Lin Xiao Yi baru saja turun dari taksi. Dahinya berkerut ketika melihat mobil mewah yang terparkir di depan rumah mereka. Kacanya tidak tembus pandang sehingga Xiao Yi tidak bisa melihat ada orang atau tidak di dalam. Ia justru mengira mobil itu mungkin rusak atau mogok sehingga ditinggalkan oleh pemiliknya di sana.
"Percuma saja mobil bagus tapi tidak bisa jalan," cibir Xiao Yi. Dilihatnya di sekeliling ternyata tidak ada orang, ia pun menendang cukup keras mobil itu.
"Aduh," rintih Xiao Yi karena kakinya terasa sakit.
"Dasar mobil sialan!" umpatnya dengan rasa kesal.
Tanpa sengaja Xiao Yi memandang wajahnya di dalam kaca yang sangat mengkilap sehingga bisa digunakan untuk bercermin. Rambutnya terlihat berantakan sehingga Xiao Yi menyisirnya menggunakan jarinya agar lebih rapi lagi.
Dengan penuh percaya diri, Xiao Yi bahkan memutar tubuhnya beberapa kali. Kebetulan disana memiliki penerangan yang cukup bagus.
Xiao Yi tersenyum dan menggerakkan bibirnya sembari bercermin, ketika tiba-tiba saja kaca mobil diturunkan. Mata Xiao Yi langsung terbelalak lebar ketika melihat siapa yang ada di dalam.
"Kau …." ucap Xiao Yi dengan rona wajah yang memerah. Ia sungguh merasa malu hingga ingin membenturkan kepalanya di mobil itu. Padahal seharusnya ia marah karena pria karena sudah membuatnya dipecat. Tapi ia terlalu malu untuk menatap matanya.
"Tidak usah terkejut seperti itu. Sudah selesai bercermin? Jika belum selesai kau bisa melanjutkannya lagi," tukas Li Zheng Yu dengan wajah datar.
"Ah, sudahlah aku harus ke dalam." Wajah Xiao Yi benar-benar terasa memanas gara-gara pria itu. Seharusnya ia tadi tidak ceroboh dengan bercermin padahal hari sudah malam.
Xiao Yi segera melangkah untuk membuka pintu gerbang sembari memukul dahinya berulang kali.
"Xiao Yi, kenapa kau begitu bodoh?" gerutu Xiao Yi pada dirinya sendiri dengan rasa kesal.
Dengan tenaga yang sudah terkuras, Xiao Yi mendorong pintu gerbang. Tadinya akan langsung menutup pintu. Namun belum sempat menutupnya anak dan ayah itu sudah berdiri di belakangnya.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" ujar Xiao Yi sembari memandang ayah dan anak yang bergandengan tangan. Jika dilihat dengan seksama wajah Mei-Yin persis dengan ayahnya.
"Bibi, ayo ke rumah kami," ajak Mei-Yin sembari berjalan ke arah Xiao Yi hendak meraih pergelangan tangannya. Namun Xiao Yi justru memindahkan tangannya.
Bagi Xiao Yi, selucu apapun anak kecil tetap saja tidak anak pernah bisa menyukainya kecuali jika suatu saat nanti memiliki anak sendiri.
"Aku tidak bisa, aku lelah dan ingin tidur. Sebaiknya kalian pergi saja dari sini," usir Xiao Yi dengan nada ketus. Masih teringat dengan jelas bagaimana kmaren Li Zheng Yu meremehkannya.
"Kalau begitu biarkan kami ikut ke dalam bersama Bibi. Ayah bisa memijat tubuh Bibi jika lelah," ucap Mei-Yin dengan mengerjapkan kedua kelopak matanya.
Xiao Yi dan Li Zheng Yu sontak langsung berpandangan. Namun Xiao Yi segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Bukankah begitu, Ayah?" tanya Mei-Yin dengan wajah polos.
"Mei-Yin, jangan berkata tidak sopan seperti itu," ujar Li Zheng Yu pada putrinya yang sudah keterlaluan.
"Dasar pria mesum. Ini pasti akal-akalanmu mengajari anak sekecil dia untuk berbicara seperti itu," sindir Xiao Yi sembari memandang pria di depannya dengan tatapan jijik.
Li Zheng Yu hanya memasang wajah datar mendengar ucapan dari Xiao Yi.
"Sebaiknya kalian pulang saja karena sudah mengganggu istirahatku," ujar Xiao Yi agar mereka segera pergi dari pandangannya.
Mendengar Xiao yang mengusir mereka, Mei-Yin langsung berkaca-kaca dengan bibir yang sudah cemberut.
"Baiklah, kami akan pulang. Maaf jika kami mengganggu Bibi," ucap Mei-Yin dengan nada sendu karena merasa kecewa akibat penolakan Xiao Yi. Padahal mereka sudah menunggu hampir dua jam lamanya di dalam mobil.
Lin Xiao Yi menghela nafas panjang. Merasa tidak tega mendengar nada kecewa dari Mei-Yin.
"Baiklah, kalian boleh masuk."
"Benarkah?" Mei-Yin menegakkan kepalanya dengan raut wajah yang begitu mengembang.
"Hmmm," sahut Xiao Yi dengan tidak semangat.
"Hore!" seru Mei-Yin sembari berjingkrak karena sangat gembira.
Li Zheng Yu mengikuti langkah Mei-Yin yang sudah masuk terlebih dahulu ke dalam rumah. Ia tidak habis pikir kenapa putrinya sangat menempel pada gadis yang dengan jujur mengatakan tidak menyukai anak-anak.
Xiao Yi meraba saklar di dinding untuk menghidupkan lampu. Keadaan benar-benar gelap gulita karena sepertinya Fang Yin belum pulang. Ia berharap agar sebentar lagi Fang Yin segera pulang sehingga bisa menghadapi anak itu bersama-sama.
"Tetaplah di sini karena aku akan membersihkan tubuhku terlebih dahulu. Terserah kalian akan melakukan apapun," ujar Xiao Yi seraya melangkahkan kakinya menapaki anak tangga ke lantai dua.
Li Zheng Yu memilih duduk di sofa yang sudah lusuh tidak terawat. Bahkan