Bulan turun dari motor, menghela napas panjang dengan memejamkan matanya, matanya terlihat berkaca kaca.
Bulan berpikir, andaikan dia memilih naik bus saja mungkin saat ini Bulan sudah sampai di rumah.
Saat ini Bulan tak bisa memutuskan apa apa. Naik bus pun ia tak berani jika sudah malam seperti ini.
Naufal, Rey, dan ibu juga masih memikirkan bagaimana Bulan pulang. Inginnya ibu, Bulan menginap saja. Tapi itu tidak mungkin....
Trrd....trrd..trdd..
Bulan segera mengambil handphone nya yang bergetar.
"Assalamualaikum ibu..."
"Bulan, kenapa kamu belum pulang, ada apa?? Ibu dan kak farel khawatir."
"Maaf ibu, ban motor Bulan bocor, sekarang Bulan di rumah teman, Bulan belum tau bagaimana pulang."
"Syukur kamu tidak apa apa, kenapa menangis? Ibu tau, sekarang kamu tak akan berani naik bus kan. Tak apa Bulan jika kamu mau bermalam di rumah temanmu itu."
"Oh iya....siapa nama temanmu?" Lanjut ibu Bulan dari dalam handphone.
"Naufal Bu"
"Apa?? NAUFAL?? Dikira ibu temanmu itu perempuan.... Yasudah sekarang juga kakakmu jemput. Kamu tunggu yah. Alamatnya kamu SMS kan."
Tiiiittt...
Telepon ditutup secara sepihak. Ibu Bulan segera menyuruh farel untuk menjemput adiknya...
Bulan menjelaskan kepada Naufal, Rey, dan ibu dari dua anak itu bahwa Bulan akan di jemput kakaknya...
Bulan merasa tak enak dengan keberadaanya sekarang. Ibu Naufal meminta maaf tidak bisa mengantarkannya pulang, kemudian membawa Bulan untuk menunggu kakaknya di dalam rumah.....
Angin tak berhenti mengisi kehidupan manusia. Meskipun hari sudah gelap, meskipun mentari tiada dan senja telah pergi.
Cukup merasakan tanpa melihat
Cukup tau tanpa mengenal
Cukup menikmati tanpa bersuara...
Lampu jalanan terlihat menggelayut di tampung tiang yang cukup tinggi, ikut berperan penting menciptakan cahaya di malam hari....
Bulan akhirnya pulang setelah Farel sampai menjemputnya. Tak lupa sebelum pulang, farel pamit kepada keluarga Naufal dan meminta maaf sudah merepotkan...
Dalam perjalanan Farel terus menekan Bulan untuk bercerita apa yang sudah terjadi. Tapi Bulan tak menghiraukannya, ia lelah dan saat ini butuh istirahat. Toh nanti ibunya pun akan memintanya untuk bercerita.
Dan benar. sesampainya di rumah ibu Bulan banyak sekali bertanya. Bulan lelah memilih mengambil langkah ke dalam kamar merebahkan diri "Hari yang melelahkan"gumamnya dalam hati.
🍁🍁🍁
Ku..kuruyuk...
Ayam selalu mendahului manusia untuk bangun di pagi hari meskipun tak ada kegiatan yang akan dilakukannya. Ayam tak bekerja, tak sekolah, apalagi menyiapkan sarapan. Tapi ia tetap semangat mengawali pagi hari dengan suara jantannya.
Hoaam...
Biru menggeliat bangun dari tidurnya. Bibi sudah berada di kamarnya untuk membuka jendela kamar Biru membiarkan udara segar untuk singgah. Bibi berbalik badan dan tersenyum melihat Biru yang sudah terbangun, meskipun sekarang sedang sibuk dengan handphonenya.
Biru tersadar bibi sedari tadi memperhatikannya.
"BI ada apa?? Kok mematung disitu ngeliatin Biru sambil senyam senyum sendiri ??"
"Bibi senang non Biru udah bangun..." Bibi merasa akan ada perubahan besar pada Biru.
Biru menekan tombol play di layar kaca handphone nya yang tertulis "the lazy song Bruno mars" Biru mengangkat alis sebelah ke arah bibi diiringi tangannya menunjuk layar kaca handphone dan kembali menarik selimut...
Musik...play
Bibi tak mengerti musik yang di putar. "Loh kok tidur lagi non??"
Dari dalam selimut Biru menjawab "Tidak ada yang ingin kulakukan hari ini"
Aku hanya ingin berbaring di tempat tidur...
Tidak akan mengangkat telepon. Meskipun saat ini Bulan terus berusaha menelepon....
"Jangan gitu non" tegur lembut bibi, mengingatkan juga hari ini Biru harus tetap berangkat kuliah. Bibi terus membujuk Biru, bahkan bibi rela jika Biru kuliah ingin ditemani sepanjang waktu oleh bibi agar tak ada yang mengganggu Biru.
"Emang bibi bisa apa?? Pokoknya hari ini tidak ada yang ingin aku lakukan bi!!" Tegas Biru sedikit menekan.
"Ini istanaku, tidak ada yang bisa bilang aku tak bisa di sini..."
Biru masih tenggelam mendengarkan musik yang di putarnya...
"Non, bibi baru ingat ada kabar gembira buat non Biru" bibi baru teringat tuannya semalam menelepon.
"Tuan dan Rubi akan pulang hari ini" lanjut bibi.
"Apa?? Daddy pulang sekarang?? HOREE"
Biru langsung terperanjat dari sarangnya, segera siap siap berangkat kampus. Ia tidak ingin mengecewakan ayahnya....
--
"Masker masker.....ayo maskernya dibeli dibeli" Naufal terus berteriak memancing mahasiswa lain untuk membeli masker. Sedangkan Rizki sedang melayani satu dua mahasiswa yang membeli masker.
"Naufal katanya bakal laris manis, gimana nih bukannya untung malah buntung. Rizki sedikit kesal karena ia mengeluarkan modal sangat banyak. Tetapi yang membeli satu dua.
"Apaan sih Ki, baru 10 menit juga"
"Wkwkwk...." Rizki tertawa.
Waktu terus berjalan.
1 jam berlalu. Rizki membereskan masker maskernya kedalam tas besar, karena Saatnya Rizki dan Naufal harus masuk kelas. Sementara Rizki terus menggerutu karena yang membeli terhitung hanya 5 orang.
"Ki keluarin lagi masker maskernya Ki...loe harus liat ini." Naufal terperanga melihat ke arah sesuatu di depannya, dan Naufal menyuruh Rizki untuk melihatnya.
"Apa sih loe gak guna banget." Rizki masih menggerutu tidak mempedulikan Naufal. Sampai akhirnya Naufal mendongakkan wajah Rizki agar melihat ke arah di depannya...
Rizki membelalak, terlihat di ujung sana orang orang berhamburan kearahnya...
Yang terlihat dari raut segorombolan itu menginginkan masker.
Rizki segera mengeluarkan masker maskernya kembali dan memberi aba aba pada Naufal "siap siap fal..."
"Pucuk di cinta, ulang pun tiba." ucap Rizki dan Naufal bersamaan sembari merapikan diri bersiap melayani para pembeli dengan raut muka bahagia.
Tapi tak disangka.....
Segerombolan orang itu berebutan mengambil masker tak beraturan. Rizki dan Naufal kewalahan dengan kerusuhan yang terjadi sekarang...
Rizki sudah tak memikirkan para bajingan yang tak membayar maskernya. Yang sekarang ia pikirkan adalah keselamatannya di tengah tengah kekacauan ini...
Naufal menarik tangan Rizki ke bawah untuk merunduk dan merangkak menjauhi keramain...
"Aawww" tangan Rizki diinjak seseorang. Sementara tubuh Naufal terseret kesana kemari sampai akhirnya berhasil keluar dari keramain itu. Dan tak lupa Rizki pun bernasib sama...
"Huuuhh kita selamat." ucap Naufal lega. Naufal melirik Rizki di sampingnya, Rizki tak berguming sedikitpun, ia hanya menelan ludahnya kasar dengan tatapan datar yang berhasil mengeluarkan air mata pelan....
Sampai akhir dari segerombolan itu munculah Azura biru salsabila dengan berjalan santai. Terlihat wajahnya polos yang semakin membuat Rizki muak melihatnya....
Rizki mengusap air matanya kasar, bangkit dari duduknya dan bersiap diri menghampiri Biru. Tapi sayang, Naufal mencegahnya dan membawa Rizki menuju kelas...
--
Naufal dan Rizki sampai di kelas..
Tanpa sepengetahuan Rizki, Naufal mengeluarkan masker dari dalam saku dan menyimpannya di atas meja Bulan.
Tak lama dari itu, seorang laki laki asing memasuki kelas, dan duduk di tempat Bulan. Beberapa saat kemudian, Biru menyusul dan berhasil dibuat keheranan dengan keberadaan lelaki itu. Tubuhnya tinggi, matanya bersembunyi dibalik kacamata hitamnya, hidungnya Mancung, telingannya tertutup hedset, dan yang terakhir, pandangannya tak lepas dari buku di hadapannya.
Lelaki itu sepertinya terkejut juga dengan kedatangan Biru yang duduk di sebelahnya, ia sedikit menggeser bangkunya menjauhi Biru dan memakai masker yang ada di meja Bulan.
Naufal pun dibuat keheranan dengan lelaki ini.
"Siapa dia?? Bisa bisanya duduk sembarangan dan memakai masker di bangku Bulan....." Gerutu Naufal dalam hati.
Naufal ingin memberitahu Rizki, tapi Rizki masih terus menangis dan tak mungkin menghiraukannya...
"Biruu....Biruu....Biruuu" Naufal sedikit berbisik memanggil Biru untuk bertanya siapa seseorang di sampingnya. Tapi Biru masih terpesona dengan lelaki itu tak mendengarkan Naufal terus memanggilnya.
Dengan sedikit kesal, Naufal melemparkan pulpen di tangannya ke arah Biru.
"Aaawww..." Biru menoleh kesakitan dan melihat Rizki tertawa puas melihatnya. Biru menatap Rizki tajam..
"Heh...itu aku, bukan Rizki..
"Jelas Naufal.
Biru mengalihkan pandangannya ke arah Naufal..."Itu siapa yang duduk di samping kamu?? Terus Bulan kemana?? Kok belum datang??" Lanjut Naufal.
Biru hendak menjawab, tapi Rizki menyelannya "tuh Bulan" menunjuk Bulan yang baru sampai dan melangkah menuju Biru..
Biru langsung menoleh..
"Bulan, itu siapa??" Bisik biru pada Bulan yang sudah berdiri di sampingnya.
"Ihh..Biru harusnya aku yang tanya kamu" Balas Bulan. Dan Biru hanya menggeleng menandakan tidak tahu..
Sadar telah menimbulkan sedikit kerusuhan, lelaki di samping Biru itu berdiri memandang ke arah Bulan.
" Kamu jadi asisten saya hari ini." Ucapnya diiringi langkahnya menuju meja dosen.