Semenjak bertemu dengan Liu Sijie untuk minum kopi, Liu Sijie berkabar bahwa dirinya akan bertemu beberapa model lain. Sedangkan Shen Chengjing, ia hari ini akan pergi ke suatu studio untuk audisi model.
Walau tampak berbeda, namun saat itu Liu Sijie tidak seperti biasanya. Bagi Shen Chengjing, penampilannya hari itu tampak lebih santai.
Saat Shen Chengjing sampai di tempat audisi, ia menjadi sangat antusias karena audisi kali ini berjalan formal. Semua make-up artis dan produser pun telah bersiap di ruang audisi.
Mereka pun satu persatu meminta peserta audisi untuk mengganti baju tradisional dan audisi pun berjalan begitu formal.
"Kali ini kamu akan mendapatkan peran sebagai seorang putri yang sejak awal tidak disayang oleh rajanya. Putri itu akan dikurung ke tempat yang jauh untuk beberapa tahun kedepan. Terakhir, demi anak raja, tokoh ini akan mengorbankan seluruh hidupnya." Sutradara memberikan skenario dan menjelaskan secara garis besar.
"Aku pernah melihat video yang kamu buat sebelumnya, kemampuan aktingmu lumayan bagus, kamu sudah siap?" Saat melihat Shen Chengjing lagi, sutradara itu semakin yakin bahwa ia menemukan pemeran yang cocok dengan karakter tokohnya.
Shen Chengjing melihat sekilas skenario dan langsung menyukai karakter yang akan diperankannya. Karakter ini memiliki berani untuk mengatakan cinta dan benci secara terang-terangan.
Shen Chengjing pun juga mengetahui bahwa demi mendapatkan takhta kerajaan, ada seorang tokoh yang akan membunuh anak raja. Tokoh yang diperankannya ini akan langsung menolongnya, tetapi dirinya malah dipaksa meloncat dari gedung dan mati.
"Sudah siap!" Shen Chengjing menarik nafas yang dalam.
Cahaya lampu menghadap ke arahnya, Shen Chengjing menutup matanya untuk membayangkan dirinya sungguh menjadi tokoh dalam cerita tersebut.
Sutradara dan produser pun duduk di kursi sambil memperhatikan Shen Chengjing yang diam dan tidak bergerak. Ketika ingin berjalan ke arahnya, mereka melihat Shen Chengjing membuka matanya dan tatapan mata ini penuh dengan kesedihan.
"Tuan, demi kamu, aku bersedia membunuh Buddha dan Dewa. Aku akan rela menemui mereka hanya untuk membantumu mendapatkan takhta kerajaan. Aku akan hidup demi kamu walau menghabiskan seluruh waktuku…" Ucap Shen Chengjing mengikuti alur dialog.
Sambil menatap muram, ia pun melangkah ke depan dan berkata lagi, "Tuan, aku rela mati demi Anda dan tidak akan pernah menyesal seumur hidupku."
Saat melakukan adegan ini, lengan bajunya yang panjang seketika terbang dengan pelan, cangkir di tangannya dengan sengaja dijatuhkan dan berjalan kedepan seakan tokoh itu adalah diri Shen Chengjing sendiri.
Di telinga sutradara dan produser, suara Shen Chengjing terdengar nyaring dan merdu. Tatapannya bahkan terlihat sedih dan juga senang. Mata itu bahkan mengalirkan air mata yang tulus serta dibarengi dengan gerakan yang sangat menghayati peranan itu.
Setelah setengah jam, audisinya telah selesai.
"Sutradara, bagaimana?" Setelah Sheng Chengjing mendengar kata 'cut!', ia menoleh ke sutradara dan bertanya.
Sutradara dan produser saling menatap sebentar, produser pun maju mewakili sutradara dan berkata, "Nona Shen, kami sangat meminta maaf."
"Tidak ada masalah." Ucap Shen Chengjing berpura-pura tersenyum. Begitu Shen Chengjing mendengar kata "minta maaf", dalam hatinya langsung muncul rasa kecewa.
Shen Chengjing sangat ingin sukses, tetapi perasaan itu sepertinya telah membuatnya terlalu terburu-buru. Walau demikian, audisi ini adalah audisi pertama yang baru diikutinya secara formal. Ia telah memperlihatkan kemampuan yang terbaik kepada mereka, dan tidak disangka masih….
Saat pikiran Shen Chengjing berpikir secara pesimis seperti itu, seketika produser mencela, "Anda telah diterima. Kalau tidak ada masalah, anggota kami akan menghubungi Anda besok. Setelah tanda tangan, tiga hari setelah itu kita akan mulai mengambil gambar."
Ucapan produser di awal tadi memang sengaja tidak diucapkan secara lengkap untuk melihat reaksi Shen Chengjing. Ternyata mereka mengakui kemampuan Shen Chengjing dan menerimanya dalam proyek film tersebut.
Shen Chengjing masih belum bereaksi mendengar kabar baik itu. Ia seakan baru terbangun dari pikiran pesimisnya dan menganggap ucapan produser tadi hanya halusinasi semata.
"Nona Shen, selamat untuk Anda." Sutradara juga berjalan ke depan dan mengulurkan tangan.
"Kamu bilang aku diterima?" Tanya Shen Chengjing dengan nada tidak percaya. Ia tentu masih ingin memastikannya, sungguh, pengalaman ini adalah pertama kali baginya ikut audisi dan berhasil diterima begitu saja.
"Tentu."
Shen Chengjing dan sutradara serta jajaran anggota pembuat film menjabat tangan Shen Chengjing. Setelah berdiskusi beberapa menit, kemudian Shen Chengjing baru pergi meninggalkan ruang audisi.
"Para senior, terima kasih untuk hari ini." Shen Chengjing membungkuk dan mengambil tas lalu pergi.
Setelah keluar dari ruang audisi, ponselnya berkedip dan melihat layar tersebut memperlihatkan nomor yang tidak dikenalnya. Shen Chengjing yang penasaran pun menjawab, "Halo, maaf ini dengan siapa?"
"Istriku, ini aku."
"Apakah Anda salah nomor?" Mendengar kata istri, reaksi pertama Shen Chengjing adalah menganggap orang yang menghubungi nomornya ini salah sambung.
"Aku, Mo Yanchen."
"Paman? Bagaimana kamu bisa mendapatkan nomorku?" Tanya Shen Chengjing.
Sebuah mobil Rolls-Rocye seketika datang secepat kilat dan berhenti di depan She Chengjing. Sekejap kemudian ada orang yang membuka pintu dari dalam dan menyuruhnya, "Ayo, masuk ke dalam."
Shen Chengjing masih memegang ponselnya. Ia pun langsung ditarik paksa untuk masuk ke dalam mobil dan ditutup kembali.
Ternyata Mo Yanchen yang mengendarai mobil ini dengan begitu cepat. Ia mengelilingi pusat kota dan sekitarnya. Mo Yanchen mengenakan sepatu bot militer, dan seragam militer yang membuat kharismanya sangat luar biasa.
"Rabu minggu depan, kamu ada acara?" Tanya Mo Yanchen tanpa menoleh ke Shen Chengjing.
"Masih belum pasti, setelah tiga hari aku ada syuting. Hari ini aku lolos audisi." Ah, tidak menyangka, ternyata Mo Yanchen menjadi orang pertama yang mendengarkan kabar keberhasilannya ini.
Mo Yanchen pun menoleh kepada Shen Chengjing. Ia melihat wajah istrinya yang sangat senang sampai ingin menari dengan bahagia. Sudut bibirnya pun terangkat dan tersenyum, walaupun terjadi sangat sebentar.