baik duduk sebagai pelanggan daripada memandangku dengan mata bernafsumu itu."

Chu Weixu menyeringai, tanpa aba-aba ia menarik pinggang Ai Zhiyi sehingga tubuh Ai Zhiyi yang ramping menempel di tubuhnya seperti dilem.

Meremas pinggang Ai Zhiyi dengan lembut, ia berkata dengan suara menggoda, "Tidak masalah jika hanya aku yang memandangmu seperti itu. Tapi, jangan pernah biarkan orang lain yang melakukannya."

Ai Zhiyi tersenyum genit. Ia melingkarkan kedua tangannya di leher Chu Weixu dan menggodanya dengan kata-kata, "Kenapa aku harus mendedikasikan hidupku untuk gong (seme) sialan sepertimu? Sekarang, aku benar-benar tidak berdaya karena racunmu. Aku kecanduan. Jadi, sebagai per-tanggungjawaban-mu, aku memintamu untuk selalu berada di sisiku agar membuatku tetap stabil."

"Hmm?"

Tangan besar Chu Weixu membelai turun ke bawah, masuk ke dalam celana kasual Ai Zhiyi.

Lapisan celana dalam yang dikenakan Ai Zhiyi terasa panas setiap kali tangan besar itu bergerak, membuat seluruh tubuhnya seperti tersengat listrik, wajahnya memerah seketika.

Kemudian tangan besar itu menggenggam bokong Ai Zhiyi seperti menggenggam dua bola, hanya saja ini lebih kecil dan kurang berisi, membuat wajah Ai Zhiyi semakin memerah, dan jantungnya berdebar kencang.

Saat ini, tangan besar itu bertambah kuat, meremas bokong Ai Zhiyi dengan penuh gairah, membuatnya seolah terangkat oleh perasaan aneh yang menggembirakan, dan tanpa sadar mengerang saat dua tonjolan di bawah perut mereka bersentuhan.

Chu Weixu membawa wajahnya lebih dekat hingga hidung mereka seperti saling berciuman. Ia menggerak-gerakkan wajahnya, menggunakan hidungnya sebagai alat pendeteksi aroma di wajah Ai Zhiyi, lalu berkata dengan suara maskulin yang terdengar sensual, "Apa katamu? Gong? Jangan sebut aku gong. Panggil aku suami. Ayo, katakan suami." Setiap akhir pada kalimatnya diakhiri dengan sebuah gigitan kecil di bibir Ai Zhiyi.

Ai Zhiyi sedikit menjinjit, lalu berbisik mesrah di telinga Chu Weixu, "Suamiku ... suamiku ...."

Setelah kata-katanya, ia seketika mencium bibir pria itu.

Chu Weixu merespons. Ia membuka mulutnya untuk memberikan ciuman yang lebih dalam, membuat keduanya tenggelam dalam fantasi yang penuh gairah.

Namun, saat Ai Zhiyi mulai tenggelam ke kedalaman yang lebih dalam dan gelap, gong-nya malah tidak membiarkannya dengan berhenti menciumnya.

Wajah merona Ai Zhiyi tampak linglung seperti orang yang setengah sadar setelah menggunakan ekstasi. Ia merasa kehampaan di bibirnya hampir membuatnya gila, jadi ia hendak mencium Chu Weixu kembali, namun pria itu menghindarinya.

Di wajah Chu Weixu terlihat jelas bagaimana ia mencoba mempermainkan Ai Zhiyi.

"Kupikir kau tidak ingin disentuh olehku pagi ini. Sekarang, siapa yang lebih dulu menggoda?" Sudut bibir Chu Weixu terangkat, menunjukkan senyum mengejek di akhir kalimatnya.

Pandangan Ai Zhiyi menjadi kabur. Ia berusaha memikirkan kata-kata itu sebentar dan ingin membela diri bahwa dialah yang sedari tadi menggodanya, dan bahkan memintanya untuk menjilati miliknya seperti sebuah lolipop.

Namun, ia tidak mampu memikirkan apa pun lebih lama. Ia perlahan merasa sebagian inderanya mati rasa dan sebagian akal sehatnya menghilang. Ia tiba-tiba menjadi tuli dan lupa mengenai kata-kata Chu Weixu, lalu mencoba sekali lagi untuk mencium pria itu dengan penuh hasrat.

Saat bibir Ai Zhiyi menyentuh bibir kekasihnya, Chu Weixu dengan sengaja merapatkan bibirnya dan membiarkan Ai Zhiyi untuk melakukannya sendiri.

Ciuman Ai Zhiyi terasa lembut dan terkesan amatir, namun itu tidak bisa membuat Chu Weixu bertahan lebih lama lagi dan dengan segera satu tangannya meraih kepala Ai Zhiyi agar ia bisa lebih leluasa menikmati bibirnya, sementara tangan lainnya terus meremas bokongnya.

Ai Zhiyi mencengkeram baju Chu Weixu dengan kuat, merasa kesakitan di bibir namun ada kenikmatan yang perlahan timbul di kepalanya sehingga membuatnya tidak ingin berhenti.

Ia tahu bahwa hari ini ia harus bekerja dan sebentar lagi juga harus membuka rumah teh mereka untuk pelanggan, namun kedua orang itu sudah terlalu dalam tenggelam dalam sensasi terbakar dan kesulitan untuk merangkak naik ke daratan, menyebabkan mereka berdua kehilangan akal.

Namun, saat Chu Weixu hendak melepas resleting celananya, suara lonceng yang tergantung di pintu masuk terdengar, pertanda ada seseorang yang mendorong pintu untuk terbuka. Suara itu segera membuyarkan pikiran kotor yang sudah menggerogoti kepala dua orang yang sedang dimabuk asmara itu.

Ai Zhiyi dan Chu Weixu seketika menghentikan kegiatan mereka dan tertunduk malu, berpura-pura sedang mengerjakan sesuatu dengan sangat canggung. Mereka bahkan tak bisa mengangkat kepala untuk sekedar melihat siapa orang yang baru saja merusak suasana intim mereka, seolah wajah mereka adalah gambaran dari rasa malu itu sendiri.