Chereads / but love your self.. / Chapter 8 - kisahkasih

Chapter 8 - kisahkasih

"BIRUUUUUU"

teriak bintang mengusir burung burung yang hinggap di gedung sekolah.

"Maaf, aku minta maaf bintang"

"HEH maaf itu gak bisa merubah apa apa yah!! sekarang baju gue ikut bau kan!!"

"Loe itu sadar gak sih?? Udah bikin onar dan selalu eloee dimana mana..."

"Sadar diri dong!!!

" Loe tau kenapa orang orang tutup hidung?? Hah...loe pikir itu gak ada apa apa??..so what?

"Heh BODOH, itu gara gara loe B-A-U BAU tau loe.."

"Pikir dong pakai otak!! di sini tuh kampus bergengsi, siswa nya pintar, cantik dan wangi!!"

"Kalo aja lu bukan anak di--"

"Bintang, loe gak seharusnya begitu sama biru.." Naufal menyela omongan bintang yang kurang ajar.

Biru hanya terdiam menundukan kepalanya. Teriak bintang tadi berhasil mengundang banyak perhatian orang.

"Kasian juga tuh anak kalo di pikir pikir...." gumam Rizki dalam hati.

Rizki merasa bersalah membawa biru lari ke perpustakaan.

Biru mulai menitikan air matanya, tapi ia berusaha tegar menghapus air matanya itu.

Bintang juga terlihat kikuk setelah Naufal menyelanya berbicara.

"Aarrggh...." Bintang memilih pergi meninggalkan matanya yang mendelik untuk Biru.

Biru juga tak sanggup berkata apa apa dengan matanya yang masih menangis, biru cukup sadar diri pergi meninggalkan perpustakaan.

"Bubar semuanya....." Naufal mengusir orang orang yang saat ini mengerubungi perpustakaan.

Rizki meminjam masker Naufal sebelum akhirnya mengejar biru.

"Ciaelahh...malah dilanjutkan dramanya" salah satu penonton membuka suara.

"Biru berhenti....

Aku minta maaf" Rizki memandangi Biru yang masih menangis dan menundukan pandangannya.

Biru masih tak sanggup mengatakan apa apa, ia menelan ludah  menarik nafas pelan dan hanya anggukan yang di berikannya untuk Rizki.

Biru kembali melangkahkan kakinya pelan meninggalkan Rizki yang mematung di depannya.

Biru memutuskan langsung pulang, tanpa mengikuti kelas selanjutnya..

Bulan mengejarnya, tapi sayang biru tak mendengarkan bulan kali ini. Bulan tau biru butuh waktu sendiri dan bulan hanya bisa menatap biru pergi dari parkiran motor kampus.

Di sepanjang perjalanan pulang, biru menarik gas motornya kencang tak peduli lampu merah pun di tabraknya, biru terus menangis ditengah angin menerpanya....

Biru merasa dirinya tak berguna kecuali hanya pangkat ayahnya sebagai direktur yang bisa membayar apapun demi Biru.

--

Bel kelas berbunyi...

Semua mahasiswa berhamburan masuk ke kelas nya masing masing..

Begitupun dengan bulan, tapi saat ini bulan merasa kesepian karena biru tidak ada.

Naufal dan Rizki pun memasuki kelas...

Naufal melihat di mejanya ada kunci dengan gulungan kertas..

" Acieee apaan tuh??" Rizki menaikan alis nya penasaran.

"Ih apaan sih, bukan apa apa" Naufal langsung mengambilnya dan membuka kertas itu di bawah meja (diam diam dari Rizki).

"Terimakasih" Entah apa yang membuat Naufal sekarang tersipu malu hanya karena tulisan ini dan Naufal tau penulis kata itu..

"Idih senyum senyum sendiri....ada apa nih cerita dong" Rizki masih merayu Naufal untuk memberitahu apa yang terjadi.

"Eh loe kentut yah???ketularan biru nih pasti.....awas ah gue mau pindah" Naufal kejam menuduh Rizki kentut sampai seluruh isi kelas melirik ke arah Rizki.

"What???.....i'm no okay.."

Rizki gegelagatan mengelak karena ia memang tak kentut..

Naufal melangkahkan kakinya pindah ke bangku biru, tepatnya samping Bulan.

"Si aduh...modus nya parah....ngorbanin sahabatnya nih" gerutu Rizki melihat tingkah Naufal yang ingin duduk di sebelah bulan.

Bulan tak berkutik sedikitpun, hati nya hanya terus menggerutu "ih biru kenapa kamu pulang??"

"Itu tuh si Rizki kentut...gak papa kan aku di sini, aku gak kuat, pengap di sana..." Naufal bertanya pada bulan, bulan hanya mengangguk tak menghiraukan.

Dosen pun mulai memasuki kelas dan kali ini membahas tentang kepedulian dokter terhadap lingkungan sekitar...

"Lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih. Jadi kebesihan itu penting.....bla..blaa...blaa" dosen menjelaskan hal itu.

"Ih kenapa sih Naufal tuh ngeliatin terus!!" Kesal bulan yang melihat Naufal dari pojok matanya.

Bulan benar benar tidak fokus dengan tingkah Naufal..

Bulan memberanikan diri menatap balik Naufal dengan tatapan kejam agar Naufal tidak memperhatikan bulan terus.

Naufal hanya tersenyum dan langsung menundukan kepalanya. Naufal menulis dalam bukunya "sama-sama" dan menggeser kan bukunya pada Bulan.

Bulan hanya melihatnya sekilas. Tak memberikan respon apa apa....

"Naufal coba kamu jelaskan tentang kebersihan..." Dosen menyentil Naufal yang daritadi tak fokus memperhatikannya..

Naufal mengangkat diri dari kursinya dan mulai berbicara

"Rasulullah Saw bersabda:انالله جميل و يحب الجمال. Allah itu indah dan menyukai keindahan." Dengan simpel dan tidak bertele tele Naufal hanya membacakan hadist Rasulullah Saw itu.

"Naufal kita sedang membahas kebersihan bukan keindahan.." dosen menegaskan Naufal untuk fokus.

" Apa yang salah?" Naufal mengankat kedua pundaknya.

"Bukankah kebersihan itu indah??" Lanjut Naufal.

Sang dosen di buatnya tak habis pikir, Naufal bisa memahaminya dari segi manapun.

Bulan pun ikut tersenyum kecil dengan penerangan Naufal. Naufal melihat senyum itu dan menelan nya pelan...

"Andaikan si tengil mengerti tentang kebersihan itu.." gumam Rizki dalam hati memperhatikan pentingnya kesadaran kita akan kebersihan.

You don't know...

You don't know you're beautiful....

Kata itu Naufal tulis dalam hatinya ketika bulan tersenyum kecil karenanya...

--

Biru sampai di rumah....

Biru memarkirkan sepeda motornya tepat di depan pintu. Turun dari motornya, membuka pintu dan membanting keras pintu.

Bibi di buatnya kaget. Karena biru tak pernah seperti ini. Biru terkesan anak periang dan tegar di mata bibi.

" Non biru, non biru kenapa??" Bibi mengikuti biru yang terisak sembari jalan bergegas menuju kamar.

Blamm...

Biru menutup pintu kamar.

Pintu itu menghalangi bibi yang hendak masuk kamar biru.

"Non biru, cerita ke bibi ada apa ini??"

Biru sempat berpikir, bibi juga di bayar oleh ayah untuk mengurusi Biru. "Seandainya bibi tak di bayar dia juga tak akan sepengertian ini padaku."

"Bibi..aku ingin sendiri" Terdengar Isak tangis biru mengusir pelan bibi.

Bibi menyerah, dan mengerti bahwa biru butuh waktu sendiri.

--

Dalam kamar biru terus menangis melempar barang barangnya yang bisa di bilang itu sangat mahal.

"Aku gak butuh ini semua!

Aku tidak butuh kalian!!!"

Teriak biru di iringi isak tangis.

Sampai akhirnya ia lelah sendiri dan merebahkan dirinya di kasur. Menengadahkan wajahnya ke atap kamar "aku harus melakukan apa??" gumamnya dalam hati.

Perlahan menutup matanya pelan dan tak sadar sudah berada di alam mimpi.

--

Jam kelas selesai...

Semua mahasiswa berhamburan keluar kelas...

Sama hal nya dengan bulan, ia berjalan menuju area parkir. Putih dengan polet pink, itulah warna sepeda motor bulan.

Bulan mulai menaiki sepeda motornya, memakai helm, menghidupkan motor, dan siap berangkat.....

Satu menit dua menit motor masih berjalan seperti biasa. Tapi setelah itu, bulan merasa motornya tak seimbang, motor yang di bawa nya oleng.

"Eh..eh ini kenapa yah??

TİDİİİTT...." Bulan panik bukan main, Bulan menekan keras tombol klakson di motornya berkali kali.

Semua mahasiswa yang sedang berjalan menuju luar area kampus pun kaget dengan suara klakson bulan, dan mulai menyingkir dari tengah jalan....

Naufal yang berada di tengah keramain itu pun mengejar motor bulan yang oleng...

Tap tap tap  tap  tap....

"Bulan yang perlu kamu lakukan sekarang hanya tenang dan tarik rem.." Naufal berlari dan berteriak agar bulan mendengar arahan itu..

Bulan bisa mencerna perkataan Naufal, dan mulai menarik nafas pelan "Oke...aku harus tenang....

Dan tarik rem.." Bulan mengikuti arahan Naufal.

Bulan berhasil untuk tenang dan menarik rem. Tapi bulan lupa untuk menurunkan kakinya...

"BRUKKK..." Bulan terjatuh dengan motor yang di kendarainya.

"Awww sakit...." Bulan merintih kesakitan.

Naufal segera menghampiri Bulan dan mengangkat motor yang menimpa tubuh Bulan....

"Kamu tidak apa apa??" tanya Naufal mengulurkan tangan nya.

"Aku bisa sendiri." Bulan menolak mentah tangan Naufal, mengisyaratkan ia bisa berdiri sendiri.

Satu kaki Bulan tak mampu menopang tubuhnya karena timpaan motor tadi. Tapi, Bulan masih bersikeras tak membutuhkan bantuan Naufal.

"Yah....ban nya bocor.

Tapi kenapa bisa yah, perasaan tadi berangkat baik baik ajaa.." Bulan menggerutu sendiri tak habis pikir kenapa ban motor nya bisa bocor.

"Emmmm...ayo ikut aku."

Naufal menawarkan bantuan.

"Tidak, terimakasih. Aku hanya perlu berjalan sedikit untuk menemukan bengkel." Tolak Bulan dengan menundukan pandangannya.

"Bulan...kaki kamu tak akan kuat menompang motor. Sementara bengkel cukup jauh dari sini." Naufal berusaha agar Bulan mengerti dan mengikutinya.

Bulan mengangguk menyetujui Naufal, membiarkan Naufal membantunya.

Naufal tersenyum (dalam hati)...wkwkwk

"Kaki kamu sakit, kamu naik saja di atas motor, biar aku yang menuntunnya." Naufal menggoda bulan yang sebenarnya tau itu tidak  akan mungkin terjadi.

"Iiihhh apaan sih..." gumam Bulan dalam hati.

"Aku kuat kok berjalan." Bulan lebih memilih menahan sakit itu daripada menaiki motornya.

"Yaudah.....sini motornya saja yang aku tuntun." Naufal mengambil alih motor yang di pegang bulan.

Bulan memutuskan berjalan di belakang Naufal yang menuntun motornya.

--

"Iihhhh selalu gagal...kenapa sih Naufal ngebantuin tuh mayat hidup???"

Bintang memperhatikan Bulan dan Naufal dari kejauhan.