Chereads / CHRYSANT / Chapter 30 - melarikan diri

Chapter 30 - melarikan diri

Tuhan juga tidak pernah membatasi ruang gerak hambanya bukan, lalu mengapa beberapa manusia bersikap super power dan mengikat satu dengan lainnya.

___________________

Cast Esa Rio Novrianshah ( Aku )

Hari-hari ku semakin sulit saja, setelah Anggraini bicara dengan ibu, kebebasan yang baru ku teguk setetes saja langsung terampas kembali, bahkan merengek kepada Leo pun tidak mengubah segalanya.

Aku frustasi, Anggraini pun ikut mengekang ku, melontarkan segala macam ancaman hanya supaya aku meminum semua obat memuakan itu.

Aku sadar jika itu hanya sebatas ancaman dan seperti biasa aku tidak akan mengindahkan, masalahnya ia selalu mengancam menggunakan nama ibu, orang yang paling aku sayangi, orang yang selama ini aku rindukan bagaimana rasanya disayangi ibu.

Rasanya aku seperti tahanan Nusakambangan yang akan di hukum mati, penjagaan di perketat hingga aku mengedip saja sulit.

***

Jia memperlihatkan pesan yang baru ia terima kepada Firman yang kebetulan bersamanya disebuah stasiun televisi swasta untuk bertemu dengan produser musik, rencananya mereka akan membicarakan soal royalti dari beberapa judul lagu yang mereka produseri.

Meski sepak terjang keduanya di dunia musik belum begitu lama, rupanya Firman memiliki koneksi lumayan besar disini, belum lagi bakat yang mereka punya sudah seperti kelas pro.

Banyak produser dari perusahaan mayor atau indie mempercayakan segalanya kepada mereka, beberapa lagu karya mereka meledak setiap kali dinyanyikan, siapa pun penyanyinya.

Tidak ada kesombongan di diri seniman muda ini, mereka tetap rendah hati bahkan tetap bertahan di basecamp lama mereka meski bisa saja mereka menyewa studio yang lebih lengkap.

" Ckk ... " Firman berdecak ketika usai membaca pesan tadi.

Jia mengangkat alisnya, " suruh saja dia kesini dan tunggu kita sampai selesai. " Firman mengakhiri kata-katanya.

***

Aku hanya berguling-guling di ranjang Leo, bingung hendak melakukan apa, tubuh ku sudah kaku-kaku karena lama tidak berolahraga, terakhir Sabtu kemarin bersama Aditya tanding basket satu lawan satu.

Berharap Jia segera membalas pesanku, aku benar-benar ingin bertemu mereka.

Lagu You're not Alone mengalun, buru-buru ku ambil ponsel yang tergeletak manis diatas nakas, siapa tahu Jia balas dengan menelepon.

" Rio, apa mama ada di rumah?! ... Dari tadi aku telepon ke rumah tidak ada yang angkat. " Kak Lena yang menelepon.

" Aku belum keluar kamar kak, mungkin mama masih asyik bantu ibu-ibu jualin online kerajinan tangan mereka. "

" Kamu kenapa, Rio ? Sakit ? ... " Tanpa sadar aku malah terdengar lesu, aku jadi tidak enak dengan kak Lena.

" Nggak kak, kepala ku cuma agak sakit. "

Saat pembicaraan berlangsung aku sempat mendengar pesan masuk.

" Oh, ya sudah kamu istirahat. Maaf ya sayang mengganggu mu. " Suara Leona terdengar lembut, apakah karena dia seorang ibu sekarang sehingga auranya terpancar.

To Esa Rio Ribet

Lo datang ke stasiun televisi____ tunggu kita lagi meeting ama produser.

From Jia Elah Rempong

***

Chrystal mengusap wajahnya lesu, ini sudah yang kesekian, ia memijit pangkal hidungnya, seketika bagian belakang kepalanya sakit.

Dia sudah melewatkan jam makan siang karena kapten teamnya meminta deadline pekerjaan hari ini.

Tiba-tiba ponsel yang tergeletak disamping komputer berkedip, mode silent. Ia melongok dan ada nama Farhan, lagi-lagi.

Bagaimana caranya dia menghindar kalau si 'hijau' merengek terus.

To Chrystal

Ris, gue nitip obat sama makan ya ...

Gue sakit, nanti uangnya gue ganti.

From Farhan

" Gue males " tapi ingat perutnya juga lapar, mungkin membantunya sedikit tidak masalah, jam istirahat sebentar lagi habis, dia harus buru-buru.

***

Ia melewati departemen dimana Ermania bertugas, seorang lelaki tanggung yang tingginya tidak jauh beda dengannya hanya berjarak beberapa centi saja rupanya sudah menunggu pesanan.

Sebungkus gado-gado dan beberapa butir obat pereda sakit kepala berpindah tangan, mereka pun berpisah tanpa basa-basi lebih lama.

Chrystal baru saja akan menikmati jam istirahat yang terpaksa ia buat sendiri, sebelum tubuh gemetarannya benar-benar hilang kendali.

" Darimana loe?! ... " Ratu tiba-tiba sinis menghadapi Chrystal.

Perempuan itu baru saja menoleh, dan serentetan kata-kata menyerangnya.

" Lo selalu aja seenaknya, jam istirahat udah berakhir malah santai-santai. Gue kena teguran tadi dari Zein, cepetan Lo kerjain. Gue nggak mau ya kena lagi, kalo Lo yang ditegur sih nggak apa-apa. " Ia ngeloyor pergi begitu saja.

Chrystal berbalik menghadap PC komputernya lagi, " santai... Dari Hongkong, gue malah kagak istirahat, loe di tegor, gue dimandatin macam-macam sama capt bos. " Ia terus menggumam, sakit kepalanya mendadak hilang karena satu orang merasa teraniaya, membela diri ?halah percuma, Ratu adalah tipe banyak bicara dan sedikit mendengar, dia hanya akan mendengar apa yang ia mau, dekat jika seseorang merasa tersakiti juga seperti dia, maksudnya dia akan mendengar keluhan orang lain yang seperti dia rasakan, sama-sama mengumpat orang itu, dia akan seperti anak kecil yang ngotot hanya membenarkan kata-katanya.

Dan Chrystal tipe tidak bisa keras, yang keluar dari mulutnya seperti nasihat orangtua, santai, lembut tapi jika ada yang mengusiknya soal bagaimana dia bekerja, dia akan seperti petasan rentet yang bicara pedas, beberapa kali mengumpat lebih parah dari Ratu, dan Ratu adalah pengecualian.

Dia sudah bosan mengingatkan, dia bosan berdebat, dia bosan marah sampai diam seminggu, rekor dua minggu kepada Ratu karena jalan pikiran mereka bersebrangan.

Jika ratu sudah seperti petasan rentet jalan satu-satunya diam, atau ia akan tersenyum sinis mendengar kata Ratu yang kadang tidak sesuai kenyataan, semua ekspektasi, semua bullshit.

***

" Iya, ini semua tuh kerja team Zein, baguskan rapi, cepet. Emang kayak kerja team kalian yang lama suka ulur waktu. "

" Ris ini gimana coba gue nggak ngerti, oh ... Ya udah Lo kerjain aja kalo Lo mau. Gue sih nggak bakal walau di bayar mahal juga. "

Ujungnya dia menjilat ludah sendiri bahkan mengajak Chrystal supaya nggak malu-malu amat. Dengan alasan habis mau ngapain di rumah bosen.

***

Kerja team apaan, separuh pekerjaan hampir Chrystal yang kerjakan, perempuan 'Ratu' itu bekerja cuma seperempatnya, iya dia cekatan tapi jadi nggak terasa kalau dia hanya mengumpat, menggerutu, menyalahkan orang lain tanpa melihat kekurangan sendiri.

" Arghh ... " Chrystal menghempas punggungnya kesandaran bangku.

" Kenapa dunia kerja gue berantakan?! "

***

Disinilah aku berkeliling mencari dua teman ku yang katanya rapat, aku tidak menemukannya malah sebuah tontonan gratis di sebuah studio.

Dari pada bosan aku bergabung saja.

***

Jia gemas sendiri, ini sudah yang ke delapan kalinya menelepon Rio tapi gagal.

" Noh, Lo liat ?! " mata elang Firman menangkap sosok Rio membaur bersama penonton bayaran.

" Gimana nontonnya? ... " Jia menyapa dengan sebuah tanya.

" Mmmm ... " Aku mengangkat alis tanda setuju.

" Masa gue dibayar. " Aku langsung nyengir.

" Iyalah Lo gabung sama penonton bayaran, koordinatornya seneng soalnya Lo rame, Lo kagak dikenalin ama dia makanya dibayar. " Jia menjelaskan panjang lebar.

" Udah ntar aja jelasin panjangnya, ayo balik. " Firman tampak lelah.

" Jadi kita bisa dapat duit dari nonton doang ?! "

" Iya kalau Lo kenal kordinatornya Lo bisa minta bayaran. " Jia masih tertarik menjelaskan.

" Gue boleh nginep di rumah Lo Jia?! " Ide itu muncul begitu saja.

***