Setelah berterima kasih, Ai Zhiyi dan juga Chu Weixu segera berbalik dan berjalan menuju pintu keluar untuk meninggalkan rumah sakit.
Dengan terus melangkah, Ai Zhiyi terdiam sambil memikirkan mengapa Qing Hua melakukan semua ini untuk mereka. Pemikiran baik dan buruk menyatu di kepalanya mengenai apakah Qing Hua merasa bersalah setelah apa yang ia katakan atau bahkan punya maksud tertentu. Tetapi, semakin ia memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu, membuatnya malah merasa semakin bingung dan menimbulkan banyak pertanyaan baru di kepalanya.
Bagaimanapun juga, Ai Zhiyi tidak bisa mempercayainya begitu saja setelah apa yang telah terjadi. Ia telah memaafkannya, hanya saja begitu sulit untuk melupakan hal buruk darinya.
Tak lama kemudian, begitu mereka berdua berada di luar, Chu Weixu berhenti melangkah tepat di depan pintu keluar. Ia terdiam, menatap kosong ke depan untuk sesaat sambil mengepal tangannya kuat-kuat. Kemudian, ia menoleh ke arah Ai Zhiyi di sampingnya sambil berbicara dengan nada rendah yang terkesan dingin, "Xiaoyi, apa Qing Hua itu mengatakan sesuatu padamu tadi? Atau, apa kau memiliki utang Budi padanya?"
Ai Zhiyi mengernyit bingung ketika Chu Weixu menanyakan hal itu secara tiba-tiba. Ia tidak mencurigai apa pun, hanya saja ia heran mengapa Chu Weixu sampai bisa memikirkan hal seperti itu. Ia pun menatap Chu Weixu dengan alis berkerut tanpa belum bisa mengatakan apa-apa.
Namun, rupanya sikap diam itu membuat Chu Weixu merasa bahwa Ai Zhiyi telah menyembunyikan sesuatu darinya dan membuatnya menjadi tidak sabar.
"Jawab pertanyaanku!" tegas Chu Weixu. Tatapannya tiba-tiba berubah saat ia menegaskan perkataannya. Ia menatap kedua mata Ai Zhiyi dengan tajam seolah matanya adalah sebuah ujung belati yang siap menusuk mata Ai Zhiyi yang terlihat terkejut ketika mata mereka saling beradu.
"Soal apa? Utang Budi apa? Aku tidak mengerti maksud dari pertanyaanmu itu." Ai Zhiyi bertanya dengan bingung.
Chu Weixu terdiam sejenak sambil menatap Ai Zhiyi dengan tajam. Air wajahnya berwarna merah padam yang memperlihatkan ada sesuatu yang mengganggunya saat ini.
Namun, pada akhirnya, ia tidak mengatakan apa pun dan segera pergi meninggalkan rumah sakit dengan wajah kesal.
Sementara itu, Ai Zhiyi yang sama sekali tidak mengerti apa-apa mengenai mengapa Chu Weixu kesal padanya pun semakin dibuat kebingungan dengan sikapnya yang tiba-tiba merajuk. Ia segera mengejar Chu Weixu yang sudah mulai menjauh, lalu menarik lengannya sebelum mereka melewati gerbang rumah sakit. Ia pun berseru pada Chu Weixu yang terlihat mengabaikannya.
"Weixu! Tunggu! Aku tidak mengerti apa maksudmu. Tapi, jika kau berbicara mengenai kenapa Qing Hua sampai mau melakukan semua ini, aku tidak tahu. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa."
Chu Weixu berhenti seketika, namun tidak menoleh padanya. Ada jeda lima detik sebelum ia berkata, "Sebaiknya, kita bicarakan ini saat kita tiba di rumah." ia pun segera melangkahkan kaki dan berjalan lebih dulu.
Mendengar pernyataan itu, Ai Zhiyi tertegun memikirkan kata-katanya. Jari-jarinya yang menjepit lengan baju Chu Weixu dengan perlahan terlepas, hingga Chu Weixu menjauh dari jangkauannya, ia tetap diam dengan menundukkan kepala di belakang Chu Weixu, seseorang yang bahkan tidak ingin menoleh untuk mengetahui perasaannya.
Sambil menatap kosong ke tanah, Ai Zhiyi berpikir untuk meyakinkan Chu Weixu bahwa apa yang baru saja ia katakan adalah kebenaran. Namun, Ai Zhiyi lelah untuk menjelaskan apa yang menurutnya tidak perlu untuk dijelaskan, sehingga ia dengan semua berat hatinya pun melangkah, mengikuti Chu Weixu dibalik punggung.
Dalam konteks ini, kata-katanya sudah sangat sederhana, tetapi Chu Weixu terlalu menuruti kemarahannya sehingga ia tidak bisa membedakan antara kebenaran dan kebohongan itu sendiri.
Ai Zhiyi tidak ingin berdebat, bahkan ia tidak pernah berniat melakukannya hingga mereka tiba di rumah.
Namun, sikap Chu Weixu yang terlalu berlebihan dalam memikirkan sesuatu yang tidak Ai Zhiyi mengerti, mengenai kedekatannya dengan Qing Hua, itu membuat Ai Zhiyi harus berteriak dengan keras untuk membuat Chu Weixu berhenti mengatakan hal-hal yang sama sekali tidak pernah terjadi.
"Weixu! Aku hanya bertemu dengannya di rumah sakit hari ini! Jika bukan karena dia yang membawamu ke rumah sakit, aku juga tidak akan pernah membiarkannya untuk menunjukkan wajahnya lagi! Jadi, berhentilah menuduhku sedang menyembunyikan sesuatu darimu."
Ai Zhiyi berhenti sebentar, ia menarik napas dalam diam, mencoba untuk menenangkan dirinya. Itu berhasil, sehingga saat ia berbicara sekali lagi, nada suaranya terdengar sedikit lebih lembut, "Weixu, istirahatlah dan jangan lupa untuk meminum obatmu."
Begitu ia menyelesaikan kata-katanya, ia berbalik dan berjalan menuju meja makan dimana ia meletakkan bingkisan kue dan obat sebelum ia menuju rumah sakit, lalu membuka bingkisan kue tiramisu dengan krim susu di atasnya.
Ai Zhiyi menatap kue itu dengan tetapan kosong, namun ia masih bisa merasakan aroma manis dari kue itu, yang membuat kemarahan dan kekecewaan yang menyesakkan hatinya berangsur-angsur mereda seperti air pasang yang perlahan surut saat senja. Kini, ia merasa sedikit tenang.
Ia menarik sudut bibirnya, dengan perlahan mengukir garis melengkung ke atas pada wajahnya dengan lemah yang menunjukkan kelelahannya. Sejenak ia terdiam sebelum ia berjalan ke sebuah lemari di dekat wastafel dapur untuk mengambil sebuah piring dan garpu, lalu kembali sesaat kemudian di meja makan.
Ai Zhiyi memotong kue tiramisu itu lalu meletakkannya di atas piring. Namun, sebelum ia berbalik untuk membawa kue itu kepada Chu Weixu, tiba-tiba saja Chu Weixu melingkarkan tangannya di perut Ai Zhiyi dengan erat.
Ai Zhiyi terkejut, dan segera menoleh ke samping. Melihat Chu Weixu sedang meletakkan kepalanya di bahunya, ia membuka bibirnya dan hendak bertanya. Namun, sebelum ia mengatakan apa pun, kata-kata Chu Weixu membuat bibirnya kembali mengatup rapat dengan sendirinya.
"Xiaoyi, jangan pernah lupa bahwa kita melarikan diri untuk hidup bersama selamanya. Aku terbuka padamu dan kau juga harus melakukan hal yang sama sepertiku. Jangan pernah lupakan itu," kata Chu Weixu dengan suara kecil yang terdengar seperti bisikan halus di telinganya.
Chu Weixu memejamkan matanya saat ia mengatakan kata demi katanya, sambil merasakan aroma lembut dari Ai Zhiyi. Ia terlihat begitu menikmatinya dan membuatnya tenggelam dalam ketenangan yang ia rasakan saat ini.
Sejenak, ia berpikir bahwa ia benar-benar meyukai aroma dari kekasihnya dan akan selalu menyukainya. Tak ada seorang pun yang memiliki aroma semanis dan selembut aroma kekasihnya sehingga ia tidak bisa membiarkan siapapun menodai apa yang sering ia nikmati. Itu akan membuatnya marah, dan tidak segan untuk melakukan segala hal dengan segala risikonya.
Mungkin Chu Weixu adalah orang yang tampak lemah dengan hemofilia yang ia derita, dimana itu terus menuntutnya untuk selalu meminum obat di setiap harinya. Namun, secara konteks pria, ia termasuk orang yang tangguh dan suka berkelahi.
Ia bahkan bisa menjadi lebih ganas dari seekor macan dan lebih lembut dari seekor kelinci.
Tidak hanya saat mereka sudah dewasa, tetapi di saat remaja, orang-orang tidak akan mengelak dari kebenaran itu.
Mereka percaya bahwa Chu Weixu adalah orang yang bisa menjadi sangat berbahaya.