Chereads / CHRYSANT / Chapter 26 - Free !!!

Chapter 26 - Free !!!

Lelaki itu seperti habis bermimpi buruk tanpa akhir, bukankah itu lebih baik, rasa-rasanya ia ingin menghapus beberapa ingatan tentang hidupnya saat ini.

Ia hampir menangis lagi kalau saja pintu tidak tiba-tiba terbuka dan nampaklah Leo bersama seorang perempuan.

" Rio, dia dokter yang akan mengawasi mu minum obat mulai sekarang. "

Rio ingin lari dari sana, mendengar ucapan Leo.

Seperti itukah penyakitnya sehingga memerlukan seorang pengawas minum obat segala.

Mata Rio dan Anggraini saling bertaut, Anggraini pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya sedikit sebagai tanda salam.

" Selamat siang, mulai hari ini dan seterusnya aku akan menjadi teman anda. " Anggraini bermaksud mencairkan suasana dengan mengganti kata pengawas menjadi teman.

Tetapi, tetap saja itu tidak menarik bagi Rio dan belum apa-apa dia sudah merasa terpenjara.

***

" Rio … " suara Anggraini berbarengan dengan ketukan pintu kamarnya, Rio melenguh sebal namun ia yang sebal mau juga membukakan pengawasnya yang menyebalkan itu.

" ada apa ? … " Rio malas menanggapi Anggraini yang sudah pasti meminta ia minum obat.

" ayo minum atau ku adukan sama ibu mu kalau kamu memetik bunga di taman. " ancaman Anggraini sedang berlaku, membuat Rio tak berkutik. secara tadi mereka memang memetik mawar Ayu yang tumbuh di taman.

Dan selama beberapa hari mengawasi Rio, Anggraini  jadi tahu bagaimana cara menghadapi anak ini, termasuk soal ancaman.

Rio melototi Anggraini sambil meminum obatnya, ia sedang berpikir bagaimana cara membuat Anggraini menjauh darinya dan tidak bisa melakukan tugasnya sebagai PMO.

" Rani, apa kamu tidak bekerja dan ditugaskan keluar kota ? … " Rio memutar otaknya.

" aku sudah ditugaskan keluar kota dan aku bisa bekerja di rumah sakit sekarang. " gagal total niatan Rio.

" besok kamu bisa libur ? aku mau keluar kota sama orang rumah termasuk Leo dan kak Lena. " Rio masih membuat alasan.

" Oo … " hanya itu tanggapan Anggraini, ia pergi keluar kamar Rio tanpa berujar lagi kepada Rio.

Rio tersenyum merasa berhasil.

***

" hmm … " Anggraini tersenyum merasa diajak bermain bersama Rio yang membohonginya.

" baiklah bu, besok saya minta libur bolehkan bu ? … " Anggraini yang sedang mengobrol dengan Ayu meminta izin.

" boleh saja … kalau nak Rani memang sibuk. " Ayu memang bukan tipe pemaksa.

Ayu menyiapkan makan malam untuk anak-anaknya, " Rio, besok Anggraini tidak datang kemari karena sibuk. " Ayu mengabarkan kabar gembira kepada Rio yang menginginkan hal itu terjadi.

***

Esok harinya

Rio memandangi meja belajarnya dan disana tertata rapi obat-obatan yang harus diminumnya setiap hari sekedar mengurangi rasa sakit dari penyakitnya.

" hah ... aku bosan melakukan ini semua ... " Rio berucap dalam hati, sedang matanya masih

focus dengan obat dimeja belajar.

Daripada meminum obat ia lebih senang membaca comic yang sudah jarang ia baca karena sibuk menghadapi ujian, ia mengambil sebuah buku comic dan membacanya sambil bersantai di kursi belajarnya.

" Rio ... sudah minum obat belum ? " suara Ayu terdengar dari balik pintu kamar sambil mengetuk pintunya.

Rio gelagapan ia sibuk menenggak obat-obatan yang bertumpuk dimeja belajar dan harus ia minum untuk satu hari ini.

" iya bu ... sudah ! " Rio menepuk-nepuk dadanya yang terasa penuh sesak dengan obat dan air.

Pintu terbuka wajah Ayu berhias senyum, ia tahu kalau Rio sudah bersusah payah meminum obatnya meski dibelakang nanti anaknya itu akan menggerutu.

" anak pintar ... setelah minum obat istirahat ya ! nanti Rani akan datang lagi menemani kamu, setelah pekerjaannya selesai. "

Rio tersenyum, ia tidak bisa bilang kalau ia tidak membutuhkan perawat yang 24 jam siap membantunya, ia ingin bilang ia baik-baik saja tetapi ia takut kata itu akan menyakiti perasaan ibu Ayunya.

***

Hari ini terasa sangat cepat, tidak ada yang memaksanya minum obat dan dia bisa seharian mengurung diri di kamar dalam keadaan rumah kosong.

Leo bekerja dan Ayu melakukan aktifitas diluar rumah seperti biasa.

***

Tiba-tiba Rio memeluk dan menciumi Leo yang hampir tertidur di kamar.

Leo yang mendapat serangan tiba-tiba langsung menghempas Rio yang masih memeluknya manja.

" heh, otak loe nggeser ya ? ... gue loe ciumin, jangan-jangan loe suka lelaki ya ? ya ampun kasihan !!! " Leo menghindari adiknya yang disangka menyimpang. Tangannya sibuk

mengusap pipinya yang beberapa kali jadi sasaran bibir Rio.

" what ? ... I'm not a gay idiot, I'm just happy ... " Rio sewot dicap menyimpang oleh saudara sendiri.

" napa seneng ? dapat lotre ? ... bagi-bagi dong, rezeki kok dimakan sendiri ? " Leo menghampiri Rio yang sekarang duduk dimeja belajar seperti ritualnya sebelum tidur.

" I'm giving you information, but can you give me a warm hug ? hehe. " Rio sudah memegangi tangan Leo dengan senyum bengal dan kerlingan genit membuat Leo ilfeel.

" thank's I haven't interested to your information. " Leo memilih menutup tubuhnya dengan selimut sebelum itu ia menjulurkan lidah meledek, senyum tipis tergurat diwajah Rio.

Lalu ia berbalik untuk membaca sebuah buku bersampul coklat kesayangannya, halaman pertama terbuka dan Rio membacanya dalam cahaya remang yang muncul dari lampu belajar.

" Rio ... sakit bun ! bunda tidak bisa kemari sebentar temani aku ?! ... aku kangen sama bunda. " Rio mulai menangis dan air mata yang lama ia sembunyikan tumpah dan tetes demi tetes jatuh diatas buku yang sedang dibacanya.

Hatinya bosan terkurung seperti ini, dia ingin kembali merasa bebas, setidaknya untuk menemui teman-temannya.

Ia muak ketika semuanya menggunakan sakit yang ia derita untuk memasung gerakan dan kebebasannya. Ia rindu dengan sejuta kisah yang dulu mudah ia buat dengan kedua tangan tanpa peduli aturan, ia rindu ibundanya, ia rindu ayah.

Semoga ini hanya mimpi buruk dan ketika pagi dia membuka mata bukan lagi obat dan larangan yang ia terima.

***

Ayu sudah berangkat pagi-pagi sekali, tinggallah Leo bersama Rio di rumah, kebetulan Anggraini benar keluar kota untuk menjadi relawan dan itu akan memakan waktu lama.

Leo tersentak saat dia tidak melihat Rio berada di ranjangnya, dia duduk dengan tergesa, duduk mengumpulkan nyawa yang beterbangan.

Ia memaksakan diri juga saat mendengar gemericik air dari dalam kamar mandi di ujung kamar.

" Rio ?! ... Sahut kalau Lo didalam. " Bukannya jawaban tetapi suara air yang semakin keras, seperti semua keran dinyalakan.

Leo yang tidak sabaran membuka pintu dan kebetulan pintu tidak terkunci.

Leo langsung melompat mendapati adiknya basah kuyup, terciprat keran dan shower.

" Apa-apaan ?! ... "

Leo mendekap tubuh Rio dan mengajaknya menjauh dari kamar mandi.

Rio terlihat bingung dengan yang terjadi, " kepala ku sakit, kak. " Baru kali ini Rio memanggilnya kakak tetapi begitu lirih, begitu sendu.

" Makanya minum obat mu, kalau selalu kamu buang-buang. Bagaimana sakit kepala mu hilang ?! " Ucapan Leo membuat adiknya menatap seakan tidak percaya.

" Aku menemukan obat-obat mu di taman belakang, kamu membuangnya dari sana kan?!.. " Leo menunjuk jendela yang dulu digunakan Rio untuk mengobrol dengan Kenita.

" Maafkan aku, jangan paksa aku minum obatnya, aku nggak mau. " Ia memeluk pinggang kakaknya dan membenamkan wajah disana.

" Kakak dan ibu tidak mengizinkan aku bekerja atau kuliah, tetapi setidaknya biarkan aku berada diluar. Aku akan cepat mati kalau kalian kurung disini. "

Leo tidak bisa berkata apa-apa, dia menyadari kesalahan dengan mengurung adik tanpa memikirkan perasaannya atau bertanya keinginannya.

Mungkin kebebasan sekecil itu memang sangat dibutuhkan Rio.

***