Ada yang bilang jika mau menjalani hidup yang lebih baik jangan pernah menoleh kebelakang, karena itu akan menghambat mu.
Lalu apa masalahnya, bukankah masalalu juga bagian dari pelajaran penting, yang harus kita terima tanpa melupakannya.
Lagipula kalau pun masalalu ku adalah keseluruhannya air mata tidak akan masalah, karena aku bersyukur untuk itu.
Asal tahu masalalu ku itu menyenangkan dan aku akan terus mengulangnya jika diperbolehkan.
____________
Cast Rio ( aku )
Wajah ku terasa hangat, kilau matahari menelusuk masuk kedalam mataku yang terpejam, aku menggeliat malas, berbalik menghindari sinar matahari yang menyilaukan.
" Rio bangun, dasar pemalas. " Leo menendang pantat ku, beberapa kali.
" Hahssh ... " Tubuh ku bergerak menghindari kakinya, semakin membenamkan wajah ku kedalam selimut.
" Rio, Lo budeg atau pura-pura budeg. Ayo bangun beruang. " Sekarang tangannya lihai menarik selimut ku, melemparnya ke sembarang tempat dan menarik-narik kaki ku dengan tangannya yang dingin.
" Aish ... " mataku mulai bisa ku buka.
Dan terang matahari menembus dari jendela yang dibuka Leo.
" Bangun beruang, ini hampir siang. " Leo tidak menyerah, ia menarik kedua tanganku sampai aku terduduk linglung.
Leo berlalu dengan langkah pelan, sebelum ia meninggalkan kamar ia berucap. " Pastikan kau bangun dan mandi. "
" Mmmm ... " Intonasi berat khas lelaki mabuk terceplos, kamar kembali sunyi usai pintu di tutup.
***
Ku pandangi isi lemari, mencari pakaian yang akan aku kenakan di hari minggu biasa ini.
Oh, aku baru ingat jika Leo menghadiahi ku sebuah ponsel. Ponsel merk terkenal yang aku tidak peduli juga, bukankah yang penting itu fungsinya.
Ku ambil baseball cap hitam belel yang tergeletak diatas meja, satu-satunya topi yang ku punya, ku pasang menggantung di pengait ikat pinggang jeans yang ku pakai, sengaja tertutup jumper Hoodie berwarna senada dengan topi yang ku bawa, setelah siap aku turun untuk bergabung sarapan.
Ayu ibu ku dan Leo sudah menunggu dan siap menyambut anak tampan ini, asal tahu hari ini aku sangat bersemangat.
Entah karena Leo akan bekerja, ibu ku Ayu juga sudah memiliki janji mengajarkan ibu-ibu sekitar rumah membuat kerajinan tangan dari bahan bekas, dokter Anggraini hari ini tidak akan datang memaksaku, minum obat yang super banyak.
Lagipula aku tidak akan kalah dengan penyakit menyebalkan ini, atau aku bersemangat karena kak Lena akan datang dan menginap disini bersama si kecil.
Atau, hari ini aku akan pergi menemui kawan lama, kawan lama?!
Terlalu lama sampai aku lupa pernah menyimpan rasa padanya, bukan Kenita, tentu saja bukan.
Kenita sudah bertunangan dengan Leo dan mereka sedang menjalin hubungan jarak jauh, Kenita menerima panggilan kerja di pulau Jawa.
" Ibu ... Hari ini aku bermain basket sama teman aku ya. "
" Hari ini ?! ... Dengan siapa ?! Maksud ibu namanya. " Ibu Ayu buru-buru meralat pertanyaannya.
" Aku akan bertemu Adit. " Wajah ku mendadak terasa hangat dan aku merasa bibir ku membuat goresan setipis coretan pensil.
" Hati-hati dan jangan terlalu malam pulangnya, kak Lena akan kesini nanti. " Leo mengingatkan ku, sebelum ia berangkat dengan motor tua peninggalan ayah.
Aku memberi hormat dengan tangan, " siap pak. " Aku benar-benar bersemangat.
Ayu, ibu favorit ku mengecup pipi ku tanpa aba-aba, memaksaku tersenyum malu, ia balas tersenyum dan melambai sebelum akhirnya ia pergi menumpang motor Leo sampai perempatan jalan.
Aku menghela napas lega, duduk sejenak di teras untuk memasang sepatu sneakers kesayangan, meski warnanya pudar karena terlalu sering aku pakai dan usianya yang usang, aku tetap suka.
" Manis, jaga rumah ya ... Kalau kak Lena datang sambut dengan baik. " Aku membelainya disekitar leher lalu beranjak, melangkahkan kaki pertama.
" Aangg ... Angg.. " ia menatapku dan membelai kan sekujur tubuh diantara kedua kaki ku.
" Jangan nakal ya. "
***
Chrystal asyik mengobrol dengan Ermania, Ratu dan kelompok bagian dari divisi lain, kebetulan sabtu ini divisi Chrystal dengan divisi Ermania kedapatan lembur sampai sore, yang biasanya libur.
Ada beberapa acara kantor yang melibatkan kedua divisi.
Mereka sedang menikmati jam senggang.
Sampai sebuah getar dan ponsel Chrystal yang sedang menampilkan YouTube scary menampakan segaris nama di aplikasi whatsApp 'Farhan'
Ia buka pesannya, sebentar melihat profile picture kawan?! nya.
Masih sama, foto sepasang kekasih tersenyum, betapa harmonisnya.
Ia sakit hati?
Sudah barang tentu, sekeras apapun ia bersikap baik-baik saja, tidak peduli dan acuh, dia tetap saja perempuan cengeng yang menyembunyikan dengan tawa lantang atau bersikap gila, sinting, semaunya.
***
Ia ingin lari setelah mendengar kata,
" Tapi dia nggak merasa pernah pacaran sama Lo. "
" Oh, nggak apa-apa gue tau dia bakal jawab gitu. " Wajahnya datar, seperti sponge cuci piring kering saat itu.
" Maaf, Rista kalau gue lancang ikut campur soal masalah Lo, sumpah gue nggak tega sama Lo ... "
Chrystal masih diam memberi ruang, membiarkan Ermania bicara apa yang dia tahu.
" Lo kan cerita sama gue, kalau Lo mau tau dia ini anggap apa, kalau Lo tanya langsung katanya dia ngeles terus. " Sekarang Ermania mulai diam, dia benar-benar tidak enak hati dengan keadaan sahabatnya.
" Nggak apa-apa, malah gue bersyukur setelah tau ini, mungkin gue bakal ketemu jawabannya dengan bantuan Mpok. " Dia masih santai, bergeming menatap Ermania, dia merasa bahwa informannya ini tahu lebih banyak dan dia butuh informasi itu.
" Iya dia bilang nggak bakal jawab pertanyaan Lo itu, yang Lo bilang Lo ini apa buat dia. " Ermania merasa gelisah, tetapi ia tetap lanjutkan meski sulit.
" Dia bilangnya, gue nggak akan pernah jawab pertanyaan Chrystal. Habis dia baper sih, gue ngomong apa diseriusin, maksud gue kan bercanda nggak serius sama dia. "
Bomm ... Kata-kata terakhir Ermania membuat jantungnya tidak memiliki irama, dia ingin menangis tetapi merasa konyol dan ingin tertawa.
" Oh mau dia gitu ya udah, gue bakal anggap nggak ada apa-apa. "
Hari itu Chrystal bertekad untuk mengakhirinya, meski hanya dia sendiri yang menyelesaikannya dengan buruk.
***
To Chrystal
Ayo Chrystal, gue tunggu di halte busway ya
From Farhan
Chrystal menghela napas, jemarinya bergerak sendiri membalas tanya lelaki 'hijau' yang mengklaim dirinya sahabat.
To Farhan
Belum kelar, anak-anak masih kumpul.
From Chrystal
Tidak sampai satu menit pesan whatsApp masuk lagi.
To Chrystal
Udah, anak-anak udah balik kok tinggal yang cewek doang, cepet Chrystal buru ...
Chrystal Ayo ...
Ayo ...
Ayo ...
....
...
..
.
From Farhan
Farhan yang tidak sabaran memboom pesan whatsApp Chrystal, tidak mau terganggu perempuan manja, dan setengah gila itu tergesa menghampiri Farhan yang katanya menunggu di halte.
***
Cast Rio ( aku )
Aku menikmati permainan basket bersama kawan lama yang baru bertemu semenjak pindah sekolah di kelas dua, sebelas.
" Permainan Lo lamban. " Aku meledek perempuan berpenampilan tomboy, tetapi sama sekali tidak mengurangi sisi kecantikannya, dengan rambut panjang yang disembunyikan menggunakan topi yang diambil dari kepala ku.
Permainan kami sudahi dan saling mendekat, kulitnya tampak berkilat ketika keringat melumat sekujur badannya yang kecokelatan eksotis, dan pencahayaan matahari sore mendukung hingga nampak berkilau seperti permata hitam yang indah.
Aku mengambil topi dari kepalanya dan memasang ke kepala ku.
Ia tersenyum, " balik yuk, udah sore katanya kakak lo mau datang. " Tangan kanannya yang memegang bola ia rekatkan ke pinggang dan berlalu meninggalkan ku.
" Hei, Adit ... Nggak usah buru-buru, Lo nggak kangen sama gue emang ? "
Ia hanya tersenyum, memberikan bolanya pada ku dan memutar topi yang ku pakai hingga menghadap kebelakang.
" Aku sangat rindu padamu, CIDAHA. " Aku sibuk bergumam dengan hati membiarkan masalalu berputar ketika bersama Aditya Septiyani.
" Aku rindu, cinta dalam diam. " Suara hati Aditya membuat darahnya mendesir seperti air terjun.
***
Chrystal berjalan gontai dijembatan transit Transjakarta, ia sangat lelah bahkan dia tidak menikmati film yang ia tonton.
Saking lelahnya bahunya tidak sengaja menabrak seseorang, cukup keras sampai ia beralih dan meminta maaf.
" Maaf. " Ia tidak sempat memperhatikan dan terus berjalan dalam kelelahan.
Seseorang dengan jumper Hoodie hitam belel sedikit tersentak ketika lengan bagian atasnya menyapa bahu seorang perempuan, ekor matanya menangkap hijab berwarna gelap berjalan membelakanginya.
***