Chereads / Memandang Lautan Biru Yang Luas / Chapter 18 - Chu Weixu Tersenyum Tak Tahu Malu

Chapter 18 - Chu Weixu Tersenyum Tak Tahu Malu

Keringat membasahi wajah dan tubuh Ai Zhiyi, seperti air hangat di malam yang gelap dan dingin; menetes di pelipisnya dengan lembut. Rambutnya yang sedikit panjang menempel di keningnya, yang menunjukkan kerutan samar ketika Ai Zhiyi merasakan sakit di bagian bawah tubuhnya.

Ia terpejam dengan mulut sedikit terbuka, mencoba untuk merileksasikan tubuhnya yang seolah-olah ... sudah mati.

Setelah Ai Zhiyi mendapatkan rasa sakit dari Chu Weixu dan juga kenikmatan dari orang yang sama, ia merasa tubuhnya benar-benar telah remuk dan sama sekali tidak dapat ia gerakkan.

Ai Zhiyi merasa bahwa setiap sel yang tadinya menjerit kini terdiam, namun ia tahu bahwa mereka semua sedang sekarat. Bahkan, di saat ia mencoba untuk menggerakkan lututnya yang kaku, bunyi tulang membuktikan bahwa sendi-sendi tubuhnya butuh istirahat.

Jika dipikirkan, ia seharusnya sudah terbiasa dengan semua itu, namun Chu Weixu mempunyai banyak kejutan yang tidak mudah ditebak. Ia seperti cuaca yang sering berubah-ubah sehingga sulit memprediksinya dengan pasti. Setiap kali Ai Zhiyi berasumsi, maka itu tidak akan sama dengan apa yang akan terjadi setelahnya.

Sama seperti sekarang. Ai Zhiyi berpikir bahwa Chu Weixu marah dan akan tidur di ruang tamu, namun tanpa ia duga bahwa Chu Weixu akan menidurinya malam ini.

Ai Zhiyi juga tidak menyangka bahwa Chu Weixu akan menyiksanya, seolah-olah ia mengambil alasan mengenai sikap Ai Zhiyi yang memang selalu menangis tersedu-sedu pada awalnya dan akan terseyum begitu Chu Weixu, dengan semua keterampilannya, berhasil membuat Ai Zhiyi tidak bisa memikirkan apa pun selain dirinya dan kegilaannya.

Walau sekalipun Ai Zhiyi telah mengenal Chu Weixu selama dua dekade, sejak mereka hanyalah teman dekat hingga menjadi sepasang kekasih, Chu Weixu selalu memberikan kejutan yang semeriah kembang api, yang menghiasi langit dengan lukisan warna-warni, dan sesakit kulit yang disayat belati, yang bahkan rasa sakitnya adalah hal yang sulit untuk ia lukiskan dengan kata-kata.

Tetapi, Ai Zhiyi sama sekali tidak jera walau hubungan mereka terus berputar dalam siklus yang sama berulang kali selama dua belas tahun. Bahkan, sekalipun jika ia mengetahui dengan jelas bahwa Chu Weixu merayunya dengan berbagai macam omong kosong, ia tidak pernah merasa bosan.

Di dalam ruangan yang hanya diisi dengan kesunyian, suara napas kelelahan mereka setelah kenikmatan itu meledak terdengar sangat puas, terutama Chu Weixu. Mengalahkan suara angin yang telah menjadi saksi keintiman mereka, dan saat ini sedang tertawa melihat betapa lucunya dua manusia itu lelah setelah saling tindih menindih.

Bahkan, mereka berdua berhasil membuat bulan kehilangan wajah, merasa malu untuk menyaksikan malam penuh nafsu mereka, dimana salah satu dari mereka senang dan yang lainnya menangis, sehingga kegelapan seolah-olah datang di antara mereka secara diam-diam, pertanda bulan merasa muak lalu dengan perlahan menjauh. Mereka bahkan hampir tidak menyadari bahwa cahaya itu kini mulai meredup seiring waktu.

Mata Chu Weixu sangat dingin dalam kegelapan, bahkan hatinya juga menjadi dingin setelah mereka bercinta.

Akan tetapi, ada kelembutan yang melintas di matanya seperti meteorit yang melintasi bumi, memancarkan kilauan kuning kehangatan yang menggambarkan kebenaran, sehingga Ai Zhiyi percaya bahwa Chu Weixu tidak lagi memendam kemaharahannya.

Begitulah, setelah Chu Weixu menemukan sesuatu yang manis dan berhasil membuat Ai Zhiyi menangis, semuanya akan mengembalikan suasana hatinya.

Chu Weixu menatap Ai Zhiyi yang sedang telentang di bawahnya seperti orang lumpuh, dalam dan lebih dalam lagi, seakan-akan ia akan tenggelam bersama perasaannya sendiri.

Ia melihat keringat yang bercucuran di wajah Ai Zhiyi, membuat penampilan aslinya nyaris tidak dikenali. Namun, Chu Weixu bahkan tidak merasa bersalah ketika ia melihat orang yang baru saja ia lecehkan sudah tidak berdaya di bawahnya, dan hanya ada kepuasan yang membuatnya tersenyum tak tahu malu.

Untungnya Chu Weixu cukup bisa menahan dirinya dan hanya bercinta sekali. Ia lalu membelai lembut rambut halus Ai Zhiyi sambil berbicara dengan suara berat yang nyaris berbisik, "Mandilah. Atau apa perlu aku mandikan?"

Wajah Chu Weixu terlihat sangat tenang, tetapi dari napasnya, Ai Zhiyi merasakan itu sangat ganas saat menerpa wajahnya, sebagaimana penyiksaan itu.

Ketika Ai Zhiyi mendengar kata-katanya, ia hanya bisa menggeleng lemah, lalu berusaha menggerakkan jari-jarinya untuk mengancingkan piyama dengan susah payah dalam kegelapan.

"Xiaoyi," Chu Weixu menggumam pelan sebelum ia menyeka keringat di kening Ai Zhiyi dan terseyum. "Xiaoyi, apa kau tak apa? Apa aku melukaimu?"

Suaranya lembut dan terdengar sabar, sehingga tidak ada yang bisa menyalahkannya atau sampai membenarkan perbuatannya.

Walau begitu, kata-katanya seolah ingin membuat Ai Zhiyi tertawa terbahak-bahak. Jika saja tenaganya tidak terkuras habis setelah memperjuangkan satu jam hidupnya malam ini, mungkin ia sudah menertawakan Chu Weixu.

Bagaimana bisa ia menanyakan hal itu? Tidakkah ia menyaksikannya sendiri bagaimana ia berjuang untuk menahan rasa sakitnya?

Namun, Ai Zhiyi tidak bisa terlalu memikirkan hal ini untuk waktu yang lama. Ia hanya bisa menjawab dengan suara kecil dan sedikit serak yang terdengar menyedihkan, "Tidak ... tidak apa-apa."

"Kalau begitu mandi. Kau bisa sakit perut," kata Chu Weixu dengan sedikit membujuk. Kemudian, ia menggeser tubuhnya, berbaring di samping Ai Zhiyi, dengan satu tangan menopang kepala.

Ai Zhiyi selalu merasa bahwa nada intim Chu Weixu adalah senjata terbaik untuk melumpuhkannya. Tetapi, ia merasa terpuaskan karena tidak takluk untuk saat ini.

Ai Zhiyi merasa begitu kelelahan dan ingin tidur, meringkuk dengan punggung menghadap ke arah Chu Weixu sambil berkata, "Itu tidak masalah."

Pada awalnya, Ai Zhiyi tidak tahan dengan rasa sakit, bahkan untuk sekedar sakit perut. Tetapi, waktu membuatnya banyak belajar dan berhasil melewati banyak penderitaan dengan banyak hal menyakitkan yang tidak bisa dilukiskan. Mulai dari bagaimana rasa sakit dari sebuah tamparan berdengung sepuluh tahun lalu, yang bahkan masih menempel di wajahnya hingga saat ini, hingga rasa sakit dari kehidupan lima tahun mereka yang keras. Jadi, kekerasan seksual dan bagaimana ia akan menderita sakit pada ususnya adalah hal yang sangat sepele jika dibandingkan dengan periode rasa sakit mereka sebelumnya.

Chu Weixu tidak menunjukkan ekspresi, selain ketenangan dan tanpa rasa bersalah di wajahnya, bahkan ia tidak terlihat menyesalinya sama sekali. Namun, begitu ia mendengar kata-kata Ai Zhiyi, ia merasa hatinya menjadi sangat dingin. Ia mencoba untuk tersenyum namun gagal, menunjukkan senyuman yang tak sampai di wajahnya. Ia lalu mengulurkan tangan, meraih pinggang Ai Zhiyi yang ramping, lalu memeluknya dan berkata, "Istirahatlah. Kau pasti lelah, bukan?"

Tubuh Ai Zhiyi kurus dan kecil. Chu Weixu begitu menyukainya, dan membuatnya merasa gemas. Tetapi, ia telah bersikap egois sebelumnya dan jika ia menuruti keinginan kotornya sekali lagi, ada ketakutan di hatinya yang tidak akan bisa ia hadapi.

Chu Weixu mengenal Ai Zhiyi cukup baik. Ai Zhiyi adalah orang yang mudah dipaksa berkali-kali, tapi jika dilakukan dalam suasana hatinya yang buruk — bahkan dibujuk dengan kata-kata selembut apa pun, hatinya bisa menjadi sekeras batu.

Ai Zhiyi tidak akan segan untuk mengabaikannya berhari-hari — bahkan menelantarkannya seperti orang buangan. Walaupun Ai Zhiyi terlihat lemah, ia sendiri memiliki hati yang sulit dibujuk ketika ia marah, jadi Chu Weixu memilih untuk membiarkannya malam ini.